29 ; Dua Pilihan

11.8K 859 26
                                    

__________


Prok! Prok! Prok!

Riuh tepuk tangan serentak mengudara. Brisha ikut terkesima seperti yang lain, mulut ternganga sembari geleng-geleng takjub.

Sore ini, ia menonton latihan beladiri Arzhel di klub taekwondo.

Tepat di tengah ruangan luas tersebut, Arzhel membuat seluruh anggota cengo. Pemuda itu melambung tinggi, berputar di udara, dan berhasil menendang tiga papan kayu sampai terbelah.

Baru kali ini Brisha menyaksikan langsung taekwondo. Dilihat dari cara latihannya, bagian tubuh yang sering dipakai beladiri ini adalah kaki.

Entah sengilu apa jari-jari kaki Arzhel nanti.

“Woahh, keren,” gumam Brisha, mengamati Arzhel yang mendarat mulus ke lantai, usai membantai habis tiga papan kayu sekaligus di atas.

“Aaaaa! Ganteng banget gak sih Kak Arzhel? Apalagi keringetan gitu!”

“Yang jadi pacarnya, fiks tiket hoki seumur hidup udah kepakai!”

“Gilaaa, teknik Kak Arzhel gak main-main! Pantes dapet sabuk hitam.”

Sekitar empat cewek anggota klub, menjerit heboh di sebelah Brisha. Mereka berbinar penuh harap, tatkala Arzhel berjalan mendekat dengan banjir keringat.

Senyum tipis Arzhel terulas, menghampiri Brisha tanpa menjawab sambutan para juniornya.

Rambut lebatnya basah total, tubuh tegap terbalut seragam taekwondo pemegang sabuk hitam.

“Gimana?” tanya Arzhel, selagi menetralkan napas.

“Wahh, keren banget! Gak nyangka aku punya pacar sehebat ini. Atlet sabuk item emang gak usah diraguin lagi,” sanjung Brisha, menyeka peluh pada pelipis si pria.

Arzhel berpaling, telinganya bersemu merah.

“Untung aku dibolehin masuk ke sini, walau cuma nonton, sih. Tiap hari kamu latihannya gini?” tanya Brisha bermimik cemas.

“Iya.”

“Itu kaki gak sakit?”

“Biasa.” Arzhel mengedikkan bahu, membenarkan sabuk hitamnya yang longgar.

“Tapi, jangan terlalu dipaksain. Takutnya cedera dadakan. Nasib gak ada yang tau, kan.”

Mendengar omelan gadisnya, refleks Arzhel mengulum bibir. Dia terkekeh geli, lalu mengangguk dan memberi sorot lembut.

“Iya, nanti dikurangi.”

“Nah, gitu harusnya.” Brisha menyodorkan sebotol yoghurt stroberi, minuman favorit Arzhel. “Nih, minum. Tadinya sih mau beli Aqua, tapi temen kamu bilang biasanya kamu minum yoghurt abis latihan.”

Satu alis Arzhel menukik. “Siapa?”

“Eh, itu orangnya ke sini.”

“Widih, bawa Ayang gak bilang-bilang lo, Zhel.”

Celetukan itu seketika menengahi, sukses mengundang tolehan Brisha maupun Arzhel. Cheko, teman taekwondo-nya dari sekolah lain, merangkul pundak Arzhel dengan cengiran manis.

“Ck, lo ngajak ngomong Brisha?” lontar Arzhel ketus.

“Bentar doang, cewek lo nanya lo suka minum apa abis latihan. Masa iya gue anggurin,” jelas Cheko tersenyum tengil. “Lo cemburu?”

“Gak.”

“Sha, serius lo demen sama cowok cemburuan gini?” tanya Cheko sengaja memanasi.

“Hmm, gak suka sih jujur,” balas Brisha membuat Arzhel melotot kecil.

Moonstruck Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang