[ END ]
Brisha tersenyum tengil. "Lo homo?"
Arzhel terkekeh ringan. "Perlu gue buktikan kalo gue bukan homo?"
"Yaudah, buktiin," tantang Brisha.
"Then, i'll kiss you now."
***
Julukan 'Crazy Queen' sudah melekat lama pada diri Brisha. Cewek berisik...
“Mang, ntar sore lewat depan panti, ya. Anak-anak pengen beli bubur.”
“Woke, pasti lewat atuh saya mah nggak bakal nge-ghosting.”
Gabin tertawa kecil. “Gaul amat ghosting segala.”
Setelahnya, dia memberikan selembar sepuluh ribu pada Mang Usop, bayaran untuk dua mangkok bubur bersama Brisha. Sudah satu jam lamanya mereka di depan gerbang SD itu, sejak Gabin menyeret Brisha ke sana demi membeli bubur ayam.
Selagi Gabin seru bersenda gurau dengan Mang Usop, Brisha duduk bosan di kursi plastik. Mulutnya tertekuk, kaki saling bertumpu sembari menopang dagu jenuh. Perut memang kenyang, tapi menunggu Gabin selesai bicara sama Mang Usop terasa sudah satu abad terlewat.
Brisha melirik arloji sekilas, tertera jam sebelas siang. Itu artinya ia bolos lumayan lama.
“Ishh, woi! Kapan kelarnya, sih?!” panggil Brisha saking jengkel.
Mendengar itu, Gabin gesit mendekati sumber suara. Wajahnya masih sama, imut tapi ngeselin. Berjongkok di depan Brisha tanpa raut berdosa.
“Kesel ya, Kak?”
“Nanya lagi gue tabok lo.” Brisha mendengus kasar, lekas bangkit dari kursi. “Ayo, ke sekolah! Kita bolos udah satu jam!”
Gabin turut berdiri tegak. “Iya, kah? Gue males ngecek waktu.”
“Kak, coba baca itu.” Lagi-lagi Gabin mencegah langkah Brisha, kini telunjuk cowok itu mengarah ke banner yang tertempel di gerobak bubur Mang Usop.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Tuh, tulisan aja tau ada bubur buat dimakan. Utamakan sarapan, bukan harapan. Ada bahu gue buat bersandar, lumayan bikin nyaman,” celetuk Gabin menepuk bahunya bangga.
Pletak. Kepalang kesal, Brisha menjitak dahi lebar Gabin. Sampai meluncur desahan ngilu dari si korban.
“Makin lama makin ngelunjak ya lo, bocil! Inget gue ini senior, bentar lagi lulus! Lo anak kelas 10 sibukin diri sama belajar, bukan nge-alay gak jelas!” semprot Brisha keki.
“Ashh, ngarep dikit masa gak boleh,” rajuk Gabin mengekori Brisha yang mulai berjalan.
“Gak, selera gue bukan bocah sesat demen bolos kek gini!”
