__________
“Gue suka apa pun yang lo buat. Gue suka semuanya. Termasuk diri lo.”
Brisha cengo, kesadarannya punah dua detik usai mendengar pengakuan Arzhel.
Dengan muka linglung, ia menggaruk tengkuk sambil menunjuk diri sendiri.
“S-suka gue?”
Mengabaikan pertanyaan Brisha, Arzhel bergegas duduk di kursi meja makan, mencicipi ikan gosong buatan Brisha. Dilahap rakus olehnya, tak peduli seberapa hitam permukaan ikan itu.
Sementara Brisha, beku di posisi berdirinya. Masih kepikiran ucapan Arzhel tadi.
“Hebat banget ya bikin anak orang mikir,” gumamnya jengkel.
“Gila si Bang Arzhel. Ikan udah kayak arang gitu dimakan,” bisik Gabin takjub, menyikut lengan Brisha.
“Psst, gimana?”
“Gimana apanya?”
“Tadi Bang Arzhel bilang suka apa pun yang lo buat, sampe lo nya disuka. Itu nembak atau apa, sih?” cibir Gabin heran.
“Bingung kan lo? Sama.”
“Modus doang itu, jangan percaya. Gue aja, Kak. Dijamin anti PHP, real sampe naek pelamin—”
Tak!
“Ck, semua cowok sama aja!” sembur Brisha menjitak jidat lebar Gabin.
“Awws, serius gue, Kak. Gak sama yang onoh, yang ini siap pasang badan,” cakap Gabin teguh, meringis nyeri mengusap dahi.
Brisha terkekeh tanpa sadar. “Bocah minyak telon. Bantu si Arzhel ngabisin ikan gosong sana.”
“YEYYY! MAKAN! MAKAN!”
“TERIMA KASIH, KAKAK-KAKAK! UZI MAKAN, YA!”
Terhitung sekitar lima anak panti berbondong-bondong datang ke meja makan. Mereka jejeritan histeris, beberapa kursi kosong sudah terpenuhi. Adapula yang rebutan tempat di samping Arzhel.
“Sini, Sayang. Duduk sama Kak Brisha,” tutur Brisha menepuk pahanya.
Uzi menuntun tubuh Jino, lalu menempatkan Jino di atas pangkuan Brisha. Uzi sendiri lekas mengambil tempat di sisinya, disusul Gabin dan anak perempuan kuncir dua.
“Jino belat nggak, Kak?” tanya Jino lugu, mata tetap tertutup sembari gigit jempol.
“Gak, ah. Anak gemoy gini masa berat.” Brisha mencubit pipi Jino gemas.
“Besok Uzi mau dipangku Kak Isha, ya!” celoteh Uzi riang.
“Haha, iya-iya. Semuanya kebagian, kok,” kata Brisha mengelus rambut tipis Uzi.
“Ung! Ung!” Pia menarik kecil kain baju Brisha, jemarinya bergerak membuat bahasa isyarat.
Berhubung Brisha kurang paham, ia melirik Gabin meminta terjemahan.
“Pia bilang, besok mau main sama lo berdua,” sahut Gabin mengerti lirikan Brisha.
“Oh, gitu. Oke, Pia. Kak Isha temenin main sampai malam. Janji,” imbuh Brisha mengusap rambut Pia. Seingatnya, anak itu penyandang tuna wicara, alias bisu.
“Wah, Bang Arzhel! Minta ikannya!” pekik Juju ngiler.
“Gak boleh,” tolak Arzhel menggeser piringnya.
Juju merenggut. “Hmmpp! Pelit! Kata Bibi, orang pelit kuburannya sempit!”
“Yang ada perut lo melilit, Ju,” sambar Gabin selagi menyantap sayur asem.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonstruck
Teen Fiction[ END ] 🍭 ROMANCE COMEDY 🍭 Brisha tersenyum tengil. "Lo homo?" Arzhel terkekeh ringan. "Perlu gue buktikan kalo gue bukan homo?" "Yaudah, buktiin," tantang Brisha. "Then, i'll kiss you now." *** Julukan Hot Queen Grenada sudah melekat lama pada di...