16 ; Penenang

15.8K 1.1K 69
                                    

__________

Brisha menggigit ujung jempolnya, berpikir keras. Sibuk mondar-mandir di toilet pada jam istirahat. Tangannya berkeringat, memegang jas merah OSIS milik Arzhel yang dipinjamkan oleh cowok itu saat di gerbang depan.

“Balikin sekarang gak, ya? Lama-lama gue jadi aneh kalo ketemu si Arzhel, dia beneran suka gue apa gimana sampe merhatiin gue segitunya.”

Bukan satu hal ini yang bikin Brisha resah, Arzhel dengan damainya meloloskan Brisha tadi pagi masuk gerbang, ditambah menyuruh cewek itu untuk ganti seragam sebab terlalu ketat.

“Cukup gue yang liat, gue gak sudi milik gue diliat secara gratis.”

“Ck, dasar Waketos gak jelas!” gerutu Brisha teringat bisikan Arzhel, ia meremas jas merah digenggamnya.

Brisha juga mengingat kejadian di taman bermain, malam hari, ketika Arzhel menyatakan suka dengan wajah memohon. Arzhel mengaku, Brisha adalah cinta pertamanya.

Namun, Brisha kurang paham. Mungkin waktu itu Arzhel hanya omong kosong.

“Widih, gaya banget punya jas OSIS,” celetuk Jesslyn memasuki toilet. “Btw, tadi lo ke mana pas upacara? Gue gak liat lo baris di lapangan.”

“Biasa, telat,” balas Brisha membasuh wajah di wastafel.

Jesslyn berkerut curiga, kemudian berkaca pada cermin besar hendak memoles liptint. Sesekali melirik jas OSIS di tangan Brisha, aroma parfum maskulin menenangkan tercium oleh Jesslyn dari jas itu.

“Kayak gak asing sama baunya.” Saking kepo, Jesslyn mengendus lebih dekat.

Spontan Brisha tersenyum kikuk.

“Punya si Arzhel, dia jaga gerbang tadi. Pas gua baru dateng, Arzhel nyuruh gue masuk terus minjemin ini jas. Katanya gak usah ikut baris, ke kelas aja.”

“Oh, pantes.” Jesslyn kembali mundur, sambil geleng-geleng.

“Hoki juga lo punya pacar OSIS, atlet taekwondo pula. Gue heran, gimana ceritanya si Arzhel kepincut sama cewek modelan jablay gini.”

Bibir Brisha tertekuk masam, tidak menepis omongan sang kawan. Ternyata semua orang masih menganggap Brisha pacaran dengan Arzhel. Padahal pacaran kontrak itu sudah berakhir, karena Brisha pelan-pelan menyerah pada Jaziel.

Sekarang, entahlah. Brisha bingung mau suka siapa. Ia pernah kepikiran untuk cari harem.

“Jess.”

“Ngape?” Jesslyn konsentrasi mengukir alis di kaca.

“Lo liat Ziel gak tadi?”

“Hah? Si boti?”

Brisha mendelik. “Jaziel, nyet! Ganteng gitu dibilang boti.”

Jesslyn menahan tawa.

“Pfftt, siapa yang waktu itu nangis kejer ditolak sebelas kali sama cowok yang ngaku gay? Masih demen lo sama si Jaziel? Sepupunya udah lo embat, masa balek lagi ngejar cowok homo.”

“Tapi Ziel—”

“Ya ya, cinta pertama lo pas SD. Terus aja alesannya gitu sampe mulut berbusa,” cibir Jesslyn selesai pakai make up. Brisha menunduk, ucapan Jesslyn sesuai pikirannya.

“Sha, liat sekitar lo. Masih banyak cowok normal yang demen lo, apalagi si atlet taekwondo, tuh. Itu jasnya dia pinjemin ke lo, kan? Keliatan banget bucinnya si Arzhel.” Jesslyn mengingatkan.

“Sana balikin, sekalian lupain si boti.”

🕊️🕊️🕊️

“Maaf, mau nanya. Ada Arzhel gak?”

Moonstruck Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang