__________
“Sha, ada yang nyari, tuh.”
“Siapa?”
“Tengok sendiri sana. Orangnya nungguin depan kelas.”
Selesai menyampaikan informasi, Thera berlalu pergi meninggalkan kelas. Brisha yang masih mengemasi alat tulis di meja, mengerjap linglung. Padahal baru bel pulang, tapi katanya sudah ada yang menunggunya di depan.
Tidak mau kegeeran duluan, Brisha menggeleng sambil fokus menyimpan buku di tas. Mungkin Thera salah info, atau mungkin tebakan Brisha benar kali ini.
“Masa ... si Arzhel? Ah, yakali dia beneran jemput gue ke kelas,” gumam Brisha menolak percaya.
“Yok, minggat,” ajak Jesslyn di bangku sebelah.
“Jess, barusan lo denger si Thera gak? Katanya ada yang nunggu gue di depan,” bisik Brisha berjalan beriringan dengan Jesslyn menuju pintu.
“Oh, denger.” Jesslyn mengangguk. “Pacar lo kali. Orang-orang sini pada ngegosip tadi, katanya lo pacaran sama si Arzhel di kantin. Emang bener?”
“Haha, i-iya. Gak nyangka gosipnya kesebar cepat.” Brisha menggaruk pipinya canggung.
“Buset, maruk juga lo. Gak dapet si Jaziel, sepupunya lo embat.”
Jesslyn hanya merespons biasa, tidak banyak tanya soal alasan terjalin hubungan antara Brisha dengan Arzhel. Dia cukup iya-iya saja, semoga memang benar temannya sudah move on dari Jaziel.
Tiba di ambang pintu kelas, tapak sepatu Brisha terhenti mendadak. Tubuhnya jadi kaku, mengucek mata sebentar takut salah lihat. Matanya menyipit, lalu terperangah.
“J-jadi yang nyari gue itu ... lo?”
Arzhel menoleh, badannya langsung tegap tak lagi bersandar pada dinding. Melangkah maju, dan berhadapan dekat dengan Brisha yang sebatas dadanya.
“Ekhem, kalo gitu gue pulang duluan, ya. Ada yang nunggu depan gerbang. Langgeng deh buat kalian couple baru jadi,” seru Jesslyn menyikut lengan Brisha, sebelum akhirnya berlari pergi.
Merasa sosok Jesslyn sudah lenyap, barulah Brisha berani bersitatap dengan sepasang iris mata hitam di hadapannya. Entah mengapa, setiap kali memandang Arzhel, Brisha dibuat merinding.
“G-gue kira lo gak beneran jemput pas bel pulang. Lo nunggu di sini dari tadi?” tanya Brisha resah.
“Iya, Sayang.”
“HAH?!” Brisha tersedak ludah sendiri. Jantungnya nyaris merosot. “B-bilang apa lo barusan?”
“Ayo, pulang,” ajak Arzhel menghalus, jemarinya diselipkan di jari-jari tangan Brisha, tak lupa tersenyum singkat.
“B-bentar, lo gak perlu susah-susah akting sekarang, kok. Kita mesra-mesraan pas ada Jaziel aja, dia kan gak masuk hari ini,” peringat Brisha, kaget disentuh oleh Arzhel.
“Babe, kamu gak suka aku pegang?” tanya Arzhel, kini memasang puppy eyes. Merajuk.
“Lah, lho, l-lo kenapa, sih? Jangan bilang—”
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonstruck
Ficção Adolescente[ END ] 🍭 ROMANCE COMEDY 🍭 Brisha tersenyum tengil. "Lo homo?" Arzhel terkekeh ringan. "Perlu gue buktikan kalo gue bukan homo?" "Yaudah, buktiin," tantang Brisha. "Then, i'll kiss you now." *** Julukan Hot Queen Grenada sudah melekat lama pada di...