__________
Sinar jingga menyapa jendela perpustakaan, pukul lima sore telah tertera pada jam dinding. Area luas penuh jejeran rak buku tersebut sepi sepenuhnya, tersisa staff penjaga dan tiga pelajar yang setia di meja khusus belajar.
Tanpa bersuara, Arzhel konsentrasi menulis materi Biologi, hanya grasak-grusuk pensil yang terdengar.
Sebagai siswa teladan berprestasi, rumus dan akademik menjadi titik fokus utamanya.
Meskipun tidak dapat melampaui Jaziel, si pemegang ranking satu pararel selama berturut-turut.
“Emm, Zhel,” seru Mishaila di samping. “Udah selesai? Kayaknya kita kelamaan belajar, deh. Bentar lagi perpus ditutup.”
Sejenak Arzhel mengecek arloji, menghela sekilas, lantas membereskan tumpukan bukunya.
“Makasih udah bimbing aku belajar,” cetus Mishaila halus, pipi merona samar. “Kalo bukan kamu, pasti nilai aku merah semua. Haha.”
“Disuruh Bu Erin.”
“Ah, iya ya. Bu Erin nyuruh kamu buat tutorin aku seminggu, biar aku gak ketinggalan materi. Besok-besok kita gini lagi sampai sore, kan?”
Enggan berkata, Arzhel cukup berdeham. Lekas merapikan alat tulisnya bersiap pulang.
Sebelum beranjak, mata legamnya terkunci ke arah Brisha yang ketiduran di depannya, kepala menelungkup di atas meja.
Pantas saja dari tadi suhu jadi sejuk, Brisha mungkin kecapekan mengusik Arzhel saat belajar tadi. Sekarang malah tidur damai.
“Zhel, p-pulang bareng, yuk?” ajak Mishaila bangkit.
“Gak. Lo pulang duluan,” balas Arzhel tak lepas dari wajah terlelap Brisha.
“Yah, oke ... aku duluan, ya. Besok temenin aku belajar lagi, hehe.”
Sayangnya, ocehan Mishaila sebatas angin sepoi di telinga Arzhel.
Alih-alih angkat bicara, Arzhel melepas jas seragam, lalu ditimpakan ke punggung Brisha. Guna melindungi tubuh belakang Brisha dari cahaya matahari.
Belum cukup sampai situ, Arzhel menutupi wajah Brisha dengan telapak tangan, hingga paparan sinar sore terhalau oleh jemarinya.
Mishaila yang membisu, berkedip heran. Sebenarnya hubungan apa yang terjalin di antara dua orang itu.
“Eunghh .... ” lenguh Brisha bergeliat kecil, selepas Mishaila keluar dari perpustakaan.
“Bangun,” suruh Arzhel.
Netra Brisha terbuka, pandangannya disambut tangan besar tepat di depan wajah. Sinar matahari menerobos lewat celah-celah jari Arzhel, menusuk retina matanya.
“Eh, gue ketiduran dari tadi?” tanya Brisha duduk tegap.
“Pikir sendiri.”
“Buset, jam lima.” Brisha terhenyak tatkala mengecek waktu.
“Lo sendiri, Zhel? Cewek yang belajar bareng lo ke mana?”
“Pulang.”
“Oh, yaudah, pulang bareng, yuk. Gue nebeng ya, say. Hehe, makasih ganteng.”
Lagi-lagi, mulut Brisha asal ceplos. Arzhel jengkel mendengarnya. Tapi telinga merah padam.
“Lah, ngapa ada jas?” Saat Brisha berdiri, sebuah jas seragam jatuh ke lantai, dari punggungnya. Sigap ia pungut dan diendus sekilas.
“Eh, wanginya mirip—”
Drrtt ... Drrtt ....
Perkataan Brisha terputus, benda pipih terlindung casing hitam bergetar di sudut meja. Arzhel cepat mengambil ponsel, dua alis menyatu usai membaca kontak yang memanggil.
![](https://img.wattpad.com/cover/351453535-288-k300901.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonstruck
Novela Juvenil[ END ] 🍭 ROMANCE COMEDY 🍭 Brisha tersenyum tengil. "Lo homo?" Arzhel terkekeh ringan. "Perlu gue buktikan kalo gue bukan homo?" "Yaudah, buktiin," tantang Brisha. "Then, i'll kiss you now." *** Julukan Hot Queen Grenada sudah melekat lama pada di...