30⟩ :¨·.·¨:

152 20 0
                                    

ㅤㅤ Di posisi Ellard, ia segera mandi tanpa menceritakan ke orang tuanya bahwa dia jatuh dengan kondisi terduduk. Namun secara tiba-tiba dia mengalami kram otot yang luar biasa disertai batuk berdahak yang sangat parah dan tak lupa rasa nyeri yang sangat kuat dari tulang belakangnya. Ia tak bisa bergerak hingga satu jam.

Orang tuanya yang sadar jika Ellard tak keluar dari kamar mandi dari sejam yang lalu lantas mengeceknya. Mereka membuka pintu dengan paksa dan menjadi panik kala melihat anaknya tergeletak di lantai kamar mandi yang basah. Dengan segara mereka membawa Ellard ke rumah sakit untuk ditangani oleh dokter.

Dokter menjelaskan bahwa ellard mengalami SCI dan itu semakin parah karena ellard terjatuh dalam posisi terduduk dua kali. Bisa dipastikan Ellard tak bisa bermain bola lagi. Ellard yang sangat terpukul menangis dan tetap akan percaya dengan kenyataannya.

Sedangkan Retsu yang mendengar kabar itu dari teman kelasnya mulai merengek pada Ryusei untuk menjenguk sahabatnya. Ryusei mengalah karena menurutnya sudah tak ada gunanya lagi dia memikirkan orang cacat seperti Ellard. Pintu kamar dibuka, Retsu melihat dengan jelas bahwa orang yang selalu tersenyum seperti Ellard hanya terdiam dalam tatapan kosong.

Ryusei selalu mencoba menghibur Ellard namun hal itu tidak ada gunanya. Ellard menatap ke arah Ryusei dan ternyata Ryusei sudah mengandeng tangan Retsu sedari tadi sembari mengatakan bahwa Ellard butuh istirahat.

"Aku menang"  ujarnya tanpa suara, Ellard mungkin tidak mendengarnya. Tapi ia yakin itulah yang Ryusei katakan. 

Hari demi hari Retsu selalu menjenguk sahabatnya.  Saat ini Retsu menjenguk Ellard tanpa Ryusei karena Ryusei sedang les untuk persiapan ujian. Secara tiba-tiba Ellard berceletuk,

"Retsu... Apa akhir akhir ini kakakmu berubah?" Dan berkat ucapan Ellard, Retsu tampak berpikir sejenak sambil tetap mengupas apel untuk Ellard.

"Hm.. semenjak tiga tahun terakhir dia memang sedikit berubah sih. Dia mulai melarang ku bermain keluar rumah. Bahkan aku kadang takut saat ditatap olehnya" Ellard kini semakin yakin bahwa dugaannya tidak salah. Dia Segera mengenggam tangan Retsu dan menatapnya dengan serius.

"Aku sudah memikirkannya beberapa hari ini, kau. Harus berhati-hati dengannya, meskipun dia kakakmu mungkin Ryusei sudah gila" Retsu berdiri dan tidak terima dengan ucapan Ellard.

"Jangan bicara yang tidak-tidak. Dia kakakku Ellard, aku tak habis pikir denganmu. Haaa aku harus pulang sekarang, maaf Ellard." Restu pergi meninggalkan Ellard dengan perasaan kesal.

"Kau sudah terjerat terlalu jauh, Retsu..."

Dirumah, Retsu menceritakan semuanya pada ryusei. Ryusei pun hanya menatap kearah adiknya dengan puas karena selalu dibela olehnya. "Ellard benar-benar menjadi aneh, yah, biarkan saja, mungkin dia stres karena mengalami cedera"

Terdengar notifikasi dari ponsel Retsu dan Retsu segera berdiri meninggalkan Ryusei dan berlari ke kamarnya.

"Mau kemana?"

"Main bola dengan yang lain... Kakak jangan lihat!" Retsu segera menutup pintu kamarnya karena Ryusei seenaknya membukanya padahal dia sedang ganti baju. Retsu akhirnya meninggalkan Ryusei sendirian dirumahnya.

"Masih belum? Masih banyak lagi? Ah, bola.. mereka mengenal Retsu dari sepakbola. Tapi bagaimana kalau dia membenciku kalau aku melarangnya...? Bukan saatnya memikirkan itu. Retsu milikku, aku harus melarangnya..."

Ketika Retsu sedang bermain bola dihalaman, Ryusei berjalan ke arah adiknya dan mengajaknya bicara empat mata. Retsu tampak terdiam sambil menatap kakaknya.

"Berhenti bermain bola" itu yang diucapkan oleh sang kakak.

Mendengar hal itu Retsu masih tersenyum dan hanya menanggapi ucapan  kakaknya sebagai candaan. "Ayolah kak, jangan bercanda lagi ya. Tidak lucu tau, aku tak mungkin melakukannya" Retsu masih tersenyum sambil menatap kakaknya.

"KU BILANG BERHENTI BERMAIN BOLA!"

Retsu menatap kakaknya dengan tatapan tidak percaya karena itu pertama kalinya Ryusei membentaknya. Retsu dengan segera meninggalkan Ryusei, dia berlari memasuki rumah dan kamarnya lalu menangis, ia menemukan Lilian yang sedang membereskan lemarinya dan meminta Lilian untuk mengunci pintu kamarnya dengan segera.

ㅤㅤ Semakin lama Retsu dapat merasakan bahwa Ryusei semakin berubah, dia bahkan tidak diperbolehkan pergi dari rumah dan bermain dengan teman-temannya. Ponselnya disita oleh Ryusei  dan nomer teman-temannya dihapus terutama jika itu adalah laki-laki.

Retsu sendiei mulai takut dengan Ryusei, dari tatapannya juga sifatnya. Dia sudah tak tahan, dia benar-benar takut pada kakaknya itu. Saat umurnya sudah 12 tahun, Retsu benar-benar ingin pergi dari sana. Ryusei benar-benar gila, karena itu dia memohon pada ibunya agar dia bisa pergi ke rumah sepupunya. Tanpa pikir panjang sang ibu menyetujuinya dan menyuruh Lilian, baby sitter Retsu untuk mengemas barang-barang Retsu dengan segera.

"Kau sudah merawat Retsu sejak dia kecil. Pergilah ke Jepang bersamanya dan jaga dia walau harus dari kejauhan. Shigeo akan membantumu menjaganya."

"Baik Nyonya.."

Nyoya Shidou berjalan kearah retsu lalu memeluknya. "Shigeo akan sampai besok, pergilah saat Ryusei sedang les" ujarnya, Retsu sendiri menatap ke arah ibunya dengan ragu lalu bertanya, "Boleh aku mengubah margaku?"

Nyoya shidou tersenyum meskipun merasakan sakit didalam hatinya. "Tentu, itu hakmu sayang. Aku tak akan melarang mu"

ㅤㅤ Esoknya, saat Ryusei pulang kerumahnya setelah les, dia langsung pergi mengecek Kamar retsu. kamar retsu sangat kosong bahkan beberapa barangnya juga sudah menghilang.

"Kemana dia.... LILIAN! KEMANA RETSU!"

"Percuma kau berteriak seperti itu Ryusei. Mereka sudah tidak dirumah ini" Ryusei menatap kearah ibunya dengan tatapan tajam

"Kemana mereka? KEMANA RETSUKU!"

"Aku tak tau! saat aku pulang berkerja mereka sudah tidak berada di rumah!!"

Ryusei terdiam ditempatnya dan terus bergumam. Nyoya Shidou yang pasrah langsung menyuruhnya pergi ke kamarnya. Dengan perasaan campur aduk, Ryusei kembali ke kamarnya. Dia segera mengambil foto retsu lalu memeluknya dengan sangat erat hingga foto itu terlipat.

"Aku bisa gila.... Kenapa kau meninggalkanku sayang...? Ah.. aku benar-benar merindukanmu. Kau benar-benar jahat." dengan wajah yang sangat marah, Ryusei meremas foto itu lalu mengacak-acak rambutnya sendiri

"Tunggu saja retsu..  aku akan menemukan mu. Ah, kucing kecilku yang manis... Apa kau mengharapkan aku mati. Retsu.... Retsu..."

Ryusei terus menerus mengila dikamarnya. Dia membanting barang yang ada disana, kadang dia berteriak maupun tertawa. Dia benar-benar tidak bisa dikendalikan.

"Padahal sebentar lagi... Sedikit lagi aku benar-benar akan mendapatkan mu... Retsu. KENAPA KAU PERGI BOCAH SIALAN! KAU MAU KEMANA! APA AKU TAK CUKUP UNTUKMU! KENAPA KAU SELALU MENOLAKKU"

Disisi lain Retsu menangis sangat kencang didekapan Shigeo sang kakak sepupu dari pihak ibunya. "Shttt... Jangan menangis. Semua akan baik-baik saja oke"

"aku takut...."

"Kau akan pergi jauh hingga dia tak akan menemukan mu... Jadi jangan menangis... Ok? Sekarang tidak ada yang akan melarangmu lagi, kau tak akan di kekang lagi jadi jangan menangis..."

"Kak... kenapa dia berubah...? Apa yang sudah aku lakukan padanya. Aku tak paham kak... Sungguh, aku tak paham...." tangisan Retsu semakin keras dan ia memeluk Shigeo dengan erat

"Aku rindu Ryusei─nii yang dulu. Kembalikan Ryusei yang ku kenal..." Mendengar itu Shigeo hanya diam menatap adik sepupunya yang perlahan terlelap dalam tidurnya.

Pemuda dengan luka di wajahnya itu mengusap surai blonde platinum milik sang gadis "Semuanya terlalu mengerikan untuk gadis rapuh seperti mu, Retsu.. saat bangun dan anggaplah semua ini hanya mimpi buruk. Jangan sampai kau kehilangan senyumanmu yang manis adikku..."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 03, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

chitraka [] blue LockTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang