9

7.2K 540 146
                                    

Tom menatap datar Harry yang tergeletak tidak sadarkan diri setelah disihir dengan mantra obliviate. Kemudian pria itu melangkah, merendahkan sedikit tubuhnya, dan tangannya tergerak mengusap lembut rambut berantakan Harry yang menutupi keningnya.

Seringai tipis menghiasi wajah Tom, "kau itu cantik, tapi sayangnya kau itu berisik." digendongnya tubuh mungil itu ala bridal, kemudian dia berdiri dan melangkah keluar dari ruangan gelap itu.

Tom membawa Harry ke dalam kamar yang bernuansa merah maroon. Direbahkan nya tubuh mungil itu di kasur king size dengan lembut, melepaskan kacamata yang pemuda itu gunakan, lalu menyelimuti pemuda itu hingga dadanya.

Matanya menatap takjub wajah cantik yang terlelap. Entah dorongan dari mana, Tom memajukan wajahnya, mencium bibir tipis Harry dan sedikit melumatnya.

Tom tersenyum setelah melepas ciuman sepihak itu, lalu mengusap pipi putih itu dengan lembut. "Tidurlah dengan nyenyak. Aku akan menyuruh Bobby mengantarkan makanan untukmu." lirihnya.

Omong-omong, Bobby adalah goblin Riddle Manor.

Pria itu kembali memajukan wajahnya untuk mengecup singkat kening Harry sebelum pergi meninggalkan kamar megah tersebut.

****


Berhari-hari setelah penyerangan, suasana di sekolah tidak ada bedanya. Kegiatan belajar dan mengajar ditiadakan untuk berlatih kekuatan dan menyusun rencana penyelamatan Harry, sementara murid-murid tahun ajaran pertama, kedua, dan ketiga dianjurkan untuk pulang ke rumah masing-masing.

Di ruangan rekreasi serba merah, terdapat tiga anak Slytherin yakni Blaise, Theo, dan Pansy. Mereka berdiskusi mengenai rencana penyelamatan Harry bersama Ron, Neville, dan Hermione sebelum pergi ke lapangan untuk melatih kekuatan mereka.

"Mione, bagaimana lukamu?" tanya Pansy.

"Aku baik-baik saja." balas Hermione. "Dengan mantra penyembuh, semuanya beres." sambungnya.

Terdengar suara dentuman dari arah tangga membuat yang berada di ruang rekreasi menoleh, "apa yang ingin kau lakukan dengan jubah gaib Harry, Ron?" tanya Neville.

"Kita bisa memakai ini untuk menyelamatkan Harry agar kakek tua berwujud om-om itu tidak menyadari kehadiran kita!" sahut Ron sembari mengenakan jubah itu di tubuhnya.

Hermione membuang napas kasar, "kau pikir segampang itu?!" desisnya.

Terjadi keheningan lagi di antara mereka hingga pertanyaan Hermione pada tiga anak Slytherin membuat seluruh pasang mata tertuju pada gadis Granger tersebut. "Bagaimana Draco? Apa dia masih mengamuk? Aku tidak pernah melihat dia ikut berlatih."

Theo, Pansy, dan Blaise kompak bertukar pandang sebelum Blaise membuka suara, "dia berlatih, tapi tidak bersama kita."

"Setelah orangtuanya dan kami bertiga memberi dukungan padanya, dia mendatangi Professor Dumbledore, Professor Lupin dan Profesor Moody. Meminta mereka untuk melatih kekuatannya." tambah Theo.

"Professor Lupin? Kapan dia kemari?" Ron mengernyit bingung.

"Dia baru sampai saat kalian masih dalam perawatan. Dia terkejut melihat kekacauan yang terjadi. Paman Sirius sudah menceritakan semuanya pada Lupin." jelas Pansy.

"Dimana Draco sekarang? Apa dia masih berlatih?"

"Masih. Bahkan dia sampai lupa untuk mengisi perutnya." Blaise meringis pelan di akhir kalimat. Kemudian pria itu berdiri, berjalan menuju pintu membuat semua yang ada di sana menatap bingung ke arahnya. "Apa yang kalian tunggu? Ayo kita melatih kekuatan kita bersama anak-anak asrama lain." katanya sebelum pergi meninggalkan ruang rekreasi Gryffindor.

Mysterious Crystal | Drarry ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang