"Empat lantai, itu luar biasa, Nyonya Ellina."Belinda, wanita berusia 40an terus memindai ke seluruh sudut ruangan lantai satu. Gaun putih lengan panjang di atas lutut, lengkap dengan sepatu heels hitam, menampilkan kesan elegan pada istri dari seorang Perdana Menteri tersebut. Satu lagi, hiasan kepala berupa topi baret berwarna hitam, yang dihiasi bunga kecil di sisi kanan. Seolah memanggil Ellina untuk terus menyorot benda tak asing itu.
"Facial treatment, filler, cell therapy, bahkan slimming lipo burner." Ellina menyebutkan beberapa kategori treatment yang akan tersedia di klinik kecantikannya.
"Slimming lipo burner?" Kelan melirik Belinda untuk mendapatkan sebuah jawaban.
Lantas wanita di sampingnya terkekeh geli. "Istilahnya, mesolipo. Suntik kurus," jawab Belinda menjelaskan.
"Semua ini kepentingan 'perempuan', Tuan Perdana Menteri. Memang sedikit terdengar membingungkan." Ellina tertawa pelan, begitupun Belinda dan Kelan yang merespon dengan senyuman.
Elin House Beauty, nama klinik kecantikan milik seorang istri dari pengusaha Pabrik Pipa terbesar di Tora. Ellina, wanita berumur setengah abad yang masih terlihat sangat cantik di usia yang tidak lagi muda, memakai gaun biru panjang--membungkus tubuh rampingnya. Bangunan berlantai empat dengan konsep minimalis, yang tersedia beberapa ruangan penting seperti; resepsionis, ruang tunggu, dan ruang periksa. Acara formal berupa peresmian klinik kecantikan miliknya turut mengundang beberapa tamu penting--termasuk Kelan dan Belinda.
"Topimu terlihat sangat cantik, Belinda. Seperti mengingatkanku pada seseorang." Kedua alis Ellina bertaut, tampak berpikir. "Ya, itu dia. Mendiang Lusiana, dia sangat suka sekali memakai topi baret," lanjutnya menimbulkan air muka keruh di wajah Belinda.
Lekas Kelan menggenggam telapak tangan istrinya, mencoba menenangkan wanita itu dengan sedikit sentuhan. "Topi Istriku memang cantik, Nyonya Ellina. Tentu saja karena itu pilihannya 'sendiri'," jawab Kelan. Sengaja menekankan kata sendiri.
Mendengar jawaban Kelan yang seolah memperingatinya, Ellina sedikit berdecak lalu membungkuk pelan. "Maafkan aku. Aku hanya merasa ... penampilan Belinda hari ini seperti mengingatkanku pada Lusi. Oh, ya, bahkan Putrimu, Adrea, juga sering sekali memakai topi baret, bukan?" Ellina mengambil segelas mocktail yang ditawarkan salah satu pelayan.
Kelan tersenyum. "Ya, Adrea memang suka meniru gaya berpakaian mendiang Ibunya."
"Termasuk melukis. Adrea cukup berbakat di bidang seni, Liam juga mengatakan kalau Adrea mengikuti ekskul melukis di Snasa."
"Benar. Adrea memang sangat berbakat." Kali ini Belinda bersuara, menanggapi perkataan Ellina yang sempat membuatnya tak nyaman.
Wanita bersurai hitam lurus itu meletakkan gelas mocktail di atas meja, kemudian kembali menatap pasangan suami-istri tersebut dengan kening mengerut. "Dan untuk karirnya sebagai atlet ice skating, apa Adrea tidak mau melanjutkannya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hirawan Bulao [End]
Fantasy"Berlian itu berbahaya. Bila si 'pemilik' tidak bisa melakukan ritual sampai akhir, maka nyawamu akan menjadi taruhannya." Adrea--mantan atlet ice skating harus kelimpungan ketika mendapati batu Berliana Biru yang terkenal ajaib, di dalam tote bag p...