Bab 27 •Who's The Thief?•

6 3 1
                                    

Adrea melepas sarung tangan untuk meletakkannya ke dalam tas yang ia bawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adrea melepas sarung tangan untuk meletakkannya ke dalam tas yang ia bawa. Dalam diam, gadis itu memandangi jemari tangannya seraya mengingat peristiwa sepekan lalu. Semuanya gagal, total. Louis yang seharian penuh menjadi sopir mereka pun langsung jatuh sakit, akibat kelelahan. Pemuda itu belum pernah menyetir mobil dalam kurun waktu lama. Hal ini tak ayal membuat Adrea dan Kinnas merasa bersalah.

Pelantikan Kelan Kaeswary sebagai Perdana Menteri Tora Periode Kedua.

Sayup-sayup Adrea mendengar berita di televisi, tengah menyiarkan proses pelantikan ayahnya. Sedikit tidak menyangka, karena Kelan telah menjadi Perdana Menteri untuk kedua kalinya.

Memilih tidak peduli, Adrea memindai ruangan cukup luas yang kerap menjadi tempat istirahat sehabis berlatih ice skating. Tersedia juga beberapa kursi beserta meja panjang, dan Adrea memutuskan duduk di salah satu kursi paling pojok, sendirian. Bukan sebab teman yang lain tak mau menemani, ia hanya butuh waktu untuk sendiri.

Pernikahan Pangeran Martin dengan Putri Mia.

Berita kedua, Adrea melihat acara pernikahan sepupunya yang diadakan kemarin. Dirinya pun turut disiarkan sebagai keluarga dari mempelai wanita. Dalam benda persegi panjang di sana, Adrea terlihat berjalan memasuki gereja bersama neneknya. Keduanya tampak serasi, sama-sama memakai gaun di bawah lutut berwarna hijau lumut.

"Kau sangan cantik, Adrea," puji Jasmine--selaku coach yang melatih Adrea untuk kompetisi TFSC, seraya melihat ke arah televisi.

Adrea tersenyum kecil. "Terima kasih."

Jasmine mengangguk lalu mendaratkan bokongnya di kursi samping Adrea. "Bagaimana, Dre? Ini sudah akhir Oktober. Masih semangat?"

Adrea mengerjap, ia lantas menatap Jasmine yang sedang mengepalkan kedua tangannya. "T-tentu, Coach."

"Apa ada masalah? Kau terlihat murung seminggu terakhir ini." Jasmine menurunkan tangannya ke posisi semula.

"Hanya masalah kecil."

"Kau yakin? Selain pelatih aku juga bisa menjadi teman ceritamu."

"Aku tidak apa-apa."

Wanita berusia 30an itu lekas mengangguk, ia tak mau memaksa Adrea mencurahkan keluh kesahnya. Dulu, Jasmine sempat terkejut saat diminta menjadi coach untuk anak dari Perdana Menteri, karena pelatih sebelumnya sudah pindah ke Belanda. Dalam waktu kurang dari sebulan saja, Jasmine hanya sekedar tahu kalau Adrea maniak makarun. Kepribadian gadis berambut ikal itu sukar ditebak menurutnya.

Sedangkan Adrea, ia berusaha meredam rasa panik mengingat TFSC akan dilaksanakan bulan Desember nanti. Masalahnya, ritual terakhir jatuh di tanggal 27 November, lebih dulu ketimbang kompetisi ice skating-nya. Memilin ujung rambut, Adrea memikirkan nasibnya yang tidak sesuai dengan perencanaan sebulan lalu. Akankah ia dan Kinnas menemui kematian secepat ini?

Hirawan Bulao [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang