Bab 2 : Pemaksaan.

429 35 0
                                    

Tinggalkan jejak dengan klik bintang😉




"Lepas anjing!" Umpat Rosela ketika dirinya di paksa untuk masuk kedalam barak latihan para prajurit kerajaan.

Beberapa waktu sebelumnya Rosela memang terpana dengan kemegahan istana kerajaan, namun dirinya ditarik ke tempat yang dipenuhi oleh para pria dan senjata.

"Kenapa kau bawa-bawa nama hewan?" Tanya Prajurit berambut coklat.

"Itu umpatan dari negeri asalku." Jawab Rosela kesal. Ia masih tidak bisa menerima dirinya dibawa paksa seperti ini. Nasib Riri bagaimana? Jika Margaret tau Riri pasti akan dihukum dengan kejam. Semua ini salahnya karena ingin melihat festival.

"Ouh..." Prajurit itu tiba-tiba tersadar, "kau mengumpatiku?" Tanyanya marah.

Rosela mengangguk.

"Dasar budak tidak tau diri!" Bentaknya.

Rosela terlonjak kaget mendengar suara tinggi prajurit itu ketika membentaknya. Walau sering dibentak Margaret, bentakan dari seorang pria lebih menakutkan.

"Kalau bukan karena perintah Pangeran, kami juga tidak mau membawa budak sepertimu. Entah apa yang di pikirkan Yang Mulia mau memungutmu." Ujar prajurit berambut pirang.

"Baru kali ini aku melihat gadis berambut hitam sepertimu." Kata Prajurit yang memaki Rosela tadi.

"Bahkan matanya merah. Sudah seperti penyihir saja." Sambung Prajurit brambut pirang.

Perkataan mereka memang benar. Kebanyakan orang di kerajaan memiliki rambut coklat, pirang, serta kemerahan, jarang ada orang dengan rambut hitam selain Pangeran Dietrich tentunya. Dikerajaan yang punya rambut hitam adalah Pangeran dan mendiang Ibunya. Karena Raja memiliki rambut pirang serta mata biru, dan yang diturunkan ke Dietrich hanya mata birunya saja. Berbeda dengan Pangeran Benjamin, ia memiliki mata biru serta rambut pirang dari Raja. Itu juga dikarenakan faktor ibunya yang juga berambut pirang.

"Negara asalmu dimana?" Tanya Prajurit lain.

"Jauh, kalian tidak akan tau." Ucap Rosela kesal.

"Mana ada prajurit yang tidak tau negara lainnya. Kalau begitu kami berhenti saja jadi prajurit."

Mereka pun tertawa mengejek.

Rosela tidak mengidahkan ejekan mereka, ia tengah mencemaskan kondisi Riri disana.

"Apa yang kalian tertawakan?" Tanya Dietrich begitu masuk ke dalam ruangan itu.

"Yang Mulia." Sapa yang lainnya sambil membungkuk sopan. Hanya Rosela yang masih melamun karena pikirannya.

"Mulai sekarang kau jadi pelayan di istanaku." Perintah Dietrich. Entah mengapa perasaannya mengatakan bahwa Ia harus mempertahankan perempuan itu di sisinya.

"Tidak mau." Tolak Rosela.

"Beraninya kau menolak perintah Yang Mulia!" Bentak Prajurit berambut merah.

"Ada yang ingin aku bicarakan, tapi hanya kita berdua." Pinta Rosela tanpa gentar. Walau ia tau yang berdiri di hadapannya adalah seorang pengeran.

Am I a Villain?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang