Bab 3 : Rencana.

406 30 0
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote bab ini ya😉



Rumor tentang pencabutan gelar pangeran mahkota tersebar ke seluruh penjuru negeri. Tak hayal banyak yang pro dan kontra dengan keputusan Raja, padahal yang terjun sekaligus memenangkan peperangan adalah Pangeran Dietrich, kenapa malah Pangeran Benjamin yang naik tahta, padahal ia hanya berdiam diri di Istana.

Namun, beberapa pihak malah setuju jika Pangeran Benjamin naik tahta, karena bagaimana pun Dietrich dinilai tidak pantas jadi Raja karena ia suka berperang dan sudah banyak membunuh orang. Takutnya jika nanti Dietrich naik tahta, rakyat jadi menderita.

Setiap kerajaan tentu saja memiliki rakyat dengan pola pikir masing-masing. Namun, segala keputusan tetap di tangan Raja. Bagaimana pun mereka berkomentar, ujung-ujungnya tidak bisa mengubah keputusan Istana.

"Rose!" Suara Riri membuyarkan lamunan Rosela yang tengah menatap taman Istana lewat balkon kamarnya.

"Riri?"

Mereka pun berpelukan dan mulai menangis. Riri merasa tenang setelah melihat kondisi Rosela yang baik-baik saja, padahal ia berpikiran buruk jika Rosela dikurung di penjara atau bahkan di hukum.

Dietrich benar-benar menepati janjinya. Padahal baru semalam ia meminta agar Riri dibawa ke Istana sebagai Pelayan, siangnya Riri sudah ada di hadapannya, berdiri sambil mengenakan pakaian pelayan.

Setelah mandi dengan bersih dan mengenakan pakaian yang bagus, Riri terlihat lebih cantik dari sebelumnya. Mata hijaunya itu terlihat berkilauan.

Rosela juga dimandikan ketika pingsan tadi, makanya ia mengenakan gaun tidur.

"Ekhem!" Sela Margaret. Kepala pelayan di Istana Dietrich.

Di kerajaan Valkry, Pangeran dan Putri Raja diberi area mereka masing-masing yang disebut Istana Pangeran Dietrich dan Istana Pangeran Benjamin. Berbeda jika tahta sudah turun ke tangan Benjamin, Dietrich harus pindah ke kediaman Grand Duke. Dan saat ini Rosela tengah berada di Istana Dietrich, bersebelahan dengan Istana Benjamin.

Sadar akan sikapnya, Riri langsung melepaskan pelukannya. "Ah, maafkan kelancangan saya, Nona." Ucapnya sambil membungkuk. Bagaimana pun ia adalah dayang untuk Rosela.

Rosela pun paham. "Margaret, bisa kau tinggalkan kami berdua? Aku ingin bicara penting dengan Riri." Ucapnya.

Margaret mengangguk, lalu keluar dari kamar Rosela. Dan, disaat itulah Riri langsung memukul lengan Rosela. "Apa yang sebenarnya terjadi? Padalah aku cemas kau dihukum." Katanya frustasi karena ternyata Rosela malah jadi tamu Pangeran Dietrich dan tinggal di kediamannya. Dan juga bisa mengajak Riri tinggal disana. Ternyata Rosela tidak melupakan janjinya untuk membuat kehidupan mereka berubah.

"Tenanglah, untuk sementara kita tinggal disini." Ucap Rosela santai.

"Bagaimana bisa kita tinggal disini? Kita hanya budak." Riri masih tidak bisa percaya dengan apa yang terjadi saat ini. Seperti mimpi saja, ia jadi takut untuk terbangun.

"Jangan sebut kata budak lagi, disini yang tau kita budak hanya beberapa prajurit dan pangeran saja, Margaret dan dayang yang lain hanya tau aku tamu. Itu agar kita tidak di pandang rendah oleh yang lain di Istana ini." Jelas Rosela.

Am I a Villain?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang