Bab 8 : Tuduhan.

288 20 0
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote bab ini ya😉




"Ibu,"

Pauliana dan para pelayan kaget begitu melihat Benjamin keluar dari lemari.

"Ternyata kamu, apa yang kau lakukan di lemari Ibu, Ben?" Tanya Pauliana kaget.

"Aku tandinya ingin memberi kejutan, tapi karena sudah ketahuan makanya langsung keluar." Ucap Benjamin santai.

Sebenarnya dia tidak sepenuhnya bohong. Benjamin ke kamar Ratu memang ingin menyampaikan kabar tersebut, hanya saja karena bertemu Rosela rencananya jadi berubah.

"Oh ya? Kejutan apa?"

"Aku baru saja selesai membuat lukisan taman yang indah untuk Ibunda." Jawab Benjamin.

"Oh Putraku yang pintar dan baik. Dimana lukisan itu sekarang?" Tanya Pauliana antusias. Karena Pauliana adalah pecinta seni lukisan.

"Ada di kamarku. Karena belum kering makanya tidak aku bawa. Dan, aku mau mengajak Ibunda melihatnya."

"Apa kami boleh ikut, Pangeran?" Tanya pelayan ikut penasaran dengan lukisan Benjamin.

"Tentu saja." Balas Benjamin dengan senang hati. Rencananya untuk menyelamatkan Rosela berhasil. "Lebih baik kita segera pergi ke kamarku." Ajak Benjamin. Dan, untungnya mereka setuju.

Setelah mendengar langkah kaki menjauh, Rosela baru memberanikan diri untuk keluar dari lemari. Pandangannya mengitari sekeliling, takut-takut jika ada pelayan yang masih berada di kamar Paulian. Dan, setelah aman, ia beranjak keluar dari sana.

Untungnya tidak ada pengawal maupun pelayan yang mencurigainya. Rosela bisa balik ke Istana Dietrich dengan aman.
 

👑👑👑


Dietrich pulang.

Rosela yang mendengar kabar kepulangan Dietrich pun langsung menemuinya ke ruang kerja Dietrich. Ia ingin menceritakam apa yang terjadi hari ini serta ingin memberikan botol racun tadi ke tangan Dietrich. Rosela juga ingin memberitahukan perbuatan Dalton.

Sesampainya disana, Rosela di sambut oleh Dietrich, Dalton, dan dua orang prajurit yang mengenakan baju zirah.

"Ada apa ini?" Tanya Rosela kaget. Perasaannya sudah mengatakan kalau akan terjadi sesuatu menyangkut kabar kematian saksi itu.

Dietrich melibat kedua tangan di dada. Anehnya, ekpresi pria itu yang selalu datar dan tak terbaca kini terlihat jelas tengah menahan amarah. "Jangan berpura-pura bodoh. Kau 'kan mata-mata yang di kirim Ratu!" Teriaknya murka.

Saking kagetnya dengan suara keras Dietrich, jantung Rosela berdegup dengan kencang. Baru kali ini ia di teriaki sekeras itu. Lebih keras dari wanita tua waktu ia tinggal di perkerbunan dulu.

"Aku tidak habis pikir. Kau menuduhkan tanpa mencari tahu kebenarannya dulu." Balas Rosela membela diri. Toh, ia tidak bersalah sama sekali.

"Tahan Perempuan itu di penjara!" Perintah Dalton tiba-tiba. Dua prajurit berbaju zirah tadi langsung mendekati Rosela dan menarik lengannya.

"Lepas bajingan!" Umpat Rosela sambil mengayunkan lengannya agar terlepas dari Prajurit-prajurit itu. Dan nihil, kekuatan Rosela tidak ada apa-apanya dengan mereka.

Anehnya, Dietrich membuang muka ketika Dalton memerintahkan prajurit untuk membawanya. Seakan Pria itu tidak tega. Tapi, ia sudah meneriaki Rosela seperti itu.

Riri yang masuk keruangan itu mengantarkan teh pesanan Rosela untuk menjamu kedatangan Dietrich. Malah melihat Nonanya dibawa paksa oleh Prajurit. Sontak, nampan yang dipegang Riri terlepas dari tanganya.

Am I a Villain?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang