©Hello Jean
"Halo, Bundaku sayang, eh kok sama Papa? Papa nggak kerja ya?!"
Jean yang naik ke dalam mobil terheran dengan keberadaan Jaffin. Sebab biasanya Reana datang bersama sopir atau hanya Papanya sendirian yang menjemputnya jika sempat. Karena jarak rumah dan kantor lumayan jauh juga arahnya yang berlawanan membuat mereka sangat jarang menjemput Jean bersama.
"Kenapa sih lama banget? Yang lain udah keluar dari tadi loh." Keluh Jaffin karena putranya itu baru keluar dari gerbang sekolah lima belas menit setelah bel pulang di bunyikan.
"Ya mian, aku nunggu Sasa dulu ih Papa, dia nggak bisa jawab pertanyaan dari miss." Gerutu Jean sembari menyamankan duduknya.
Ia tidak berbohong, sejujurnya Jean juga ingin segera pulang. Namun karena ibu guru di kelasnya memberi kuis dan siapa yang bisa menjawab baru boleh keluar kelas, Audisa yang lamban dalam pelajaran matematika harus menjadi orang nomor lima dari belakang yang bisa menjawab kuis, itupun dibantu diam-diam oleh Jean dan Ael. Sebagai teman yang baik ia dan Ael dengan sabar menunggu, di ambang pintu berharap Audisa bisa segera menjawab dan mereka bisa pulang.
"Emang kuis apa, Dek?" Tanya Reana yang menoleh ke belakang sembari memberikan sekotak susu stroberi.
"Matematika, Sasa kan emang nggak bisa jadi aku nunggu dulu sama Ael. Ael udah marah-marah nggak jelas karena Sasa lama banget nggak bisa jawab, akhirnya dibantuin biar cepet keluar." Jelas Jean yang kemudian meminum susunya.
"Kenapa nggak ditinggal aja kalau nggak sabar nunggu?" Tanya Jaffin.
"Gak tahu, aku udah suruh dia pulang duluan, biar aku aja yang nunggu Sasa, tapi Ael nggak mau. Jadinya nunggu sambil marah-marah, telingaku panas dengerinnya."
Di tempatnya duduk Reana terkekeh, tidak menyangka jika anak-anak kecil itu memiliki jiwa setia kawan. Bahkan Ael yang kesabarannya sangat tipis seperti ayahnya tetap mau bertahan menunggu Audisa. Pertemanan tulus itu Reana harap bertahan hingga mereka dewasa, seperti pertemanan Jaffin dan kawan-kawannya.
"Tadi di sekolah, Adek belajar apa aja?" Tanya Reana penasaran.
Wanita itu akan selalu bertanya pada putranya, tentang apa yang putranya lalui hari itu, belajar tentang apa, bagaimana makan siangnya bersama teman-temannya dan cerita-cerita lain yang akan selalu Jean ceritakan dengan semangat. Reana akan selalu mendengarkannya, sesekali menimpali dan memberi saran atau pengertian jika yang Jean lakukan salah.
"Belajar berhitung lagi, tapi lebih banyak dari yang kemarin terus kita maju satu-satu, Bunda. Ceritain hobi, cita-cita, pekerjaan orang tua, makanan favorit sama banyak lagi."
"Emang cita-citamu apaan?" Tanya Jaffin menimpali.
Lelaki itu mengemudikan mobilnya dengan kecepatan stabil, menuju restoran tempat mereka untuk mengisi perut hari ini. Laki-laki itu sesekali melirik lewat spion hanya untuk melihat wajah ceria putranya, setiap kali menceritakan hari-harinya Jean selalu tersenyum. Terkadang anaknya itu juga menceritakan kelakuan konyol yang membuatnya tertawa.
"Nggak tahu."
"Kok nggak tahu? Terus pas maju Adek bilang apa?" Reana mengernyit bingung. Perempuan itu duduk miring untuk menatap putranya.
"Jean bilang, ''cita-cita Jean itu jadi penjual balon goyang miss, tapi sama Papa gak boleh miss.'' Terus miss tanya, ''kenapa gak boleh, Jean?'' Aku diem sebentar sambil mikir."
"Kayak punya beban hidup aja pakai mikir." Sindir Jaffin yang sebenarnya ikut penasaran.
"Ah Papa diem dulu dong, aku mau cerita!"
KAMU SEDANG MEMBACA
hello Jean ft. Na Jaemin [on hold]
FanfictionLalu bagaimana kehidupan Reana dan Jaffin setelah menikah? Bagaimana cerianya Jean yang tak pernah mendapat kasih sayang seorang bunda kini memilik Reana sebagai bidadarinya? Sebuah kisah manis dari Jean Natawijaya [papa phase 2] • bahasa • ongoing ...