©Hello Jean
"Sayang, setelan jasnya Mas yang warna navy itu di mana, ya? Kok nggak ada?"
Jaffin menghampiri istrinya yang baru saja selesai menyisir rambut putranya. Lelaki itu masih mengenakan celana kolor dan kaus dalam, sudah lima belas menit mencari setelan jas yang dia maksud di seluruh sisi walk in closet, tapi tetap tidak menemukannya.
"Navy? Bukannya ada beberapa?" heran si wanita.
"Yang kamu beliin, itu loh."
"Oh, masih di gantungan kayaknya, baru kering."
"Mas mau pakai yang itu." pinta Jaffin.
"Kamu udah pakai setelan itu dua hari yang lalu, Mas. Nanti dikira nggak punya yang lain."
"Biarin lah, Mas suka yang itu soalnya kamu yang beliin. Kalau bisa di pakai tiap hari Mas pakai setiap hari."
"Yaudah, bentar aku minta tolong mba buat gosokin."
Bibir Jaffin merekah begitu mendengar keputusan istrinya, apa pun masalahnya Reana selalu bisa di andalkan. Setelan jas itu khusus dipesan oleh Reana beberapa waktu lalu untuk dirinya. Sudah dua kali Jaffin memakai setelan jas itu untuk bertemu klien dan sudah dua kali pula dia di puji oleh klien karena katanya setelan itu cocok untuknya.
"Papap, kemarin Ael ngajakin main ke rumahnya, Adek boleh main ke sana nggak?"
Jean yang duduk di kursi meja rias memutar tubuh, menghadap pada Jaffin yang masih berdiri seraya menyisir rambut dengan jari. Setelah merasa dia tampan di kaca, Jaffin menatap putranya.
"Boleh dong. Sama si cantik juga, kan?" Yang Jaffin maksud itu Audisa.
Putrinya Marka Athala yang sudah dia anggap seperti putrinya sendiri. Tiga serangkai itu seolah susah untuk dipisahkan, walau Raffael dan Audisa kerap sekali cekcok hanya karena hal kecil. Mereka seperti ingin melanjutkan persahabatan orang tua masing-masing.
"Iya sama Sasa."
"Oke, jangan nakal kalau di rumah orang, ya. Jangan ngerepotin, terus kalau bisa bantu cuci piring kalau kamu ditawarin makan, nyapu juga."
"Bjirr."
"Heh jelek amat bjirr bjirr, kamu mau ditabok bibirnya sama Bunda?"
"Papa aneh, Papa kan gak pernah cuci piring sama nyapu kalau bertamu ke rumah eyang. Kenapa aku disuruh-suruh?" protes yang lebih muda.
"Mulai, masih pagi udah mulai ya kalian. Bisa nggak sehari aja tenang tanpa ribut?" tegur Reana yang baru saja keluar dari walk in closet.
Perempuan itu membawa setelan yang Jaffin maksud, akan dia bawa ke bawah untuk di setrika. Kedua laki-laki beda usia itu terdiam setelah mendengar suara Reana, lalu salah satunya berpose peace agar Reana tidak marah.
"Bentar ya, Mas, kamu santai-santai aja dulu. Adek ayo turun, tasnya jangan lupa dibawa." ajak Reana sembari menggandeng putranya.
"Papap satu-kosong, Adek menang lagi!" Pekik Jean bahagia.
Anak laki-laki itu menenteng tas sekolahnya, berlari kecil menyusul Reana yang sudah lebih dulu keluar kamar. Sehari-hari Reana sudah kenyang dengan perdebatan antara suami dan anaknya. Wanita itu sudah berada di fase malas menanggapi dan langsung akan menegur agar keduanya tidak berisik di pagi hari.
"Mbak, tolong gosokin jasnya Bapak, ya, mau dipakai hari ini jadi tolong agak cepet." Reana menyerahkan setelan itu pada seorang perempuan yang lebih muda darinya.
"Ini bukannya baru kering, Bun? Berarti abis dipakai dong?" tanyanya sembari menerima setelan itu.
"Emang, orangnya yang minta Mbak, jadi gosokin, ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
hello Jean ft. Na Jaemin [on hold]
FanfictionLalu bagaimana kehidupan Reana dan Jaffin setelah menikah? Bagaimana cerianya Jean yang tak pernah mendapat kasih sayang seorang bunda kini memilik Reana sebagai bidadarinya? Sebuah kisah manis dari Jean Natawijaya [papa phase 2] • bahasa • ongoing ...