©Hello Jean
Jaffin sebenarnya tahu bagaimana perasaan istrinya. Sekalipun wanita itu terus berkata bahwa dia baik-baik saja. Tetapi, bagaimana raut wanitanya yang terlihat sedih dia menyadarinya, walau orang lain mungkin tidak.
Hari ini, pagi-pagi sekali mama Dewi menelpon istrinya untuk memberi kabar jika Issabel, istri Hesha sudah keluar dari ruang bersalin. Jaffin tentu senang, sebab akhirnya sahabatnya yang sudah lama melajang kini telah menjadi seorang ayah. Reana juga bahagia, tentu saja karena sepupunya yang paling dekat dengannya berbunga-bunga setelah putrinya lahir.
Namun, hal yang membuat Reana enggan datang adalah rasa takut. Wanita itu ketakutan jika hatinya kembali sesak karena dipojokkan. Orang-orang mungkin akan membanggakan Issabel sebab baru setahun menikah wanita itu sudah bisa memberi Hesha seorang bayi cantik, sedangkan dia sudah tiga tahun membangun rumah tangga belum juga bisa memberi bayi untuk suaminya.
Dan sekarang Reana tidak bisa dihubungi setelah mengiriminya pesan untuk menjemput Jean. Sebenarnya Jaffin tidak perlu sekhawatir itu karena wanitanya hanya butuh waktu sebentar untuk menenangkan hati. Namun, Jaffin tetap Jaffin yang selalu harus memastikan jika istrinya memang benar baik-baik saja, dia harus melihatnya sendiri.
Lelaki itu turun dari lantai paling atas dengan tergesa untuk menyusul istrinya ke cafe yang tepat berada di depan perusahaan. Rendra bilang, Reana sedang makan siang bersama Nita, itulah mengapa akhirnya dia tahu posisi istrinya berada. Sebagai sesama perempuan mungkin membuat Reana lebih nyaman bercerita dengan Nita, tetapi Jaffin sedikit kecewa mengapa wanitanya tidak bisa selalu terbuka dengannya.
Padahal Jaffin tidak pernah sekalipun membuat wanitanya tidak nyaman jika sedang berkeluh, lelaki itu justru akan selalu menempatkan diri seperti istrinya. Ikut merasakan bagaimana sedihnya, bagaimana sakitnya dia.
"Rey, suami lo."
Nita menepuk pelan tangan Reana, memberi tahu wanita itu jika Jaffin berdiri tepat di belakangnya. Nita terlihat kikuk saat mendapati Jaffin berwajah serius, Nita seperti seorang pegawai yang tertangkap basah tidak bekerja saat jam kerja.
"Kalau masih mau lanjut ngobrol nggak apa-apa, Mas ke sini cuma mau lihat kamu." ujar Jaffin.
Lelaki itu baru bisa bernapas lega saat melihat wajah istrinya, wajah yang tidak secerah biasanya. Jaffin hendak beranjak pergi sebelum akhirnya Reana menarik lengannya. Menahan dirinya yang masih ingin memberi ruang agar Reana menyelesaikan ceritanya sampai lega.
"Kamu udah makan belum, Mas?"
Jaffin menggeleng. Dia bahkan tidak ingat tentang makan siangnya. Pikirannya hanya penuh dengan sang istri yang tiba-tiba tidak bisa dihubungi. Rasa khawatirnya lebih besar dari pada rasa lapar.
"Aku temenin kamu makan dulu, aku udah selesai kok ngobrolnya." Reana berdiri, menarik tangan suaminya agar lebih dekat.
"Kalau gitu gue balik dulu ya Rey, kalau ada apa-apa kabarin gue ya! Pak Jaff saya duluan ya, mari." Semua keluh kesah Reana sudah Nita simpan rapat, tidak ada terkecuali sama sekali. Maka perempuan itu memilih untuk undur diri. Membiarkan Jaffin kembali merebut Reana dari pandangannya.
"Nita, makasih ya. Nanti gue hubungin lo lagi."
Nita hanya mengangguk, lalu berjalan terburu sebab jam masuk kantor setelah jam makan siang hanya sisa beberapa menit. Pekerjaannya sudah menunggu sejak pagi, ada banyak sekali yang harus dia kerjakan sebelum mengambil cuti. Nita tidak mungkin membiarkan Reana duduk di sebelahnya dan membiarkan wanita itu melihatnya bekerja dari pagi sampai jam makan siang. Selama itu Reana yang mengganggu pekerjaannya, Nita akan tetap aman dari gunjingan atasan atau teman sekantor yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
hello Jean ft. Na Jaemin [on hold]
FanfictionLalu bagaimana kehidupan Reana dan Jaffin setelah menikah? Bagaimana cerianya Jean yang tak pernah mendapat kasih sayang seorang bunda kini memilik Reana sebagai bidadarinya? Sebuah kisah manis dari Jean Natawijaya [papa phase 2] • bahasa • ongoing ...