11. puding sebagai hadiah

431 72 2
                                    

©Hello Jean

Suara jerit serta teriakan menyambut Reana, tentu wanita itu tahu dari siapa suara jeritan berasal. Tepat saat dia membuka pintu gadis kecil yang tengah menjerit sekaligus tertawa itu menabrak tubuhnya. Kakinya yang berlari membuat tubuhnya terhuyung sebab menabrak Reana sedikit keras, untung saja gadis kecil itu tidak jatuh sebab dengan sigap Reana menahan tubuhnya.

"Eh, ini apa ya kok pada lari-lari? Nanti kalau jatuh gimana?"

Ketiga anak yang sebelumnya mengacau, berteriak, menjerit, berlarian dalam sekejap berhenti. Mereka tersenyum tanpa dosa saat Reana masuk diikuti Jaffin. Lalu, salah satunya berlari menghampiri, memeluk tubuh bagian bawah Reana erat.

"Bunda kemana kok nggak jemput Adek sih?" protesnya.

Kepalanya mendongak, raut wajahnya galak menuntut penjelasan. Namun, justru terlihat lucu di mata kedua orang tuanya. Anak itu memang akan selalu merajuk jika bukan Reana atau Jaffin yang menjemputnya. Dia tetap ingin diantar dan dijemput oleh kedua orang tuaya disaat apapun. Sopir adalah opsi terakhir dan dia akan pulang dengan keterpaksaan.

"Maaf ya, sayang, tadi Bunda ada janji sama tante Nita. Jadi, nggak bisa jemput Adek."

"Kenapa nggak ajak Adek?"

"Kan Adek lagi sekolah."

"Alaah.. "

"Dih, yang penting kan ini udah sampai rumah, nggak usah ngambek." Jaffin berucap, kemudian mengusap kepala putranya.

"Nggak ngambek!" serunya.

"Lha ini namanya ngambek, merajuk." tekan Jaffin, lalu melewati anak dan istrinya begitu saja untuk masuk lebih dulu. Jika tidak, dia akan terus berdebat dengan Jean.

"Eh, udah pada makan belum? Bunda beli ayam goreng, makan yuk!"

Wanita itu melepas paksa pelukan putranya, menggantikanya dengan sebuah kantong plastik agar dibawa. Jean tidak protes, anak itu tetap menerima barang bawaan bundanya. Kemudian mengikuti langkah wanita itu menuju ruang makan.

Ketiga anak sebaya itu terlihat lelah, mungkin karena terlalu asyik bermain. Seragamnya juga belum diganti, sebab asisten rumah tidak ada yang berani menegur. Mereka duduk berurutan dengan Audisa berada di tengah.

"Tadi udah dibikinin minum sama mbak Inka belum?"

"Sudaah kok, tadi dibuatin jus jeruk." jawab Audisa.

Gadis kecil itu tersenyum lebar dengan rambut yang tergerai. Ada banyak keringat dipelipisnya, menandakan dia sudah lumayan lama berlarian. Reana tidak masalah dengan kekacauan yang dibuat oleh anak-anak, selama itu tidak membahayakan. Ia justru senang rumahnya sering menjadi tempat singgah, rumah sebesar ini sayang jika dihinggapi sepi.

"Yaudah pada makan dulu ya, nanti habis makan Bunda kasih camilan."

"Yess! Siap Bunda!"

Reana tersenyum mendengar jawaban serentak dari ketiganya. Kalimat Jaffin beberapa menit lalu terngiang di kepala, membenarkan jika sekalipun seorang anak tidak terlahir dari rahimnya, ia tetap bisa menjadi seorang ibu. Sebab, ketika Jean, Audisa dan Ael memanggilnya bunda, Reana mengakui bahwa itu panggilan untuk dirinya.

hello Jean ft. Na Jaemin [on hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang