©Hello Jean
"Hari ini Adek berangkatnya sama Papa dulu ya, nanti pulangnya Bunda yang jemput.""Kenapa?" Bibir anak itu maju seketika.
"Bunda mau ngomong sama si mbak yang baru, yang tadi siapin mamnya Adek kan baru tiga hari masuk jadi belum banyak tahu." Jelas si Bunda.
"Tapi kan, ada mbak yang lama, suruh mbaknya aja yang ngomongin, Bunda anter Adek." Rajuknya.
Setelah sarapan selesai, Reana segera merapikan kembali seragam putranya, kemudian Membantunya mengenakan tas ransel. Ini bukan sekali dua kali Reana tidak bisa mengantar karena harus mengurus rumah, biasanya Jean juga mau saja berangkat bersama Jaffin. Tapi, entah mengapa hari ini anak itu terlihat tidak bersemangat jika harus satu mobil dengan papanya.
"Nggak bisa gitu dong, kan yang punya rumah Bunda, jadi Bunda yang harus jelasin semuanya."
"Alah, Adek nggak mau sama Papa."
"Kenapa, gitu?"
"Nggak tau, kesel aja."
Bibir wanita itu tersenyum tipis saat mendengarnya. Sudah biasa menghadapi manusia dengan kepribadian tidak jelas seperti anak dan suaminya.
"Nanti minta uang saku lagi sama Papa, pasti dikasih. Katanya mau main ke rumah Ael, kan? Nah bawa jajan yang banyak buat dimakan bareng, gimana?"
"Tapi pulangnya Bunda yang jemput ke rumah Ael, kan?"
"Iya, sayang. Udah dong jangan cemberut."
Setelah dirayu dengan uang saku Jean akhirnya setuju. Wajahnya tidak lagi kesal, justru meringis tanpa dosa menghadap sang ayah. Dia mungkin berniat merencanakan perampokan sebanyak mungkin, mumpung si bunda sendiri yang berkata jika dia boleh meminta uang tambahan.
"Apa lihat-lihat?" sinis Jaffin.
"Nggak tuh, aku lihatin Mangga kok." alih Jean.
Mangga itu seekor kucing jantan berwarna oren, ras Maine coon yang di adopsi oleh Jean satu tahun lalu. Bulunya yang tebal dan panjang membuat Jean tertarik karena katanya mirip dengan Nganga, boneka singa miliknya. Di beri nama Mangga karena warnanya oren seperti buah mangga yang matang.
Mangga yang merasa dirinya disebut mengeong, menatap Jaffin yang beralih menatapnya juga. Mangga sudah mendapatkan jatah sarapan, makanya dia duduk dengan tenang. Hanya seolah bertanya mengapa dirinya disebut, apakah akan mendapatkan semangkuk royal canin lagi? Kalau iya, jelas dia akan bahagia.
"Mas berangkat ya, sayang. Kalau ada apa-apa langsung kabarin aku, oke?" Jaffin beranjak.
Lelaki itu memakai jasnya, dia tidak membawa tas tetapi menenteng sebuah ipad. Semua pekerjaannya ada di sana, ipad miliknya adalah benda berharga.
"Adek, buruan ah ayo." seru Jaffin karena putranya itu justru akan menghampiri Mangga.
"Kamu mau dibawain apa buat makan siang, Mas?" tanya Reana yang berjalan tepat disamping suaminya.
Pinggangnya tertarik karena ulah Jaffin, lalu perlahan lelaki itu mendekatkan bibirnya ke telinga si istri. Berbisik pelan dan memastikan hanya sang istri yang mendengarnya.
"Mau kamu."
Reana menahan gurat merah di pipinya, tangannya tanpa dikomando mencubit perut suaminya hingga mengaduh. Lelaki itu tertawa pelan sembari menahan nyeri, cubitannya memang kecil tapi justru itu membuat perutnya panas. Mereka terus berjalan menuju teras, mengabaikan Jean yang meneriakkan protes karena ditinggal.
KAMU SEDANG MEMBACA
hello Jean ft. Na Jaemin [on hold]
Fiksi PenggemarLalu bagaimana kehidupan Reana dan Jaffin setelah menikah? Bagaimana cerianya Jean yang tak pernah mendapat kasih sayang seorang bunda kini memilik Reana sebagai bidadarinya? Sebuah kisah manis dari Jean Natawijaya [papa phase 2] • bahasa • ongoing ...