9

530 67 4
                                    

©Hello Jean

Ini bukan pertama kali mereka datang ke rumah Ael, sebelumnya mereka berdua pernah datang bersama orang tua masing-masing saat di undang makan malam. Juga sudah beberapa kali main ke sini walaupun tak sesering saat mereka main ke ruman Jean.

Rumah Ael berada tepat di tengah-tengah pusat kota, tinggal di sebuah residence yang gedungnya menjulang tinggi. Dekat dengan mall mall besar dan daerah yang selalu ramai. Jalanannya penuh kendaraan yang tak pernah sepi.

Ketiga anak itu berjalan beriringan setelah keluar dari lift. Di belakang ketiga anak kecil itu Celine membuntuti. Terkadang orang akan salah tangkap dan mengira wanita itu memiliki 3 anak yang jarak kelahirannya dekat, sebab terlalu sering membawa Jean dan Disa hanya sekedar untuk makan siang bersama.

"Ael, ajak mereka buat ganti baju dulu baru main. Mams udah pesenin kalian makan siang sama camilan, nanti biar diambil sama bibi ke bawah."

"Mams mau pergi lagi?"

Wanita itu mengangguk, sebagai wanita karir dia tidak bisa meninggalkan pekerjaannya begitu saja. Dia harus kembali ke sekolah untuk rapat, dirinya adalah pemilik yayasan yang tentu wajib untuk hadir.

"Sebentar aja, nanti Mams pulang jam 3, chat Mams aja kalau mau dibeliin sesuatu." ujarnya sembari mengusap surai putranya.

"Ok, Mams, hati-hati."

"Love you."

Anak laki-laki itu membiarkan ibunya kembali bekerja setelah memberi satu ciuman di pipi. Mengantarnya hingga ambang pintu lalu melambai kecil. Walaupun Celine sangat sibuk dengan pekerjaannya, dia akan tetap berusaha memperhatikan putranya dengan baik agar tidak merasa diabaikan.

Sejak kecil Ael tumbuh bersama dirinya karena tinggal terpisah dengan Rendra. Laki-laki itu hanya datang setahun sekali saat akhir tahun, untuk merayakan natal dan tahun baru bersama. Kebersamaan itu membuat dirinya begitu menyayangi putranya.

"Mama kamu pergi lagi?" tanya Jean.

"Iya, mau lanjut kerja lagi."

"Ooooh ok, aku mau minum dong."

"Aku juga mau, es jeruk." timpal Disa.

Ael yang malas menatap jengah, tetapi dia tetap melangkahkan kaki menuju dapur. Teman-temannya itu belum mengenalnya genap setahun, tapi kelakuannya sudah seperti saudaranya sendiri, seenaknya. Anak itu menghampiri wanita paruh baya yang terlihat sedang mencuci sesuatu di wastafel, bi Nani.

"Bi Nani, buatin es jeruk ya yang banyak." pintanya begitu berdiri tak jauh.

Wanita paruh baya itu menoleh, lalu mengangguk tanpa protes. Biasanya jika ada teman-teman Ael yang datang ke rumah, bi Nani akan membuatkan camilan juga. Seperti perintah tuannya, mereka tidak boleh kelaparan.

"Siap, ganteng. Nanti Bibi anter ke depan ya."

Ael beranjak begitu saja, dia memang kurang bersahabat dengan orang asing. Walaupun bi Nani sudah hampir setahun bekerja di rumahnya Ael tetap tidak bisa mengakrabkan diri. Sama seperti Jean, bedanya Jean memang enggan berinteraksi dengan para asisten rumah tangga.

"Ayo ganti baju dulu, nanti seragamnya kotor." ajaknya mendahului.

Dari mereka bertiga, bisa dibilang hanya Ael yang sedikit berpikir dewasa. Anak laki-laki itu sudah belajar banyak hal dengan mamanya hingga menjadi anak yang cerdas dan mandiri.

"Aku nggak bawa baju ganti, jadi gini aja."

"Nanti kamu dimarahin mama kamu, Disa." tekan Ael.

Gadis kecil itu menggeleng, mamanya tidak pernah peduli. Semua yang bersangkutan dengan dirinya selalu diurus oleh pengasuh. Mamanya hanya akan marah jika dia membuat masalah.

hello Jean ft. Na Jaemin [on hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang