13. satu piring yang sama

424 51 1
                                    

©Hello Jean

"Adek, lihat nih Papa bawa opor ayam. Makan dulu ya sebelum minum obat."

Jaffin masuk dengan nampan berisi sepiring nasi dan semangkuk opor ayam. Bibirnya tersenyum simpul kala melihat putranya langsung menggeleng pelan, bergelanyut manja di lengan istrinya yang tidak bisa bergerak sedikitpun karena ditahan. Kalau sudah begini berarti hanya Reana yang bisa memaksa putranya untuk menelan makanan.

"Kalau nggak mau makan, nanti nggak sembuh. Katanya mau kenalan sama adik bayinya om Esha?" Lelaki itu masih mencoba merayu.

Di letakkannya nampan itu di atas nakas, lantas duduk di sebelah putranya yang tengah merajuk itu. Jaffin menyentuh dahi putranya dengan punggung tangan. Panas. Itu yang dia rasakan pertama kali ketika punggung tangannya bersentuhan dengan dahi putranya.

"Makan ya, dek? Badanmu panas banget."

"Di suapin Bunda ya, apa mau sama Papa?" lanjutnya yang tetap mendapatkan gelengan.

"Terus maunya apa Adek sayang?" desak Jaffin yang mulai lelah.

Jean terlihat tidak peduli dengan Jaffin, anak itu justru mencoba menarik tangan Reana agar kembali berbaring bersamanya.

"Peluk."

"Makan dulu yuk, habis itu dipeluk sama Bunda lagi."

"Nggak mau, peluk sekarang Bundaaa." rengek yang paling kecil. Tubuhnya berbaring di atas ranjang dan menarik-narik tangan Reana agar ikut berbaring.

"Nggak, kalau mau dipeluk Bunda harus makan dulu. Sedikit aja nggak apa-apa, asal perutnya kemasukan nasi" tuntut wanita itu.

Reana tetap harus tegas demi putranya. Lagi pula orang tua mana yang akan membiarkan anaknya sakit, mereka akan selalu mengusahakan apapun agar anak-anaknya kembali sehat.

"Aaaa nggak mau sama itu." cicitnya pelan seperti berbisik.

"Nggak mau sama opor? Adek mau mamnya sama apa, nanti biar dibeliin Papa."

Tangan wanita itu bergerak mengusap punggung putranya, diselingi dengan pijatan lembut agar tubuhnya lebih nyaman. Menghadapi Jean yang sakit sudah Reana lalui beberapa kali selama masanya menjadi seorang ibu. Putranya itu hanya perlu dimanja dan ditegasi setiap kali jadwal minum obat. Sisanya hanya perlu ditimang-timang seperti bayi.

"Mau puding stroberi."

Jawaban itu membuat Jaffin tersenyum malas, kemudian dia lebih memilih berbalik dan menghadapi seporsi opor ayam yang dia bawa. Menanggapi putranya itu tidak akan pernah selesai, kalau menurut Jaffin, Jean itu lebih baik dipaksa menelan suapan opor ayam lalu dipaksa minum obat agar cepat diam.

"Boleh, tapi harus makan nasi dulu. Nanti malem kalau panasnya turun Bunda bikinin puding stroberi, oke?"

Jean diam sejenak, memikirkan tawaran sang ibu yang sebenarnya tidak adil. Dia harus makan nasi sekarang, tapi puding keinginannya itu hanya boleh dimakan ketika panasnya turun. Kalau nanti malam panasnya masih tinggi, itu artinya dia tidak bisa makan puding.

"Yaudah, iya. Tapi Bunda janji kan?"

"Emang Bunda pernah ingkar janji sama Adek? Nggak, kan?"

hello Jean ft. Na Jaemin [on hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang