3

830 100 6
                                    

©Hello Jean

Sebab yang paling Jean suka dari sekolah ini adalah seragamnya, tidak dengan yang lain. Temannya juga bisa dihitung jari, hanya Audisa anak om Marka si pilot yang doyan berkelana di atas awan. Tahun lalu anak om Rendra yang galak pulang dari negera tirai bambu. 

Namanya Raffael, kalau Audisa sering memanggilnya Ael. Teman Jean bertambah satu karena Raffael. Mereka berdua tidak seakrab yang di kira.

Jean berteman dengan Raffael karena bocah itu anak dari teman papa. Audisa juga tidak begitu akur dengan Raffael, setiap bertemu maka yang ada hanya pertengkaran.

Dulu Jean kira negara tirai bambu adalah negara yang isinya rumah-rumah bertirai bambu anyam. Maka saat Raffael marah menggunakan bahasa negara tersebut Jean berpikir anak itu aneh karena berasal dari negara yang aneh. 

Jean sempat enggan berteman dengan anak Rendra, selain suka marah menggunakan bahasa aneh anak itu juga galak seperti ayahnya. Kalau kata Audisa, "dia itu bukan sirkel kita, sirkel kita itu pemuja stroberi tapi dia pemuja green tea." 

Jadi apakah Raffael satu circel dengan Reana karena anak itu suka green tea? 

"Kamu ngerti ini? Ajarin aku dong." Jean menggeser buku tulisnya ke hadapan Audisa. 

"Nggak ngerti, aku juga malas mikirnya." Jawab gadis kecil itu tak peduli, lalu kembali berkutat dengan kotak pensilnya yang tinggi itu.

Jean berbalik ke belakang. Di bangku belakangnya ada Raffael, terlihat fokus menghitung soal-soal yang diberikan guru. 

"Ajarin aku dong." Pinta Jean.

Jean akui Raffael lebih pintar darinya. Anak itu gampang sekali memahami saat di jelaskan. Berbeda dengannya yang harus di jelaskan ulang baru mengerti. Soal matematika sedikit sulit baginya.

"Yang nomer berapa?"

Walau terkenal galak, Raffael sama sekali tidak pelit untuk berbagi ilmu ataupun jawaban. Justru ia suka jika ada orang yang bertanya tentang pelajaran, itu artinya orang tersebut mau berusaha belajar.

"Yang nomer tiga, aku nggak mudeng karena gurunya tadi nggak ngejelasin ini kan?" Raffael mengangguk, lalu meraih buku Jean.

"Iya nggak dijelasin, ini kamu kalikan dulu angkanya karena perkalian dan pertambahan nilainya lebih besar perkalian." 

Dengan telaten Raffael menunggu Jean mengkalikan angka-angka itu.

"Udah, terus?"

"Baru kamu tambahkan sama angka ini. Buat soal nomor lainnya juga sama kok. Udah paham?" 

"Ya, udah. Makasih ya."

"Sama-sama."

Jean kebali pada posisi semula, mulai khitmat mengerjakan semua soalnya. Total ada sepuluh soal yang harus dia kerjakan dan harus di kumpulkan hari ini juga sebelum bel pulang.

"Kamu ngerjain?" Tanya Audisa.

Jean merilik, "iya."

"Yaudah aku nyontek ya." 

Jika Raffael anak yang rajin maka Audisa adalah anak yang malas untuk berpikir. Gadis itu berujar tidak akan menyukai matematika selama hidupnya dan akan selalu bergantung pada Jean. Sebagai gantinya gadis kecil itu akan memberinya contekan ketika pelajaran bahasa inggris sekalipun Jean tidak membutuhkannya.

"Dasar tukang nyontek." Desis Raffael sangat pelan.

Namun telinga Audisa yang begitu sensitif dengan suara-suara bisa dengan jelas mendengarnya.

hello Jean ft. Na Jaemin [on hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang