19. Kalau senang sewajarnya saja

269 55 8
                                    

©Hello Jean

Persis seperti yang Disa ajarkan pada teman-temannya untuk tidak senang secara berlebihan karena pasti akan ada kesedihan yang datang, hari ini Jean benar-benar membuktikannya. Tadi pagi Bunda yang bangun terlalu pagi membuatkannya bekal dengan kreatif, bekalnya lucu, ada banyak jenis lauk yang dipersiapkan dengan cinta dan kasih seorang ibu untuk putranya secara tulus. Di kotak satunya yang berukuran lebih kecil ada potongan beberapa jenis buah yang dia sukai, pagi ini dia benar-benar senang sebab sudah hampir dua minggu bunda hanya membekali dengan bekal biasa tanpa hiasan lucu dan nasi yang di bentuk-bentuk.

Maka niatnya untuk pamer begitu tinggi, karena Disa dan Raffa tidak pernah dibawakan bekal karena ibu mereka semua sibuk bekerja. Sudah pasti mereka berdua akan sangat iri melihat tas bekal beserta isinya, Jean bahkan sudah membayangkan bagaimana respon teman-temannya yang akan memekik iri.

Namun, Disa bernah berkata jika senang sewajarnya saja, jangan pernah terpikirkan hal lain yang mungkin akan membuat orang lain merasa sedih atau kecewa. Hanya saja mereka masih terlalu kecil untuk menelaah kalimat itu, mereka tidak tahu arti tersurat di dalamnya. Dan pagi ini pula, tepat setelah Jean duduk dibangkunya anak laki-laki itu sadar kebahagiaannya telah pupus, karena tas bekal lucu yang sudah di siapkan bunda istimewa untuknya tertinggal di jok belakang mobil papa.

"Udah nggak apa-apa Jean, kan bisa jajan di kantin." Tenang Raffa yang mengusap-usap bahu kawannya. Wajah Jean masam, hatinya mengganjal karena tidak rela bekalnya tertinggal.

"Tapi Bunda udah bangun pagi buat siapin bekalku."

"Ya mau gimana lagi? Namanya juga ketinggalan."

"Pas berangkat tadi pasti kamu punya niat terselubung ya?" Disa menuduh, matanya memincing mencoba mencari tahu. Padahal mulutnya itu hanya asal bicara.

"Nggak." Ucap Jean cepat.

"Kelihatan kayak lagi bohong, jujur aja biasanya kalau bekalmu ketinggalan kamu nggak sesedih ini." Todong Disa kembali. Gadis kecil itu memajukan tubuhnya untuk melihat wajah Jean lebih dekat.

"Iya, biasanya kamu nggak sedih, kan katamu bekalnya bisa dimakan papamu?"

"Aku sedih soalnya nggak jadi pamer ke kalian😔"

"KAN! Memang kamu ini!"

Disa memekik keras, wajahnya sudah sangat sebal karena seolah tahu tabiat Jean. Sebab Jean sering kali membuat keduanya merasa iri atas perhatian-perhatian kecil dari ibunya, sederhananya Disa iri karena Jean kerap diantar oleh ibunya sedangkan dia tidak pernah. Raffa iri melihat bekal-bekal yang selalu Jean bawa karena mamanya memasak saja tidak bisa.

"Kalian harus lihat bekalku hari ini, lucu, bunda bikin spesial. Nggak kayak biasanya." Jean memberi tahu dengan bangga.

"Mau pamer gitu emang mau bagi-bagi?" Tanya Raffa yang duduk di sebelah Jean. Sedangkan Disa berdiri bersandar pada meja tepat di depan Jean.

"Ya iya! Kan bunda bawain banyak buat dibagi."

"Yaudah kalo gitu minta tolong miss buat telpon papa! Minta papa puter balik!" saran Disa dengan ide cerdasnya. Hanya saja itu tidak mungkin Jean lakukan, sebab jika nekat sudah pasti dia akan mendapat omelan dari papa seharian penuh.

"Nggak, nanti kena omel." tolak Jean.

"Cardmu diisi nggak? Kalau belum diisi nanti pakai punyaku dulu, lihat ini punyaku baru." Disa merogoh saku dan mengeluarkan sebuah kartu elektronik dengan gambar rapunzel.

hello Jean ft. Na Jaemin [on hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang