2

972 112 8
                                    

©Hello Jean

Mungkin Reana bukanlah sosok ibu yang sempurna, namun setiap hari perempuan itu mampu menyelesaikan tugasnya begitu apik. Satu mangkuk sop ayam telah matang dan tertata rapi di atas meja.

Membuat baunya yang wangi itu memenuhi seluruh penjuru rumah. Sungguh inilah yang membuat Jaffin semakin jatuh cinta padanya. 

Jaffin tidak pernah menuntutnya untuk melakukan itu semua, memasak, mencuci, merawat rumah. Kecuali merawat dirinya dan Jean hanya itu yang Jaffin mau, berapa kali Jaffin berujar pada dunia jika dia amat bersyukur karena memiliki Reana? Banyak sekali.

Seperti pagi ini yang di awali dengan ciuman manis, mungkin jika Reana tidak mendorong tubuh suaminya Jean akan menyaksikan adegan tak senonoh di sudut dapur. 

"Kok dilepas?" Jaffin hendak memangut bibir merah muda itu lagi, namun dengan gerakan cepat Reana menghindar.

"Ada adek, mas." Jaffin berbalik karena posisinya memang membelakangi, helaan napas kasar spontan keluar dari sela bibirnya kala melihat Jean berlajan ke arah mereka diiringi senyum polos penuh keceriaan.

Akhir pekan memang waktu yang sangat dinanti, beristirahat dari hiruk pikuk pekerjaan yang melelahkan, begitu pula bagi Jaffin akhir pekan adalah waktu emas untuk mengisi energi. Lelaki itu berjalan lunglai menuju meja makan, duduk di sebelah Jean yang sudah siap menyantap sarapannya.

"Bunda, mau susu." Pintanya saat tidak menemukan segelas susu seperti biasa. 

"Oh iya, sebentar." Perempuan itu melirik suaminya,  sebab lelaki itu membuatnya lupa dengan segalanya.

Entah dari siapa kegemaran minum susu anak itu menurun, Jaffin tidak menyukai segala jenis susu, tidak menyukai strawberry juga. Tapi anaknya sangat sangat menyukai keduanya, terkadang Jaffin ingin sekali membuang stok susu ataupun makanan yang terbuat dari olahan strawberry saat melihatnya tertata rapi dalam lemari pendingin, baginya itu memuakkan.

"Belum bosen minum susu?" Jaffin memandang segelas susu yang Jean teguk, sungguh melihatnya saja papa muda itu ingin mual.

"Ah..." Gelas itu tandas isinya, tidak ada yang bisa menandingi rasa susu mahal miliknya, bagi Jean susu itu minuman terbaik!

"Nggak, adek mau minum susu sampai besar."

"Eww duit papa habis buat beli susu doang."

"Papa kerja kan emang buat beliin adek susu, nggak inget?" Semakin bertambah besar ternyata Jean semakin pintar berbicara, khususnya berdebat dengan papa.

Setiap pagi Reana akan menyaksikan perdebatan seperti ini, entah karena segelas susu atau yang paling sepele hanya masalah tempat duduk yang tertukar pun bisa menjadi perdebatan untuk keduanya. Jean akan terlihat seperti anak kucing yang merajuk pada induknya untuk mengalah, intinya Jean harus menang dalam segala situasi di atas papa.

Sayangnya Jaffin bukan tipikal papa yang akan menyudahi perdebatan mereka sebelum melihat putranya kesal setengah hati. Memang agak menjengkelkan namun Reana selalu menikmatinya, baginya itu lucu.

"Iya papa kerja buat beliin adek susu, udah sekarang sarapannya dimakan ya sayang." Sebelum Jaffin mengecap Reana sudah lebih dulu menyela, perdebatan ini harus di akhiri sebelum berlanjut lebih jauh.

"Kamu juga, habis sarapan nanti boleh dilanjut ya mas." 

Pada akhirnya mereka berdua terdiam, ultimatum ibu negara adalah hal yang paling tidak boleh dibantah, atau mereka tidak akan menikmati masakan perempuan itu pada jam makan selanjutnya.

Jean menjadi anak super penurut pada bunda, walau kadang-kadang yang namanya anak kecil ada kalanya sesekali akan membantah. Namun selain terpaksa bertekuk lutut di bawah sang bunda Jean bisa apa? Dari pada uang jajannya dipotong lima puluh persen.

hello Jean ft. Na Jaemin [on hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang