16

238 46 2
                                    

©Hello Jean

"Kenapa?" tanya Jaffin begitu kembali sembari menenteng dua piring yang dilapisi daun pisang, sepiring nasi pecel dan satu piring lainnya yang berisi gorengan hangat.

Lelaki itu mengernyit ketika putranya yang duduk tenang terus memperhatikannya. "Adek mau gorengan?"

"Adek nungguin kamu dulu baru mau sarapan." sahut Reana.

Lantas duduklah lelaki itu tepat di hadapan putranya, "mau Papa yang suapin?"

Anak itu mengangguk dengan berat. Matanya sesekali masih ingin terpejam.

"Kamu kenapa ngantuk banget gitu sih? Kayak begadang aja." Protes Jaffin.

"Dia tidur setengah sepuluh tadi malem, nungguin kamu pulang mau pamer habis dapet nilai seratus. Tapi kamunya nggak pulang-pulang." Jelas Reana.

Sebab semalam perempuan itu ikut sedikit kesal karena suaminya yang tak kunjung pulang. Biasanya Reana tidak masalah jika lelaki itu pulang tengah malam sekalipun karena tahu sebanyak apa pekerjaan di kantor. Tetapi Jean yang terus merengek menanyakan kapan papanya akan pulang, membuat Reana gemas sendiri.

"Oh iya??"

"Iya, sampe kesel sendiri anaknya, akhirnya minta dikelonin karena udah ngantuk banget."

"Papa minta maaf ya, harusnya adek telpon Papa aja biar Papa cepet pulang."

"Papa dari mana aja? Kok pulangnya malem banget sih." Protes yang paling kecil.

Hampir setiap malam Jean tidak pernah tahu tepat pukul berapa Jaffin pulang. Sebab sesampainya lelaki itu di rumah, Jean pasti sudah terlelap. Waktu yang bisa mereka habiskan sampai puas bersama hanya ada di sabtu dan minggu. Jadi tidak heran jika Jean terkadang juga merindu pada papanya.

"Papa lembur di kantor, jadi pulangnya malem, kan sama Bunda nggak boleh bawa kerjaan ke rumah." Jelasnya sembari menarik mangkuk bubur milik putranya. Lalu menyendok sedikit dan mulai menyuapi putranya.

"Bohong nggak?" Tanyanya dengan mulut yang penuh. Membuat kedua sisi pipinya menggembul.

"Kan nggak boleh bohong, kalo bohong Papa dosa dong."

"Nanti Papa lihat ya, pelajaran apa yang dapet nilai seratus?" lanjut lelaki itu sembari menyuap sarapan untuk dirinya sendiri.

"Matematika."

"Serius?" Jaffin bertanya dengan nada sedikit curiga.

"Iyaaa, kan Adek pinter." Bibir kecilnya menyunggingkan sebuah senyum penuh kejujuran.

"Nggak nyontek Ael kan?"

"Enggak ya! Adek bisa sendiri."

Jaffin terkekeh melihat putranya yang ingin marah. Lalu memberi dua jempol sebagai bentuk mengapresiasi putranya yang sudah berhasil mendapat nilai sempurna.

"Keren kan?" Jean menyombong.

"Keren dong, anaknya siapa dulu?"

"Anaknya Bunda." Jawab Jean nyaring dengan senyuman lebar andalannya hingga matanya menyipit.

Reana ikut tertawa di sebelah, melihat bagaimana hangatnya Jean dan suaminya tengah berbincang membuatnya ingin menghentikan waktu sejenak dan menikmati dengan puas. Sebab seminggu sekali untuk seperti ini terasa begitu lama dan dia tidak sabar menunggu.

hello Jean ft. Na Jaemin [on hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang