10. Terbongkar

2.8K 115 4
                                    

"Lepasin! Mas Brian aku gak mau!" Teriak Lili saat Brian memaksa untuk menciumnya.

Sepulang kerja tadi, Lili di kagetkan oleh Brian saat lelaki itu menariknya masuk ke unit apartemen lelaki itu. Inilah mengapa Lili sangat menjaga jarak dengan lelaki itu, Brian kasar dan selalu hampir melecehkan dirinya. Bahkan saat Lili baru tinggal di apartemen itu pun, Brian selalu menggodanya. Dan Lili tahu jika Brian mempunyai seorang tunangan, oleh karena itu Lili sangat menjaga jarak dengan Brian.

"Mas! Kamu mabuk!" Teriak Lili kemudian melepaskan cekalan Brian dan berlari menjauhi lelaki itu.

"Enggak Lili, saya gak mabuk! Saya sadar!" Teriak Brian.

Dengan gerakan cepat, lelaki itu kembali mencekal pergelangan tangan Lili membuat gadis itu meringis kesakitan.

"Awwh! Lepas Mas!"

"Saya gak akan lepasin kamu, saya mau kamu Lili, saya gak suka sama tunangan saya, saya sukanya sama kamu" Ucap Brian.

"Mas Brian gila!?, tolong jangan gini Mas" Lili mulai meneteskan air matanya.

Brian yang melihatnya hanya menyeringai dan menarik paksa kemeja Lili membuat kancing kemeja yang di gunakan gadis tersebut lepas. Lili mulai terisak, ia mencoba berontak, namun tenaganya tak ada apa apanya di banding tenaga lelaki di hadapannya.

"Kamu jangan sok dramatis gini!, kamu mau apa hm? Mau rumah mewah? Mobil? Atau apa? Apapun itu bakal saya kasih buat kamu asalkan kamu mau hamil anak saya"

Lili menggeleng mendengarnya, air matanya terus keluar mendapat perlakuan seperti ini. Ia tak menyangka jika Brian bisa sekasar ini padanya. Ia tak tahu jika Brian mempunyai sifat buruk yang dapat membuatnya takut.

Plakk

"Jawab!" Bentak Brian setelah menjatuhkan tamparan di pipi Lili.

"A-aku gak butuh apapun, aku cuma mau Mas Brian lepasin aku, tolong" Lirih Lili di akhir kalimatnya.

Brian terkekeh dan semakin merapatkan tubuhnya dengan Lili. Ia mengendus leher gadis itu dan membelai pelipis hingga pipi gadis Lili.

"Gak usah munafik!" Bisik Brian kemudian semakin mendekatkan bibirnya ke arah leher Lili.

Brakk

Suara pintu terbuka menampilkan empat polisi yang berdiri di sana. Kejadian tersebut membuat Brian cukup kaget, ia tak menyangka ada orang lain yang dapat mengakses apartemennya selain dirinya.

"Tangkap dia! Bawa ke kantor!" Ucap salah satu polisi.

"Siap Ndan!" Ucap dua polisi lainnya.

Brian yang melihatnya langsung melotot, dengan gerakan cepat ia mengeluarkan sebuah pistol dari sakunya dan menodongkannya ke arah Lili dimana membuat gadis itu semakin terisak.

"Kalian jangan mendekat! Atau wanita ini yang saya jadikan korban"

Kedua polisi itupun berhenti dan berbalik memandang sang komandan. Terlihat komandan polisi tersebut mengangguk dan berjalan mendekat ke arah Brian membuat Brian semakin berani, ia menekan pelatuk pistol tersebut namun semuanya tak membuahkan hasil. Ia dibuat kaget sebab ada yang menyabotase pistolnya.

"Jangan bergerak lagi Bri, atau kamu mau saya tembak?" Tanya komandan polisi tersebut.

Brian menyeringai "Kamu bukannya kurir kemarin?" Ucap Brian "Shit! Bodoh sekali saya yang gak kenali kamu, ternyata kamu cuma mematai saya? Bajingan!" Teriak Brian.

Komandan polisi yang tak lain adalah Cakra itupun terkekeh, ia menodongkan pistolnya ke arah Brian.

"Kamu gak bisa berkutik, liat di atas lemari sana" Ucap Cakra menatap ke arah lemari, dan matanya melotot saat ia baru menyadari kamera kecil yang terdapat di atas lemari.

"Semua bukti sudah saya pegang, salah satu anak buah kamu yang saya tahan sudah buka suara kalau kamu ketua mereka" Ucap Cakra.

Ia sengaja memasang kamera tersebut dan menjadi kurir agar bisa memasuki apartemen lelaki itu. Dan kalian harus tahu, saat itu Cakra bukanlah jadi pencopet. Melainkan mengikuti Brian dan sengaja masuk ke apartemen lelaki itu guna mengeluarkan semua isi peluru yang terdapat di dalam pistol Brian. Kalian pasti bertanya mengapa Cakra tak menukar pistol tersebut dengan pistol mainan? Orang seperti Brian akan sadar dan dapat membedakan senjata asli dan palsu.

"Cepat tangkap dia!" Perintah Cakra pada kedua polisi di belakangnya.

Kedua polisi tersebut mengangguk dan langsung menangkap Brian. Lili masih terkejut atas semua yang terjadi, di luar apartemen Brian juga sudah ramai sebab penghuni apartemen lain yang menonton aksi mereka.

"Li?" Cakra yang berjarak kurang lebih lima meter dari arah Lili menatap gadis itu dengan tatapan khawatirnya.

Lili mendongak dan langsung berlari. Cakra yang sigap pun langsung merentangkan tangannya, namun harapannya jika Lili akan memeluknya pupus seketika saat gadis itu berlari melewatinya.

Cakra menatap gadis itu, dan hatinya seperti di cubit saat Lili memeluk seorang lelaki yang berdiri di ambang pintu.

"Sabar Pak" Ucap salah satu polisi yang menatap Cakra sedari tadi.

"Gak bisa!" Sentak Cakra.

"Udah gak ada hak Pak" Ucap Polisi tersebut membuat Cakra menatapnya tajam.

"Kamu kalau jadi Aldi banyak bicara, saya lebih suka kamu jadi Alda" Ucap Cakra membuat polisi yang tak lain adalah Aldi itupun terdiam.

"Tolong ya Pak, jangan ungkit itu lagi, saya jadi bencong juga demi tugas dari bapak, kalau bapak gini lagi saya males jalanin perintah Bapak!" Ucap Aldi mendengus.

"Kamu saya pecat" Ucap Cakra dengan tatapan datarnya.

"Bercanda Pak" Ucap Aldi nyengir.

"Ayok Alda" Ucap Cakra tanpa menatap Aldi yang kesal.

Kedua polisi itu berjalan keluar dari unit apartemen. Cakra menghiraukan Lili yang mulai tenang sebab ditenangkan oleh lelaki yang memeluknya.

Lelaki itu adalah lelaki yang sama. Lelaki yang Cakra lihat di parkiran, lelaki yang menggunakan jas dan mobil mewah. Tampangnya cukup berwibawa dan gagah. Tetapi Cakra tak merasa tersaingi sama sekali.

"Makasih Pak" Ucap Nathan.

Cakra hanya mendengus dan menghiraukan Nathan. Ia berjalan membelah kerumunan yang terdapat di depan pintu.

"Pak? Kita mau kemana?" Tanya Aldi.

"Ngamen" Jawab Cakra asal.

"Ada kasus lagi Pak? Sekarang tentang apa? Kalau penyelundupan kayak kasus Brian, saya nyerah deh" Ucap Aldi yang menyamakan langkahnya dengan Cakra.

"Bacot!" Balas Cakra.

Aldi melotot mendengar ucapan komandannya "Bapak belajar kata kata begitu dari mana?" Tanya Aldi penasaran.

"Dari toktok" Ucap Cakra.

"Tiktok Pak" Balas Aldi.

"Sama aja"

"Pak kal-"

"Kak Cakra!" Teriak seseorang dari arah belakang. Cakra berbalik dan menatap seseorang yang memanggilnya. Terlihat Lili yang berdiri bersama Nathan, Lili yang tadinya hanya memakai tanktop sebab kemejanya yang rusak dan terlepas kini sudah tertutup dengan jas hitam milik Nathan.

"Kenapa?" Tanya Cakra menatap Nathan dan Lili bergantian.

"Kak Cakra mampir dulu ke apart aku, kalian hutang penjelasan sama aku" Ucap Lili menatap Aldi dan Cakra.

"Oke"

Bukan. Itu bukan Cakra, tetapi Aldi. Cakra menatap sengit pada Aldi dan langsung menendang bokong lelaki itu sebelum Cakra mengikuti Lili dari belakang.

"Kdrt!" Teriak Aldi.



*
*
*
Tbc

My Police Love Me Back!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang