12. Rayuan Cakra

3.9K 125 21
                                    

Terdengar dentingan sendok yang beradu dengan gelas keramik dari arah dapur apartemen Delilah. Pelakunya tentu saja gadis itu, saat akan tidur malam gadis itu sudah kecanduan membuat secangkir cokelat panas.

Waktu sudah menunjukkan pukul 10.00 malam. Gadis yang memakai pejama satin yang memiliki sebuah tali di depannya, namun pejama tersebut tak mampu menutupi paha mulus milik Delilah. Bahkan bagian atas pejama tersebut sangat rendah.

Grepp

Delilah melotot saat sebuah tangan melingkar di perutnya, tak lupa hembusan napas seseorang di lehernya membuat Delilah merinding seketika.

Jangan bilang yang tengah memeluknya adalah pria cabul, atau semacamnya. Ia sangat takut menatap objek yang tengah memeluknya tersebut. Bagaimana tidak! Sejauh ini privasi apartemennya cukup di acungi jempol, tak ada yang mampu mengakses pintu apartemennya kecuali pintu tersebut lupa Delilah tutup. Dan malam ini Delilah sama sekali tak lupa untuk menutupnya.

"Belum tidur, hm?"

Suara berat bercampur serak itu seketika masuk ke indera pendengaran Delilah. Ia tentu tau siapa pemilik suara itu. Ekor matanya menangkap sekilas wajah lelaki yang berada di ceruk lehernya.

"Kok bisa masuk?" Jawab Delilah sinis.

"Jangan kan masuk apartemen kamu, masukin kamu juga aku bisa"

Dukk

Lili menendang tulang kering lelaki di belakangnya. Ia mengambil kesempatan untuk menjauhi lelaki itu saat tangan milik si lelaki terlepas dari pinggulnya.

"Awh! Kok di tendang sih?"

"Kak Cakra mesum! Mending keluar dari sini!" Teriak Lili murka memandang lelaki yang tengah mengelus tulang keringnya.

"Maaf sayang, lagian kamu pake baju kayak gini" Cakra memandang gadis di depannya, meneliti pakaian yang Lili kenakan membuat Cakra menelan ludahnya kasar.

"Pikiran kamu aja yang mesum Kak!"

Delilah meninggalkan Cakra yang masih tersenyum entah karena apa. Gadis 22 tahun itu mendekati sofa ruang tamu sembari membawa cangkir berisikan cokelat panas.

"Kamu kenapa sih?" Tanya Cakra.

Lelaki itu melepas jaket kulit serta kaos abu-abu berlambang polisi di dada kirinya. Kini tubuh atas Cakra polos tanpa benang, sedangkan celana dinas polisinya masih melekat apik di kedua kakinya.

Sejenak pandangan Lili tak berpindah dari tubuh atas Cakra. Perut yang memiliki abs, serta lengan yang menampakkan otot bisep nya membuat Lili kagum.

"Malah bengong" Ucap Cakra membuyarkan lamunan Lili sebab lelaki itu ikut duduk di samping sang gadis.

Delilah mendengus "Ngapain kesini?" Tanya gadis itu cuek.

"Emang gak boleh? Lagian ini malam minggu" Balas Cakra mengambil remote tv dan memutar acara Debat politik.

"Gak boleh" Balas Lili.

"Boleh" Balas Cakra tanpa menatap Lili "Lagian aku kangen sama kamu" Lanjutnya yang masih fokus pada layar persegi yang berjarak kurang lebih empat meter di depannya.

"Alesan!, kemarin tiga hari gak kesini gak apa apa tuh"

Yang dikatakan Lili memanglah benar, saat setelah malam dimana Cakra menyanyi di sebuah kafe. Lili sudah mempertimbangkan ingin menerima Cakra kembali walaupun masih ada sesuatu yang bercokol di hatinya membuatnya bimbang.

Dan benar saja, tiga hari setelah kejadian itu Cakra sama sekali tak menemuinya, tak memberi kabar membuat Lili mengurungkan niatnya untuk menerima lelaki itu kembali ke hidupnya.

"Aku sibuk, sayang" Balas Cakra mengecup singkat pipi Lili.

"Jangan pernah panggil aku pake sebutan itu lagi"

"Sayang" Ejek Cakra.

Lili berdecak dan meninggalkan Cakra yang tersenyum jahil. Lelaki itu mengikuti Lili yang masuk ke dalam kamar. Terlihat gadis itu tidur menyamping membelakangi pintu masuk.

Cakra langsung ikut bergabung ke atas ranjang dan memeluk Lili dari belakang. Lelaki itu menyembunyikan wajahnya di tengkuk leher Lili sambil mengusap perut rata sang gadis.

"Maafin aku ya, tiga hari ini aku di tugasin ke semarang, aku gak ngabarin kamu karena aku tau kamu gak terlalu masalahin kabar aku, kan?" Bisik Cakra.

Lili berbalik dan bertemu pandang dengan Cakra. Genangan air di pelupuk matanya tak bisa menutupi jika gadis itu tengah sedih, bukan! Dirinya bukan sedih, melainkan kecewa pada diri sendiri.

Ia memukul dada telanjang cakra membuat lelaki itu mengaduh berpura-pura kesakitan.

"Jahat, jahat, jahat!, kamu dengan gampangnya bilang gitu setelah baperin aku, jahat kamu kak!" Dan pecah lah tangis Lili yang sedari tadi ia tahan. Ia menatap wajah lelaki dengan rahang tegas di hadapannya.

Cakra gemas, ia menahan tangan Lili yang memukuli dada nya sedari tadi. Ia tahan tangan gadis itu di depan wajahnya lalu memberikannya kecupan bertubi tubi pada tangan lentik yang sedari tadi memukulnya.

"Jadi? Kamu mau balikan sama aku?" Tanya Cakra "Aku gak butuh jawaban dari kamu, karena ini bukan penawaran tapi perintah mutlak yang harus kamu turuti, kita gak pernah selesai, kemarin kita cuma butuh waktu buat nyegarin pikiran masing-masing" Lanjutnya dengan memandang tulus ke arah Lili.

Dengan napas yang tersengal akibat menangis, Lili menjawab Cakra dengan satu tarikan napas "Pemaksa" Ucapnya.

Aura Cakra yang sangat dominan membuat Lili susah untuk menolak apapun yang diminta lelaki itu. Semenjak menjalin hubungan dengan Cakra, Lili mengenal banyak lelaki itu. Cakra seorang yang pemaksa, lembut tapi bisa keras dalam waktu bersamaan, dan yang paling Lili tahu adalah, Cakra orang yang mesum. Walaupun semenjak mereka pacaran Cakra tak pernah memperlihatkan sisi bejatnya, namun perkataan Cakra yang membuat Lili menilai semuanya.

Terdengar kekehan dari Cakra "Aku yakin kalau kamu itu takdir aku Li, jadi tolong jangan persulit takdir kita" Ucap Cakra semakin mempererat pelukannya pada pinggang Lili.

"Terserah Kak Cakra mau bilang apa, aku udah mati rasa sama kamu Kak" Lirih Lili.

"Dan aku bakal buat perasaan kamu tumbuh lagi ke aku" Ucap Cakra.

Sejenak terjadi keheningan, Lili yang bersembunyi di dada bidang Cakra sedangkan Cakra tengah mengecupi puncak kepala gadisnya.

"Jangan buat aku cemburu sama kedekatan kamu dengan Nathan" Tegas Cakra.

Lili mengeryitkan alisnya dalam pelukan Cakra "Darimana Kak Cakra tau kalau namanya Nathan?" Tanya Lili. Pasalnya ia sama sekali tak pernah memberitahu tentang Nathan bahkan sekedar nama pun Lili tak pernah menyebutnya saat Cakra ada.

"Aku sempat kenalan sama dia" Balas Cakra yang sempat terdiam lama.

"Nathan baik Kak, dia yang selalu ada buat aku"

"Aku gak suka"

"Aku gak bisa jauhin dia, kalau Kak Cakra gak betah sama sikap aku, silahkan Kak Cakra pergi" Ucap Lili membuat Cakra mendengus.

"Aku gak bakal pergi, buat apa aku pergi dari rumah aku sendiri? Kamu itu rumah ku Li" Balas cakra.

Yakinlah, Lili tersipu mendengar ucapan Cakra. Namun ia tetap membesarkan egonya dengan memukul lengan Cakra dan mendengus.

"Lain kali jangan pake baju tidur ini lagi, aku bener bener takut kelepasan"

"Aku gak takut, mau coba sekarang?" Tantang Lili.

"Aku gak bisa berhenti kalau udah mulai"

"Aku juga" Ucap Lili "Aku gak takut, mau gulat di ranjang sekarang juga aku gak takut" Itu hanyalah candaan dari Lili agar Cakra terpancing. Ia ingin mengetahui respon lelaki itu.

"Nanti nanges.."

*
*
*
Tbc

My Police Love Me Back!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang