18. Ily

2.2K 72 2
                                    

"Kak, bangun hey kok nangis!" Ucap Lili menggoncangkan tubuh Cakra.

Perlahan mata lelaki itu terbuka sembari menyesuaikan pencahayaan sekitar. sedikit linglung akibat mimpi tadi membuat Cakra memandang Lili lamat-lamat.

"Kamu kenapa kak? habis ngedesah gak lama nangis, aku bangunin susah banget" Ucap Lili mengelus surai Cakra.

"mimpi? yang tadi mimpi?". Batin Cakra tak percaya.

"Tadi aku mimpi, kita lagi gituan, gak lama nathan dateng terus mergokin kita" Balas Cakra.

"Kok aku bisa ketiduran sih Li?" tanya Cakra.

Lili menggeleng heran "Mesum banget ya mimpinya, Kan tadi kita maaf-maafan habis itu kamu nangis terus meluk aku eh malah keterusan tidur" Jelas Lili.

"Berarti Nathan gak ada kesini? itu cuma mimpi?" Tanya Cakra.

Lili mengangguk, Gadis itu berjalan menuju dapur mengambil segelas air untuk sang kekasih.

Cakra memperhatikan setiap gerakan sang gadis. tapaknya ringan, seringan bulu. gerakan nya lemah lembut. Apakah pantas jika Cakra dicintai oleh gadis sesempurna Lili?.

"Nih Kak, minum dulu"

"Makasih Dek" Cakra menenggak habis air putih tersebut kemudian kembali menatap Lili.

"Kalau aku jadi CEO di kantor almarhum Papah, apa kamu setuju?"

Sejenak gerakan Lili terhenti. Jemari yang awalnya sibuk memencet tombol remote tv kini tak lagi mampu di gerakkan.

"Maksudnya?"

"Aku bakal berhenti di kepolisian dan fokus jadi eksekutif" Cakra menghela napas "Kepolisian udah banyak ngambil semua kebahagiaan aku Li, Cukup aku yang tau kebahagiaan apa itu, sekarang kebahagiaan aku tinggal kamu, aku gak mau suatu saat profesi aku ini ngambil kamu juga" Jelas Cakra sembari menerawang jauh kedepan.

keheningan melanda. hanya suara tv yang berbunyi menyiarkan berita seorang buronan kelompok bersenjata yang tengah bersembunyi di bagian timur indonesia.

"Waktu kecil cita-cita kamu apa kak?" Tanya Lili.

"Itu" Tunjuk Cakra ke arah tv yang menampilkan seorang Jenderal Tentara tengah di wawancarai.

"Terus kenapa berubah haluan sekarang?"

"Karena ego"

"Kasus Abangnya Nasha?"

Cakra mengangguk "Itu faktor utamanya, Tapi faktor keduanya orang tua ku"

Lili mengangguk, Ia tak akan mencari tahu banyak tentang masa lalu Cakra terkecuali lelaki itu yang menceritakannya.

"Li, apa pernah kamu mikir buat jatuh cinta sama Nathan?" Tanya Cakra penasaran.

Lili terdiam. Dulu, ia pernah berpikir bahwa akan mencintai Nathan jika Cakra tak krmbali padanya. di ibaratkan Nathan di jadikan pelampiasan. Jika kalian berpikir Lili adalah wanita jahat karena menjadikan Nathan pelampiasan, Namun coba pikir kembali. Adakah wanita yang tidak baper di perlakukan khusus oleh lelaki?, Seperti itulah perasaan Lili kala itu.

"Kok diem?" Tanya Cakra.

"Pernah" Cicit Lili.

Sejenak terjadi keheningan. Ada rasa tak nyaman menghinggap di hati Cakra saat mengetahuinya.

"Kalau semisal kita gak balikan atau mungkin kita gak pernah ketemu lagi, Berarti kamu udah gantiin posisi aku sama Nathan dong?" Tanya Cakra kembali.

Mata Lili bergerak gelisah. Entah mengapa pertanyaan Cakra semakin melantur.

"Y-ya kan dulu aku mikirnya Kak Cakra tuh gak cinta sama aku!, Jadi aku mikir buat gantiin Kak Cakra sama orang yang selalu ada buat aku Kak gitu..." Jelas Lili.

Cakra mengangguk, Sedetik kemudian lelaki itu berdiri dan mengelus rambut Lili.

"Kak Cakra mau kemana?, Kak Cakra marah ya??".

Senyuman terbit di wajah Cakra membuat Lili terpanah sejenak "Aku gak marah kok Dek, Aku lega dengernya".

"Kak Cakra gak cemburu?" Tanya Lili khawatir. Jika Cakra tak cemburu tandanya Cakra tak serius akan perasaan nya kepada Lili.

Cakra menghela napas memegang kedua pundak Lili dan menatal kedalam mata saang pujaan.

"Setiap kerjaan tuh punya resiko Li, Kerjaan aku mengundang banyak musuh yang ngincer aku dan bawahan aku, Gak sedikit bawahan aku yang masuk rumah sakit bahkan meninggal dunia karena aksi balas dendan para komplotan kriminal, Aku juga gak bisa ngitung berapa kali masuk rumah sakit, Denger jawaban kamu tadi aku bener-bener cemburu banget, Tapi ya aku cukup lega seenggaknya kalau aku gak bisa nemenin kamu sampe ke jenjang yang serius, Kamu gak bakal terlalu terpukul dan kecewa sama harapan kamu sendiri, Posisi aku bisa di gantiin sama siapapun Li, Tapi posisi kamu di hidup aku bener-benee ngaruh" Ucap Cakra menghapus air mata Lili yang menetes.

"ENGGAK!, AKU CINTA SAMA KAMU KAK, KEMARIN AKU MEMANG KECEWA TAPI SEKARANG UDAH KEBAYAR SEMUANYA!" Balas Lili meraung.

"Iya-iya tau kok, Aku juga cinta sama kamu". Balas Cakra memeluk Lili erat.

"Keluar dari kepolisian Kak, Aku gak mau nyawa kamu dalam bahaya".

Drtt

Drtt

"Bentar Li, Ada yang ngechat" Cakra mengambil hape miliknya di atas meja membuka aplikasi hijau miliknya lantas melihat pesan masuk.

"Aku bakal keluar setelah nyelesain tugas ini, Aku janji ini yang terakhir" Ucap Cakra mengangkat hape miliknya di depan Lili.

"Kalau Kak Cakra gak pergi?"

"Aku bakal di pecat.." Ucap Cakra mencium kening Lili.

Lili menghela napas pasrah "Ya udah hati-hati ya, Aku bakal nunggu Kak Cakra buat nepatin janji ketemu sama Om aku di jepang!". Riang Lili.

Cakra tersenyum dan mengelus rambut sang gadis "Doain ya, Kalau aku gak balik kan ada Nathan yang busa gantiin posisi aku" Canda Cakra menyinggung Lili.

Reflek Lili mendaratkan sebuah pukulan di bahu Cakra akibat gemas "Gak ya!, Aku kan udah bilang kalau keadaannya dulu sama sekarang beda!" Balas Lili merajuk.

"Bercanda sayang, Tapi aku beneran nitipin kamu ke Nathan loh kalau lagi nugas gini, Aku gak tau bakal pulang dengan selamat atau enggak"

"Kerjaan aku tuh nyawa manusia kayak nyawa kodok gak sih?" Canda Cakra akhirnya saat melihat wajah pias Lili.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Police Love Me Back!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang