Beberapa jam kemudian Bayi itu pun menangis dan di ruangan tidak ada siapa pun selain Mew dan teman-teman Lentera karena Mama J sudah pulang kerumah.
"Kenapa dia nangis terus?"
"Mungkin dia lapar atau haus."
Lentera menutup mulut Bayinya dengan tangannya.
"Hei apa yang kau lakukan?"
"Biar dia berhenti nangis."
"Tidak seperti itu, mungkin dia haus beri dia susu."
"kau tau aku tidak punya asi."
"Aku tidak suruh kau untuk menyusui bayinya, gunakan dengan yang lain."
Lentera terdiam lalu dia menatap kedua temannya Amanda dan Davikah.
"Kalian berdua, susui anakku!"
"Aku? Aku tidak punya Asi Er aku masih perawan," ucap Davikah.
"Tidak punya Asi? Lalu buah dada kalian menojol seperti itu isinya apa? Tumor!"
Mew hanya bisa menupuk jidatnya mendengar ucapan dari Lentera.
"Sayang, Mereka tidak mau menyusi anak kita, jangan kasih mereka bonus akhir tahun."
"Tapi dada mereka memang belum menghasilkan asi."
"Kalau begitu kau saja."
"Bayi kita akan kembung kalau aku yang susui."
"Aku sering nyusu di situ tidak kembung."
"Lentera....???"
"Iya...?? Jangan bilang kau mau? Aku baru saja lahiran jika kau lupa."
"Kau ini, kapan fikiranmu normal, biar aku yang buatkan susu."
"Hei mau kemana?" Lentera menarik tangan Mew hingga Mew terhuyung kepelukan Lentera cup..Lentera mencium bibir Mew.
"Hati-hati nanti kena Baby."
"Kau tidak mau aku cium?"
"Bukan tidak mau, kau sedang gendong Baby takut Baby jatuh."
"Kita pulang saja yuk! Di rumah ada Mama, dua orang itu tidak berguna di suruh jaga Bayi."
"Nanti jika kau sudah boleh pulang, dokter akan mempersilahkan kau pulang."
"Ya sudah cepat bikin susunya."
Mew mengusap rambut Lentera lalu dia membuat susu untuk anaknya.
"Menurutmu anak kita bagusnya di kasih nama apa?"
"Kau sekarang sudah jadi ibu, usahakan panggil aku dengan sebutan Daddy biar anak kita ikut."
"Ibu? Aku laki-laki jangan panggil aku ibu."
"Lalu kau mau aku panggil apa? Kau yang melahirkan Bayinya."
"Panggil saja Papa kenapa harus ibu, jangan mengganti kodratku."
"Kodrat yang mana, aku saja bingung kodratmu itu apa."
"Sekali lagi aku laki-laki, kau yang menjadikanku jadi seperti ini."
"Baiklah Papa, ini susunya berikan pada Bayimu."
"Lalu kau mau kasih nama apa untuk Bayi kita?"
"Daddy!"
"Iya Dad, kau mau kasih nama apa?"
"Terserah kau saja, aku ikut saja denganmu."
"Bagaimana kalau namanya Win?"