Bab 34

2.6K 440 116
                                    

"Lentera, kau masih tidak mau mengatakan pada Tante siapa ayah dari anak yang kau kandung,"

"Tante bilang, dia tidak bertanggung jawab juga tidak masalah, lagipula Lentera tidak perduli dengan dia, Lentera akan mengurus anak Lentera sendiri,"

"Kenapa, apa kau benci padanya?"

"Iya,,Lentera tidak mau lihat wajahnya,"

"Alasanya?"

"Lentera muak padanya,"

"Setiap masalah yang ditimbulkan pasti ada sebab awalnya, lalu apa yang membuat kau benci dengan Mew?"

"Hah Tuan Mew, Lentera tidak benci pada Tuan Mew,"

"Lalu siapa yang kau benci?"

"Ada Tan, dia hanya pria Tua yang belum siap untuk tanggung jawab,"

"Dia Tua? Apa dia suami orang?"

"Tidak, dia bahkan belum menikah diumurnya yang sudah hampir sepuh,"

"Kau pacaran dengan aki-aki?"

"Iya, Lentera sempat suka dengan Pria tua, tapi Lentera sekarang sadar, Lentera tidak mau menikah,"

"Tapi anakmu tetap butuh kasih sayang dari kedua orang Tuanya,"

"Lentera bisa memberikan kasih sayang pada anak Lentera,"

"Itu tidak akan sama, bagaimana kalau kau menikah dengan Mew,"

"Hah! Tidak Tan,"

"Kenapa, kau tidak akan hidup susah jika kau menikah dengan Mew, kau dan anakmu akan aman ada didalam keluarga jong,"

"Tante bisa jadikan aku anak Tante jangan jadikan aku menantu,"

"Mew sudah setuju menikah denganmu, dia yang akan bertanggung jawab pada anakmu,"

"Tidak mau Tan, Lentera tidak mau menikah, mending Lentera jadi bujang lapuk dari pada harus menikah dengan Tuan Mew,"

"Bujang bagaimana, kau akan segera memiliki anak, kau tidak malu nantinya jadi gunjingan orang-orang,"

"Sama saja, kalau aku menikah  dengan Tuan Mew tetap akan jadi gunjingan orang-orang karena kami akan jadi pasangan Gay,"

"Kau tidak boleh bicara seperti itu, menjadi Gay bukan itu pilihan kalian berdua, kenapa baru berfikir sekarang takut jadi omongan orang, kemarin saat melakukannya kalian berfikir kesitu tidak?"

"Lentera tidak berfikir kesitu yang Lentera rasakan cuma enak, lagipula mana Lentera tau kalau didalam disini akan tumbuh kecebong,"

"Jadi siapa yang mulai duluan, pria Tua itu atau kau,"

"Pria Tua itu yang pancing aku, setelah aku tau rasanya aku jadi ketagihan,"

"Meww!!!"

"Tante kenapa panggil Tuan Mew?"

"Bukankah pria tua yang kau maksud dia?"

Lentera terdiam dan tak lama Mewpun masuk kedalam kamar Lentera.

"Kenapa Mah?"

"Kau urus dia, bagaimanapun caranya kalian harus menikah dalam waktu dekat ini, jangan bikin malu keluarga,"

Setelahnya Mama J keluar dari kamar Lentera, sedangkan Lentera hanya diam menunduk diatas tempat tidur.

Mew duduk disamping Lentera, dia benar-benar sangat merindukan lampunya karena sudah 1 bulan tidak bertemu.

Mew menatap Lentera yang membuang wajahnya.

"Apakabar, rindu aku tidak?"

Lentera berbalik membelakangi Mew, Mew memeluk Lentera dari belakang dan mencium pundaknya.

Lentera [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang