Tekan tanda ⭐️ dulu , yuk!
Selamat membaca 🥰
✿︎✿︎✿︎
Dengan mengenakan hoodie yang menutupi kepala, Alicia berjalan mengendap-endap melalui pintu belakang sekolah yang biasa digunakan tim kebersihan. Ia berharap bisa sampai ke Lab Bahasa tanpa berpapasan dengan siapapun, terutama sahabatnya.
Nanti. Ia akan bicara dengan Joanna nanti.
Sejauh ini Alicia selalu berhasil kabur dari situasi apapun, jadi hari ini pasti juga berhasil.
Tadi malam ia menghabiskan satu kotak tisu untuk menghapus air mata yang terus mengalir. Saking derasnya, pagi ini matanya bengkak. Alicia hanya tak ingin menambah malu dirinya yang ia yakin sudah menjadi bahan candaan satu sekolah.
Alicia menizinkan dirinya menangis tadi malam. Hanya tadi malam. Karena hari ini ia akan melancarkan rencana gila kedua.
Untung saja ibunya tak peduli padanya seperti biasa, jadi ia bisa segera meninggalkan rumah tanpa sarapan ataupun pamit. Lebih tepatnya, Alicia kabur lewat jendela. Sama dengan cara ia pulang kemarin malam.
Melewatkan makan malam dan sarapan, serta menghabiskan energi menangisi ilusi membuat Alicia sangat lapar.
Nanti.
Setelah beberapa saat, akhirnya ia sampai di belakang gudang sekolah. Tinggal sedikit lagi.
Alicia menarik hoodie yang ia pakai, memastikan penutupnya masih terpasang. Ia berjalan cepat dengan sesekali menengok ke belakang.
Seperti malam setelah pesta ulang tahun Joanna, ia merasa seseorang mengikutinya.
Alicia menoleh ke belakang lagi. Tidak ada orang.
Lalu, brukk.
Ia menabrak seseorang di depannya. Padahal ia yakin satu detik lalu tidak ada siapapun. Untung saja pria itu langsung menahan tubuhnya. Kalau tidak ia pasti sudah mencium lantai.
"Alicia, kita bertemu lagi." Ucap pria itu dengan tangan masih menopang tubuh Alica. Tak lupa, Valentine memasang senyum yang membuat jantung Alicia berdegup. Objek rencana gila kedua.
"Val?"
Apa hari ini Alicia beruntung karena tak perlu mencari Valentine? Pria itu bahkan sudah berada di depannya.
Setelah membantu Alicia berdiri, Valentine berjalan maju yang otomatis membuat Alicia berjalan mundur. Pria itu menghimpitnya ke tembok. Sekarang ia tak bisa lari, tapi Alicia memang tak berniat lari.
"Alicia." Ia mengucapkan tiap kata seolah namanya adalah doa. Valentine menatapnya lekat, menunduk, mengendus lehernya, lalu kembali menatap.
Tindakan tersebut tak hanya membuat Alicia merasa pria itu sedang menenangkan diri, tapi juga membuat tubuhnya merinding.
Oke, sikap Valentine memang aneh. Tapi ia juga satu-satunya pria yang bisa membuat jantungnya menggila. Mengusir James dari mimpi dan hidupnya lebih penting.
Saat Valentine mengangkat tangan lalu menyentuh pipinya, waktu seolah berhenti.
Seluruh kalimat yang ia persiapkan pagi tadi entah ada dimana. Alicia membuka mulut tapi tak ada suara yang keluar. Kalimat yang ingin ia ucapkan sepertinya tercekat di tenggorokan.
Entah kenapa Alicia menjadi gugup. Perubahan emosi dalam dirinya sangat aneh.
"Ekspresimu sangat menarik, Alicia."
Saat Alicia mengangkat tangan dan menyentuh tangan Valentine dengan niat menjauhkan tangan itu dari wajahnya, saat itu juga ia tahu ada sihir di antara mereka. Tangannya seperti tersengat listrik.
Sontak Alicia ingin menjauhkan tangannya, tapi Valentine berhasil mencegah tangannya lari. Sebaliknya, Valentine menggenggam tangan Alicia dan menyentuh pipinya lagi secara bersamaan.
"Kamu merasakannya, Alicia? The spark?"
Alicia mengangguk. "Kamu penyihir?"
Valentine menyeringai. "Bukan."
Alicia mengerutkan dahi. "Bukan? Lalu.."
"Aku bisa memberitahumu, tapi jawab pertanyaanku dulu." Wajah pria itu berubah kaku. Seperti menahan amarah. Valentine menunduk lebih jauh hingga berada tepat di depan wajah Alicia. "Siapa James Hiddlestone bagimu, Alicia?"
Jantungnya semakin menggila. Apalagi Valentine menggunakan tangan satu lagi untuk menyentuh menahan leher belakangnya. Alicia tak bisa kabur.
"Dia.." Kali ini Alicia tahu malam itu ia tidak sedang berhalusinasi. "Matamu.."
Valentine tampak semakin tegang. Bahkan otot tangannya ikut melakukan hal yang sama membuat lehernya sedikit sakit. Sepertinya ia tak sadar akan tindakan itu.
"Dia?" Valentine memincingakan matanya yang sudah berubah hitam pekat.
Apa Valentine tahu rahasianya? Tak mungkin. Alicia tahu ia harus berpikir cepat. Ia harus segera melakukan sesuatu yang menguntungkan, sesuatu untuk rencana gila kedua.
"Mari buat kesepakatan."
✿︎✿︎✿︎
✿︎✿︎✿︎
Ramaikan dengan voment, yuk, biar Scarlett semangat nulisnya. Thank you. 🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Royal Lycan Series
Фэнтези[21+] Royal Lycan Series Book 1: Alicia [end] Book 2: Lorenzo [ongoing] Book 3: Cordelia [tba] Book 4: Archer [tba]