✨Selamat membaca ✨
✿︎✿︎✿︎
Alicia tak menyangka Cordelia sungguh menyiapkan banyak sekali makanan.
Berbagai jenis masakan tersaji di atas meja. Sepertinya penyihir itu cocok membuka restoran, cafe atau rumah makan jenis apapun.
Setidaknya bukan hanya Alicia yang terkejut.
"Wah! Apa kita sedang mengadakan pesta?" Ryker berbicara saat memasuki ruangan. Seperti biasa, dialah yang paling bebas berbicara.
West yang berjalan di sampingnya hanya mengernyitkan dahi. Sepelit itulah ekspresi West.
Mereka berdua memilih duduk di seberang Alicia.
Sedangkan Valentine berjalan ke arah Alicia seolah hal lainnya tidak penting. Pria itu mengecup keningnya singkat lalu duduk di sampingnya.
Alicia membalas kecupan tersebut dengan senyuman.
Sekarang, mereka berempat mengamati Cordelia yang masih sibuk membawa piring dan mangkuk. Dia melakukan semua itu sendiri, bahkan menolak segala bantuan.
Ryker bersiul, West mengernyit dan Valentine.. tegang?
"Val? Apa ada masalah?"
"Bukan apa-apa."
Tidak. Pasti ada sesuatu yang akan terjadi. Alicia mengingat Cordelia sangat yakin malam ini ia akan memenangkan kesepakatan. Apa Valentine tahu?
Alicia jadi ikut khawatir. Masalahnya, kesepakatan itu berkaitan dengan kutukan mimpi. "Val, sepertinya kita harus membicarakan sesuatu."
"Tidak perlu, Alicia." Potong Cordelia sebelum Valentine sempat menjawab. "Sekarang, waktunya makan." Lanjutnya girang.
Cordelia memilih duduk di bagian kepala meja layaknya kepala keluarga, lalu ia mulai makan tanpa peduli yang lain. Mungkin karena ia putri kerajaan jadi memilih duduk disana.
Alicia diam saat tidak ada satupun yang mengikuti tingkah Cordelia. Tak perlu menghabiskan waktu satu hari untuk membuatnya merasa aneh. Alicia bertanya-tanya, kenapa Cordelia sangat tenang, bahkan terdengar girang, saat dikurung disini?
"Tak perlu membuang waktu, Cordelia. Kesepakatan apa yang kamu mau?" Tanya Valentine.
Sepertinya Ryker mengerti akan situasi hingga ia tak berceloteh. West hanya mengawasi.
"Tak perlu terburu-buru, Valent. Aku menghabiskan banyak waktu untuk membuat semua ini." Ucapnya menunjuk semua makanan di atas meja dengan dua tangannya. "Kita harus makan dulu,"
Valentine menatap wanita itu tajam.
Namun, Cordelia tak bergeming, seolah tatapan itu tak berarti apa-apa. "Selagi sempat." Tambahnya sambil memasukkan sesendok sup ke mulutnya.
"Sepertinya itu ide bagus." Ryker akhirnya berbicara.
"Benar. Val, ayo kita makan dulu." Alicia ikut berkata.
Valentine menurut.
Mereka akhirnya makan dalam hening. Hanya suara sendok membentur piring atau mangkuk terdengar. Tak lupa, suara air diaduk di dalam gelas.
"Ahh! Nikmatnya kenyang. Bagian paling menyenangkan adalah saat aku bisa menyantap makanan bersama mereka yang berhasil menangkapku." Ucap Cordelia beberapa menit kemudian.
Bulu di lehernya berdiri saat Cordelia menatapnya. Alicia merinding.
"Sebenarnya, aku hanya ingin memberitahu satu rahasia. Tapi, pertama-tama, aku ingin bertanya. Apa kalian tahu kenapa Lorenzo belum menemukanku sekalipun telah mengirim puluhan tim pasukan gelapnya?"
Tidak ada yang menjawab.
"Ayolah, Valentine. Kamu memimpin West dan Ryker. Kalian satu tim. Setidaknya tunjukkan kemampuanmu dalam memprediksi?"
Ini adalah pertama kali Alicia mendengar wanita itu menyebut nama lengkap Valentine. Sesuatu dalam dirinya tumbuh, siap menyerang Cordelia kalau wanita itu menyakiti Valentine. Bahkan sekalipun ia mustahil menang.
Setidaknya ia tidak sendirian, West dan Ryker tampak siap melompat dari kursi. Tak ada lagi wajah Ryker yang bermain-main.
"Kesepakatan. Kamu sudah mengatakan itu berkali-kali. Sekarang, cepat katakan apa yang kamu mau untuk menghapus kutukan?"
Valentine tahu?
"Sejak kapan..?"
"Nanti, Sunshine."
Benar, nanti. Sekarang mereka harus menghadapi putri kerajaan yang ternyata penyihir licik.
"Oh," Cordelia tampak bosan. "Keluar dari misi menangkapku adalah hal pasti." Ucapnya dengan tangan di taruh di kepala, tampak berpikir.
Alicia heran, bagaimana mungkin Cordelia bisa mempertahankan wajah bosan dan mengabaikan bahaya dari tiga Lycan di ruangan ini, bahkan empat kalau Alicia ikut dihitung. Apa karena ia seorang putri? Atau penyihir?
Namun, Alicia tahu yang sedang dibicarakan adalah kutukannya. Ia harus berkontribusi. Ia tidak ingin Valentine menanggung harga kesepakatan seorang diri.
"Kamu bisa meminta sesuatu dariku juga."
"Tentu saja, Alicia. Aku pasti meminta sesuatu darimu."
"Tak boleh." Ucap Valentine kasar.
"Tenang, Lycan!" Kali ini Cordelia menggunakan nada memerintah. "Aku hanya ingin bantuan yang sangat mudah dari Mate-mu. Bukan hal sulit." Lanjutnya santai.
Cordelia berbicara seperti orang yang mengalami perubahan emosi secara cepat. Mood swing?
"Bantuan?"
"Hmm. Tapi tidak sekarang." Cordelia lantas berdiri, lalu menatap Valentine. "Aku ingin rumah ini. Terasa sangat nyaman. Tentu saja berikut mantranya. Mungkin saja suatu saat nanti aku ingin mengurung seseorang disini."
Tak butuh waktu lama untuk Valentine menjawab.
"Sepakat."
✿︎✿︎✿︎
Tinggalkan voment, yuk, biar Scarlett semangat nulisnya. Thank You 🥰
_______
October 3, 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Royal Lycan Series
Fantasy[21+] Royal Lycan Series Book 1: Alicia [end] Book 2: Lorenzo [ongoing] Book 3: Cordelia [tba] Book 4: Archer [tba]