13 | The kiss

190 13 2
                                        

✨Selamat membaca ✨ 

✿︎✿︎✿︎

Menyebut apa yang ada di depannya adalah rumah terdengar meremehkan. Untuk pria seusia dirinya memiliki rumah sebesar ini, bukankah tak wajar?

Kecuali warisan.

Eh, tunggu dulu, "Val, berapa usiamu?"

Pertanyaan yang sama sekali belum pernah Alicia pikirkan sebelumnya. Werewolf memiliki usia yang lebih panjang dari manusia, artinya Lycan juga sama. Benar, kan?

"Kenapa? Apa aku terlihat terlalu tua buatmu?"

"Bukan begitu, tapi," Alicia menunjuk ke sekelilingnya. "Rumahmu tidak terlihat," Ia berusaha mencari kata yang cocok. "Normal."

Valentine terkekeh. "Ini memang bukan rumahku, Alicia. Kemari."

Dengan menggandeng tangannya, Valentine membawa Alicia masuk. Di ruang yang sepertinya ruang tamu, dua teman Valentine duduk. Sepertinya sedang mendiskusikan sesuatu.

"Kuperkenalkan. Yang berambut hitam adalah West dan yang berambut merah adalah Ryker."

West dan Ryker. Sekalipun mereka pernah muncul di sekolah, tak ada yang menyebut nama mereka. Secara teknis mereka tidak bersekolah di SMA Unity, mereka hanya terkadang muncul bersama Valentine. Yang dimaksud kadang adalah jarang sekali.

"Hai." Sapa West singkat.

Sedangkan Ryker, ia berdiri. Sambil berjalan ke arahnya, ia berkata, "Alicia, akhirnya si dingin ini mengenalkanmu pada kita."

Dingin? Valentine tak pernah bersikap kaku padanya. Lantas, apa itu membuatnya terdengar spesial?

Alicia tersenyum menyukai pemikirannya.

Ryker mengangkat tangan hendak memeluk Alicia, akan tetapi Valentine sudah terlebih dahulu mendorongnya.

"Mundur, Ryker." Ucapnya tajam.

Sekarang, Valentine juga posesif. Sepertinya Alicia memang tak perlu mempertahankan sandiwara bodohnya. Tapi apa ia masih sedang bersandiwara?

"Ah. Tenang, Valent," ucap Ryker lengkap dengan cengirannya. Ryker pasti sengaja menggoda Valentine.

Tanpa sadar, Alicia tertawa.

Begitu tawanya berhenti, ia baru sadar telah mendapat perhatian tiga pasang mata yang menatapnya aneh. Seolah terkejut?

Oke. Sepertinya ada satu pasang mata yang menatapnya marah. Apa Valentine tak menyukai tawanya?

Alicia terkesiap karena tiba-tiba Valentine menarik tubuhnya, lalu memikul tubuh Alicia di punggungnya.

"Hei!" Teriaknya.

Ryker tertawa terbahak-bahak sedangkan West hanya tersenyum. Apa mereka pikir ini lucu?

Dalam satu kedipan mata, Valentine sudah berada di depan kamar. Alicia menduga merupakan kamar pria itu. Baru saat mereka berada di dalam kamar Valentine menurunkannya.

Valentine menunduk dan mengurungnya ke dinding.

"Jangan pernah tertawa di depan mereka, Sunshine."

Valentine mengucapkan tiap kalimat dengan gigi bermeletuk. Pria itu menahan kendali emosinya.

"Sebenci itukah kamu dengan tawaku?"

"Bukan tawamu. Aku benci harus menyingkirkan mereka." Ucapnya serius.

"Gak lucu, Val."

"Tawamu terlalu cantik," Ucapnya dengan telapak tangan menyentuh pipi Alicia dan ibu jari mengusap bibirnya. "Hingga aku tak ingin orang lain mendengarnya, Sunshine."

Tindakan dan ucapan Valentine membuat jantung Alicia berdegup kencang. Ia bahkan tak sadar bibirnya sudah tersenyum lebar.

"Bahkan senyummu."

"Apa aku juga tak boleh tersenyum di depan pria lain?"

"Maaf. Hanya saja, kamu membuatku hilang kontrol. The problem is me, I'll deal with it. I just need time."

"Gunakan sebanyak apapun waktu yang kamu butuhkan, Val."

Alicia sangat tergoda ingin merasakan bibir merah di depannya. Apakah akan sekeras wajah Valentine yang masih tegang? Atau akan terasa lembut?

"Sunshine."

"Hmm."

"Sialan. Aku bosan menahan diri." Kesalnya.

Alicia mengernyit tak paham, lalu Valentine menciumnya.

Awalnya pria itu hanya menempelkan bibirnya seolah ingin mencicip, atau mungkin sedang menunggu apa Alicia akan menolak.

Kabar baiknya, Alicia tidak ingin hanya mendapatkan kecupan. Ia ingin lebih.

Begitu Alicia membalas dengan membuka bibirnya, lidah Valentine melesat masuk dan mereka berdua mengerang. Akhirnya Alicia mendapatkan jawaban atas pertanyaannya, bibir itu lembut dan kaku secara bersamaan.

Ciuman mereka semakin panas. Valentine semakin menekan Alicia ke belakang hingga sekarang seluruh tubuh Alicia bersandar ke dinding.

Ia tak ingin ciuman ini berakhir.

Saat lidah mereka saling bertemu, Alicia merasakan sensasi euforia yang belum pernah ia rasakan sepanjang hidupnya.

Sebagai seorang amatir soal ciuman, Alicia mengikuti apa yang pria itu lakukan. Karena lidah Valentine sudah menginvasi masuk ke mulutnya, Alicia juga melakukan hal yang sama.

Begitu ia menjulurkan lidah hingga masuk ke mulut Valentine, pria itu menghisap lidahnya. Sekarang seluruh tubuh Alicia bergetar.

Entah sudah berapa lama mereka saling menyesap, mengulum dan mengerang, mereka seolah sedang ingin memangsa lidah masing-masing. Alicia bahkan tak sadar tubuhnya sekarang sudah berbaring di atas kasur lembut.

"Sunshine, kita harus berhenti." Ucapnya masih terus menciumnya.

"Hmm." Alicia tak tahu sebenarnya apa yang ia setujui. Lidah dan bibir mereka masih terus menyesap dan memilin.

Alicia kecewa saat Valentine mengangkat kepala.

"You're perfect in this angle, Sunshine." Ucapnya dengan mata penuh gairah.

Alicia terengah-engah seperti kehabisan napas dan ia bisa merasakan sesuatu yang keras menekannya di bawah sana. Fakta itu membuat tubuhnya panas dan jantungnya menggila.

"Kita sungguh harus berhenti." Ucap Valentine, lalu mengecup bibir Alica dan hendak bangun.

Spontan tangan Alicia yang melingkari leher Valentine. Ia tak rela dan menarik pria itu turun lagi.

"Alicia, kamu belum siap untuk tahap selanjutnya." Pria itu mengusap rambut kepalanya, berusaha menenangkan. "Percayalah, aku sangat ingin. Tapi hari ini kita hanya berciuman."

"Tapi.."

"Bukankah ada beberapa hal yang harus kita diskusikan. Ayo, kita akan bicara setelah makan malam."

Malam?

Bersama Valentine selalu membuat Alicia tak sadar waktu telah berlalu.

✿︎✿︎✿︎

Tinggalkan voment, yuk, biar Scarlett semangat nulisnya. 

Thank You 🥰 

_______

September 23, 2023

Royal Lycan SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang