✨Selamat membaca ✨
✿︎✿︎✿︎
James memintanya bertemu, tapi kenapa Anastasia yang menunggunya?
"Selamat datang, Alicia."
Anastasia sedang duduk di kursi dengan santai. Ia terlihat bosan menunggu.
"Kenapa kamu yang disini?"
"Hanya ingin berbincang denganmu." Ungkapnya.
"Langsung saja, Ana. Tak perlu basa-basi."
"Oh, sayang sekali. Tak masalah. Aku juga tak ingin banyak membuang waktu."
Penyihir itu berdiri. "Bukankah kamu penasaran dengan asal siksaan kutukan mimpimu, Alicia?"
"Apa maksudmu?"
Saat itulah ia sadar. Ia memiliki kutukan mimpi sejak Anastasia masuk keluarganya. Mungkinkah?
"Yang kualami bukan kutukan mimpi karena kesalahanku pada masa lalu. Aku bahkan tak punya masa lalu bersama James. Tapi itu kutukan darimu, Ana?" Setiap kata ia ucapkan dengan marah.
"Menyiksamu adalah hal yang menyenangkan. Ternyata butuh waktu lama sekali hingga kamu sadar." Ungkapnya sembari tertawa. "Tahu tidak betapa senangnya aku hari ini?"
Alicia tak menjawab. Ia tak butuh.
"Akhirnya aku bisa memancingmu ke tempat ini." Anastasia melangkah mendekat dengan pelan. Seolah sedang mengincar mangsa.
Alicia tahu ia takkan bisa lari. Setidaknya, ia bisa mempertahankan harga diri dengan tidak melangkah mundur. Tak boleh menunjukkan rasa takut.
Sayang sekali, sepertinya ia gagal. Ia bisa merasakan tangan yang ia sembunyikan di balik punggung bergetar. Tangannya gemetar.
"Lycan yang kamu sebut sialan itu tidak menyukaimu, Ana. Kamu hanya membuang waktu menyudutkanku disini."
"Oh, jadi kamu pikir aku cemburu?" Anastasia tertawa keras. "Aku sama sekali tidak tertarik dengan Mate-mu, Alicia. Apa yang aku dapatkan setelah menyingkirkanmu jauh lebih menarik." Ucapnya.
Anastasia berani bermulut besar pasti karena berpikir menyingkirkannya hanyalah perkara mudah. Tak masalah. Biarkan saja penyihir itu terus bermulut besar dan lihat informasi apa yang bisa ia dapatkan.
"Memangnya apa yang akan kamu dapatkan? Pasti bukan sesuatu yang berharga." Alicia sengaja menambahakan penghinaan pada kalimat terakhir.
"Tak berharga? Aku bisa bebas menggunakan kutukan mimpi itu sangat tak ternilai, Alicia." Ucapnya marah. "Sekali kamu mencicip kekuatan sihir, kamu takkan bisa lepas."
"Aku ragu."
"Tubuhmu gemetar, Alicia. Kamu takut." Anastasia terus membuatnya melangkah ke belakang. "Rasa takut kalian adalah candu. Semakin kamu bergetar, aku semakin puas."
"Dimana James?"
"Oh," Dua pria berbadan besar mendorong James yang duduk di kursi roda. "Disana."
Kata yang lebih tepat bukan duduk, tapi terikat. Anastasia mengikat James di kursi roda, lengkap dengan lakban menutup mulutnya.
"Apa yang kamu lakukan, Ana? Dia pacarmu!"
"Pacar?" Anastasia tertawa dengan ekspresi gila. "Siapa yang mau berpacaran dengan sampah sepertinya? Aku tidak buta, Alicia."
"Kamu hanya memanfaatkan James."
"Salah. Kita saling memanfaatkan. Kamu pikir bagaimana manusia biasa seperti dia bisa mengalahkan Werewolf dan menjadi kapten basket?"
Alicia membelalak tak percaya. James membuat kesepakatan dengan penyihir.
"Sihir itu candu, kan?" Tanyanya. Kali ini kepada James.
Pria itu berusaha memberontak, tapi sia-sia.
"Kamu sungguh gila dan kejam."
"Tak perlu khawatir. Kamu juga akan berada diposisi yang sama." Ucapnya, lalu memberi kode pada dua pria di samping James.
Anastasi menggumamkan sesuatu tak jelas. Seperti mantra sihir.
Lalu gelap.
✿︎✿︎✿︎
"Sekarang lebih baik, kan?" Tanyanya begitu Alicia sadar.
Sekarang ia berada di kursi roda yang serupa dengan James, tapi Anastasia tidak menutup mulutnya.
"Apa maumu?"
Anastasia tidak menjawab, wanita itu mengangkat ponsel menghadap wajah Alicia.
Beberapa detik selanjutnya Alicia baru sadar kalau itu ponselnya dan Anastasia baru saja mengaktifkan Face ID.
"Apa maumu, Anastasia?" Kali ini ia menggeram. Alicia tidak pernah menggeram, tapi saat ini ia harus mengabaikan keanehan itu.
"Oh, tak banyak. Hanya ingin tahu seberapa cepat kekasih Lycan-mu sampai sini."
Begitu memahami maksud Anastasia, Alicia tidak bisa melihat lagi. Hanya merah. Ia hanya melihat darah.
"Alicia, ada apa dengan matamu?"
Alicia tersenyum miring mengerikan. Ia bersyukur telah menutupi tanda ikatannya dengan Valentine karena artinya Anastasia belum tahu.
Penyihir di depannya belum tahu kalau Valentine telah menggigitnya dan Alicia telah menerima Valentine sebagai pasangan takdir. Penyihir itu juga tidak tahu kalau tubuh Alicia sudah mulai berubah.
Sekarang adalah waktu yang tepat untuk mencabik penyihir sialan yang memberinya kutukan mimpi. Alicia belum pernah bertarung ataupun berkelahi, jadi ia hanya mengikuti insting.
"Dia telah menggigitmu. Sialan!"
Alicia menyerang maju ke arah Anastasia, tapi dua pria yang mengikatnya menghalangi. Sayang sekali, melawan dua orang terlatih masih bukan tandingan Alicia. Apalagi ini adalah pertama kalinya ia berubah menjadi Lycan.
Tak butuh waktu lama untuk melumpuhkannya.
Dua pria itu mengurung tangan dan kakinya hingga ia tak bisa bergerak di lantai.
"Apa kamu pikir bisa membunuhku, Alicia?"
Alicia menggeram.
"Kalau bukan karena aku masih membutuhkan informasi dari Valentine, aku pasti sudah membunuhmu. Membiarkanmu menyusul ayahmu di neraka sebagai hadiah. Reuni ayah dan anak yang menyenangkan."
Alicia benci mendengar tawanya.
Anastasia mengangkat pisau. "Tahu tidak, ini terbuat dari silver. Akan sangat menyakitkan kalau menggores kulitmu."
Alicia merintih saat penyihir itu menggores kakinya. Lalu, goresan lagi. Lagi dan lagi.
Apa ia akan mati.
Valentine.
Hanya nama itu ia ingat sebelum ia pingsan.
✿︎✿︎✿︎
Tinggalkan voment, yuk, biar Scarlett semangat nulisnya. Thank You 🥰
_______
September 30, 2023
![](https://img.wattpad.com/cover/351469095-288-k759249.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Royal Lycan Series
Fantasy[21+] Royal Lycan Series Book 1: Alicia [end] Book 2: Lorenzo [ongoing] Book 3: Cordelia [tba] Book 4: Archer [tba]