Lalu Aku Ini Apa?

210 21 1
                                    

"PAMANNNNN.... KAU IBLIS!!!" aku kaget mendengar teriakkan Jerico sampai-sampai kaca depan kami retak dan aku sadar ternyata Hae Soo yang tak berdaya dengan tubuh penuh luka dan pakaian yang sudah tidak utuh diseret oleh pria berbadan tegap, wajahnya bringas seperti iblis dengan tawa seperti orang gila dan aku sadar itu adalah paman Jerico yang terus menyeret Hae Soo dengan brutal dan tidak perduli keadaan Hae Soo.

Aku membekap mulutku saat aku lihat sendiri bagaimana bisa seorang ayah menyeret anak perempuannya ketengah-tengah dan mengoyak pakaian perempuan itu hingga telanjang bulat dan menyuruh tentara Jepang itu memperkosa Hae Soo bergantian. Aku melihat tatapan kosong Hae Soo yang diperkosa beramai-ramai oleh tentara-tentara Jepang itu secara brutal dan kroyokan bahkan aku melihatnya bukan seperti manusia tetapi zombie yang disuguhi mangsa tak berdaya. Semua berlangsung singkat dan saat tentara-tentara Jepang itu menyingkir setelah menyalurkan hasratnya, aku bisa melihat tubuh tak berdaya Hae Soo dengan luka dimana-mana dan yang lebih parah adalah bagian bawahnya yang mengeluarkan banyak darah. Kekagetanku tak berhenti sampai disitu seorang wanita tua dengan pakaian kebesaran datang sambil membawa pedang dan menyerahkannya pada paman Jerico dan saat itu juga tubuh Hae Soo ditebas hingga darah yang menyiprat ketubuh paman Jerico tetapi itu malah membuatnya tertawa terbahak-bahak.

"APA YANG KAU LAKUKAN PADA ANAKMU SENDIRI JUNSUH!!" teriak seorang wanita yang sudah tak berdaya karena menjadi korban kekerasan dan pemerkosaan juga dan dia adalah ibu Jerico.

Saat itu juga paman Jerico seperti sadar dari hipnotis sehingga menjatuhkan pedangnya dan bersujud didepan jasad Hae Soo dengan tangan gemetar pria yang sudah berumur tapi masih gagah itu merengkuh tubuh Hae Soo yang sudah tak bernyawa dan penuh darah.

"Kenapa paman seperti itu? Apa maksud ini semua?" kata Jerico berbisik seperti selama ini dia tidak tau apa-apa dan aku bisa mengambil kesimpulan bahwa selama ini Jerico melihat tidak semua.

"Anakku sembuh... anakku sembuh Junsuhku sembuh, ayo nak kita rebut istana ayo nak kit.." kata-kata nenek tiri Jerico terhenti saat dengan kejam paman Jerico menebas kepala ibunya sendiri hingga bergelinding ke tanah.

Paman Jerico segera menghampiri tubuh Hae Soo tapi segera dihalangi oleh pedang seseorang yang aku sadar itu Jerico saat masih hidup.

"Menyingkir dari tubuh kesayangan ku iblis" kata Jerico pelan tapi penuh tekanan amarah

Deg. Kesayangan? Hae Soo adalah kesayangannya? Lalu aku apa? sebutan sayang, love dan lain-lain itu apa? hatiku sakit ditambah saat aku melihat Jerico yang merosot didepan kaca jendela menangis meraung-raung seperti gambaran saat dia memeluk tubuh Hae Soo yang sudah tak bernyawa tapi sudah tertutupi dengan jubah mewah milik Jerico. Dadaku sesak sekali hingga tampa sadar aku mundur dan perlahan membuka pintu kamar Jerico dan saat itu aku lihat Andy yang panik dan langsung masuk ke kamar Jerico, sedangkan Celia hanya melihatku yang sangat terlihat jelas seperti perempuan yang patah hati. Aku hanya melihat Celia sekilas dan berjalan perlahan menuju pintu keluar paviliun ini, bahkan suara Celia yang memanggilku dari tadi tidak aku hiraukan hingga saat aku akan membuka pintu keluar Celia menahanku.

"Kak.. kakak kenapa? Apa yang dilakukan Jerico bilang kak.. kakak juga tidak boleh keluar dari sini, memang paviliun semua dipagari oleh mantra tapi halaman tidak jadi kalau kita keluar kita bisa dibunuh mereka" kata Celia sambil terus memegang tanganku.

Aku yang mendengar itu hanya menoleh sekilas padanya dan terus membuka pintu itu sehingga langsung terlihat pemandangan yang mengerikan tetapi hal itu tidak membuatku takut aku seperti mati rasa dan seperti tidak takut apapun.

Aku melangkahkan kakiku akan keluar saat sebuah tangan menarikku lagi kedalam sangking kerasnya aku sampai jatuh dan aku merasakan aku menindih seseorang yang ternyata Jerico. Napasnya memburu seperti menahan amarah, takut dan frustasi, sejenak aku yang melihat itu merasa aku adalah perempuan yang penting untuknya tetapi saat aku melihat bekas air mata dipipinya dan matanya yang bengkak aku jadi ingat Hae Soo dan seketika aku sadar aku bukan siapa-siapa. Aku segera berdiri dan kembali berbalik ingin keluar dan saat bersamaan tangan dingin Jerico menarikku lagi dan mencengkeram kuat lenganku yang aku yakini pasti meninggalkan bekas.

SILA || NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang