Tangisan Menyakitkan

229 17 2
                                    

"AYAH!! IBU!!" Terdengar teriakan Rubi dari arah kamar Jerico

"Kakak... Bibi.... Bibi..." Setelah terdengar teriakan Rubi terdengar panggilan serak dari Celia.

"Cel? Rubi... nak... ada apa?" tanya bibi Chaeyong sambil membelai lembut belakang kepala Rubi.

"Hikksss... hiksss... ayah.. ibu..." Rubi tetap menutup matanya tapi sambil menangis

"Rubi.. kau demam nak.." kata ibu Jerico kaget. Bagaimana tidak kaget kalau tubuh Rubi sangat panas bahkan mungkin ukuran demamnya bisa 39°.

"Ayah... ibu... dingin.."keluh Rubi sambil mulai menggil kedinginan.

"Andy.. ambilkan air untuk mengompres Rubi," perintah sang ibu yang langsung dilakukan oleh Andy.

"Haesoo,"

"Iya Paman" jawab Haesoo hormat.

"Telepon ibumu. Suruh dia bawa peralatannya, dia harus memeriksa Rubi," perintah ayah Jerico yang langsung dilakukan oleh Jirim.

Rubi terus menggigil kedinginan bahkan wajahnya saat ini sangat pucat, bibirnya yang biasanya merah merona juga terlihat pucat. Jerico menghampiri Rubi dan mengangkat Rubi ke pangkuannya. Jerico memeluk tubuh kecil Rubi sambil menciumi pucuk rambut Rubi. Jerico mengambil selimut yang tadinya dipakai Rubi dan menyampirkannya ditubuhnya dan sang gadis sehingga mereka seperti berbagi selimut.

"Pelayan Jang,"

"Iya Yang Mulia," jawab Paman Jang hormat.

"Ambilkan Celia makan dia pasti belum makan dari sore." Celia menoleh dengan mata sembabnya.

"Kakak.. kakak... kenapa... kenapa... bisa..," gagap Celia sambil masih sesenggukan.

"Celi.. ayo makan dulu, kau harus makan supaya tidak sakit. Kalau kau sakit lalu siapa yang menjaga kakakmu, hmmm? Ayo kita makan. Pelayan Jang ambilkan makanannya ya aku tunggu diruang tadi," kata ibu Andy sambil menggandeng lembut tangan Celia.

"Ini salahku Jae. Kalian semua sengsara karena aku, seandainya aku tidak menuruti ibu pasti kita semua bisa hidup tenang bahkan setelah reinkarnasi kita bisa hidup tenang," kata Paman Jerico dengan penuh sesal.

"Sudah hyungnim itu masa lalu jangan diingat-ingat lagi. Apa lagi hyungnim tidak salah, hyung hanya termakan perkataan ibu, jadi hyungnim jangan merasa bersalah lagi," kata ayah Jerico sambil menepuk pundak hyungnya pelan.

"Enggg..." Rubi menggeliat pelan karena tubuhnya merasa kaku dan sakit semua.
Mata Rubi terbuka pelan menyesuaikan cahaya yang menyilaukan mata.

"Bibi," kata-kata pertama yang keluar dari mulut Rubi.

"Rubi, nak ada yang sakit?" tanya bibi yang sudah duduk di samping Rubi

"Pusing bi, sakit bi. Punggungku rasanya mau terbelah," jawab Rubi lemah sambil meringis perih.

"Chae, biar aku lihat lukanya," kata Winhui dan meminta pada Jerico untuk menidurkan Rubi lagi secara telungkup.

"Akkhhh!! Sakit," keluh Rubi saat Winhui sedikit menekan punggung Rubi.

"Kau membuatnya kesakitan," geram Jerico saat melihat Rubi kesakitan. Jerico seperti juga merasakan rasa sakit Rubi tapi tidak dia perlihatkan.

"Lukanya sedikit memar, aku sudah menduga hal ini. Bayangkan saja Rubi orang biasa dan juga dia hanya gadis yang belum kuat tapi harus dirasuki arwah dengan kekuatan lumayan tinggi ditambah diserang dengan kekuatan yang setara dengan disayat 20 pengawal dengan pedang dan Pangeran, apa kau menggunakan kekuatan mu full?" tanya Winhui pada Jerico.

SILA || NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang