Suasana semua putih tapi terlihat damai. Terlihat semuanya putih bersih, indah dan menenangkan, menjadikan hati yang ketakutan dan sedih tiba-tiba hilang berubah menjadi damai dan tenang.
"Sayang ini dimana?" tanya seorang wanita cantik berambut panjang bingung.
"Sayang, ayo kita kembali ke pesawat anak-anak kita menunggu kita sayang," kata wanita itu menarik pria disampingnya mencoba kembali tapi kembali kemana entahlah dia tidak tau.
"Sayang, tenanglah. Mulai sekarang kita akan tinggal disini," kata pria tampan, tinggi dan gagah itu pada wanitanya.
"Maksudmu apa? Tidak aku mau kembali, anak-anak kita menunggu kita," kata wanita itu mulai menangis.
Pria itu memeluk wanitanya erat. Wanita itu mulai menangis dengan keras meminta pulang bertemu anak-anaknya.
"Aku mau pulang.. aku mau bertemu anak-anak, aku mau bertemu Rubi dan Celia. Tolong aku mau pulang," kata wanita itu sambil menangis kencang.
"Aku juga ingin pulang sayang, tapi tidak mungkin kita sudah meninggal. Kita sudah tidak bisa bersama anak-anak tapi kita masih bisa menjaga mereka dari sini," kata pria itu yang ternyata mereka adalah ayah dan ibu Rubi dan Celia.
"Tidak mau... aku mau pulang... aku mau melihat mereka tumbuh dewasa, aku mau melihat mereka menikah, aku... aku... aku mau pulang hikkss... hikss..." Wanita itu menangis makin keras sambil memeluk suaminya erat.
"Kalian sudah disini?" Terdengar suara pria lain yang membuat ayah dan ibu Rubi dan Celia menoleh bersamaan.
"Ayah.. ibu.." kata ayah Rubi dan Celia saat melihat kakek nenek Rubi dan Celia ada dibelakang mereka.
Nenek Rubi dan Celia memeluk menantunya dan menenangkannya.
"Ibu... aku mau pulang.. Rubi dan Celia menunggu," kata Ibu Rubi dan Celia menangis makin keras sambil memeluk mertuanya.
"Nak, kau harus ikhlas nak. Jangan khawatir Rubi dan Celia akan dijaga Chaeyong, mereka akan baik-baik saja," kata nenek Rubi dan Celia.
"Ayo, mereka sudah menunggu kalian," kata kakek Rubi dan Celia
"Mereka siapa ayah?" tanya Park Chanwoo
"Kalian akan tau," kata kakek Rubi sambil berjalan
Mereka mengikuti kakek Rubi. Sepanjang perjalanan mereka awalnya hanya melihat putih lalu lama kelamaan putih itu memudar bagaikan kabut yang terbawa angin dan berganti dengan pemandangan padang rumput yang luas dan indah, tidak lupa ada taman bunga dan didekat situ ada pantai yang berair jernih dan pasirnya yang putih bersih.
Banyak orang tertawa bahagia, anak-anak berlarian ada juga yang mengobrol ada juga yang bermain dipadang rumput atau dipantai, mereka semua bahagia tidak ada susah, sedih atau tangis."Kalian sudah datang," kata seorang pria dengan pakaian kerajaan menunggu didepan pintu sebuah rumah megah berbentuk kastil dengan dikelilingi taman bunga.
"Yang Mulia? Kenapa Yang Mulia menunggu disini? tanya kakek Rubi.
"Aku ingin menyambut anak dan menantumu," kata Yang Mulia yang ternyata ayah Jerico.
"Ayah apakah dia?" bisik ayah Rubi
"Sopan Woo, cepat hormat," tegur kakek Rubi dan langsung dilakukan oleh ayah dan ibu Rubi.
"Jangan begitu, bangunlah," kata ayah Jerico sambil menuntun ayah Rubi untuk bangkit.
"Ayo masuk," kata ayah Jerico sambil merangkul pundak ayah Rubi.
"Wah kalian datang. Ayo.. ayo... kami sudah menyiapkan hidangan untuk kalian," kata seorang wanita cantik yang ternyata ibu Jerico atau Putri Mahkota
"Yang Mulia, mohon maaf kami merepotkan anda," kata kakek Rubi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SILA || Noren
FanfictionCerita ini mengandung adegan dewasa 21+ dimohon para readers yang masih dibawah umur bisa melewati cerita ini. Terima kasih... Ketika cinta, kasih sayang dan persahabatan mengalahkan kegelapan dan kejahatan. Rubi dan Celia anak yatim piatu yang haru...