"Aku sangat merindukanmu gadisku" kata Jerico pelan tampa dia sadari aku melihat semua itu dan tentu aku melihat gerakan bibirnya. Sakit sangat sakit bahkan aku merasakan sakit yang seperti seorang wanita yang melihat kekasihnya masih mengharapkan wanita masa lalunya.
"Hmmm... nona..." panggil Ryujin sambil menepuk pundakku pelan
Aku yang tersadar dari lamunanku langsung menoleh pada Ryujin yang terlihat kahawatir "Oh Ryu ada apa?" tanya ku saat baru sadar dari lamunanku
"Nona tidak apa-apa? Saya dari tadi memanggil nona tetapi nona tidak menyaut, nona sakit?" kata Ryujin sedikit berbisik.
Aku tersenyum lalu menggeleng pelan menandakan aku baik-baik saja. "Apa ada kendala Ryu?" tanya ku juga ikut berbisik
"Itu nona, tadi saat Nona Hae Soo dan Nona Jirim diukur mereka minta gaunnya agak longgar karena mereka sedang hamil" kata Ryujin
Aku mendengar itu terbelalak dan segera menoleh pada Hae Soo dan Jirim yang duduk sambil mengelus perut mereka yang masih rata sambil melihat pasangan mereka diukur. Aku berjalan cepat kearah mereka dengan membawa kekagetanku
"Kalian hamil?" tanya ku sedikit berteriak sampai aku lupa masih ada Jerico disamping Hae Soo. Oh Tuhan bagaimana ini? Jerico pasti patah hati karena pujaan hatinya hamil tapi itu hal normal bukan? Mereka sama-sama memiliki pasangan berarti tidak ada masalah.
"Iya kami hamil dan lucunya kami hamil di waktu yang sama" kata Hae Soo sambil tertawa bersama Jirim. Sedangkan aku yang melihat itu terpaksa tertawa kaku sambil melihat wajah Jerico yang diam tampa ekspresi, tapi semua tidak bertahan lama karena Marko dan Jae Bum datang dan masing-masing duduk disamping pasangan mereka. Mereka terlihat sangat bahagia dengan kabar kehamilan Jirim dan Hae Soo bahkan Marko dan Jae Bum tidak henti-hentinya mengusap perut Jirim dan Hae Soo yang masih rata.
Aku melirik pada Jerico yang melihat semua itu dari belakang Hae Soo dan sorot matanya menggambarkan marah dan sedih yang tercampur jadi satu apa lagi saat matanya melihat Hae Soo dan Jae Bum yang sangat Bahagia bahkan Jae Bum tak henti-hentinya mengusap dan mencium perut rata Hae Soo.
"Selamat ya... aku tidak menyangka akan melihat kalian hamil bersama" kataku dengan tetap memberikan ekspresi senang walaupun hatiku takut dan khawatir.
"Iya dan kamu akan mendapat 2 keponakan sekaligus, oh kamu dan Celia yang akan mendapat keponakan langsung 2 ya kan Cel" kata Jirim ceria dan aku tidak sadar ternyata dibelakang ku sudah ada Celia dengan mata terbelalak dan .....
"Keponakan? Kalian itu?" kata Celia sambil memperagakan perut buncit dengan tangannya
"Iya Hae Soo dan Jirim hamil dan kami akan memiliki anak" kata Marko senang
Celia yang memang dari tadi berdiri dekat Andy menarik ujung baju Andy dan meliriknya sebentar menandakan ini masalah besar terutama melihat wajah Jerico yang sudah merah padam. Aku tidak tau kenapa Jerico marah padahal dunia sudah berubah dan Jerico seharusnya sadar itu kalau Hae Soo bukan miliknya bahkan dari zaman dulu Hae Soo bukan miliknya.
Jerico pergi begitu saja diikuti oleh Andy, mereka kembali ke pavilliun mereka sendiri dan jujur aku dan Celia takut sangat takut. Wajah Jerico tadi mengingatkanku pada ekspresinya waktu melihat Hae Soo yang dinodai dan dibunuh, benar-benar marah.
Setelah semua selesai Jirim, Hae Soo dan pasangan mereka pulang aku juga menyuruh Ryujin dan 2 karyawanku kembali ke butik, aku bilang pada mereka aku masih ada urusan dengan Celia sebentar.
"Kak.. Jerjer keliatanya sangat marah kak" kata Celia khawatir. Aku diam sambil melihat kearah pavilliun para pangeran entah kenapa aku ingin kesana sekarang juga. Tampa menjawab Celia aku berjalan agak cepat menuju pavilliun para pangeran, aku berhenti dan melihat sekitar sebentar lalu melanjutkan lagi jalanku menuju pavilliun itu bersama Celia dibelakangku. Aku yang sudah memegang kunci pavilliun itu segera membuka pintu dan masuk diikuti Celia. Aku terkejut sangat terkejut saat melihat kamar Jerico berantakan dengan barang-barang yang sudah pecah dan hancur tak berbentuk.
"Kak... tenanglah ini sudah bertahun-tahun mereka bukan keluarga kita lagi kak... sudah sepantasnya mereka bahagia kita harus terima ini kak" kata Andy frustasi
"AAAAKKKHHHHH!!! KENAPA... KENAPA AKU TIDAK BISA CEPAT REINKARNASI?! KENAPA KITA HARUS DISELAMATKAN KESINI KENAPA?! AAAGGHHHH!!" teriak Jerico sambil membanting apapun yang ada didekatnya.
"Kak.. tenanglah kak kita har... AAAKKHHH!" tiba-tiba Andy terpelanting ke tembok hingga membuatnya jatuh lemas.
Celia yang melihat itu langsung menghampiri Andy yang sudah terduduk lemas sambil tetap melihat Jerico yang terus marah.
"Andy kau tidak apa-apa? mana yang sakit cepat katakan padaku" kata Celia khawatir
"Aku tidak apa-apa... jangan biarkan kakakmu mengahmpiri kakakku itu akan bahaya" kata Andy sambil berusaha berdiri sambil dibantu Celia. Mereka menghampiriku dan aku baru sadar saat Andy memegang pundakku.
"Jangan dekati kakakku kalau sedang seperti itu, itu bahaya untukmu" kata Andy berbisik padaku sambil tetap memandang Jerico.
"Tidak... aku harus membuatnya sadar" kataku tegas
"Kau ak...."
"Tidak Andy aku harus membuatnya keluar dari masa lalunya" paksaku memotong kata-kata Andy sambil melihat pangeran tersebut yang tercengang dengan kata-kataku
"Kak itu bahaya kak... kakak tidak lihat Andy saja terlempar sampai seperti itu" kata Celia khawatir
"Pangeran, tolong bawa Celia pergi" kataku pelan sambil melihat Andy. Andy hanya menghela napas berat dan menarik Celia yang terus melarangku mendekati Jerico menuju kamarnya.
Aku terus melihat Jerico yang terus marah dan membanting apapun yang ada didekatnya, kamar itu hancur seperti kapal yang dihantam bom. Saat aku melihat Jerico yang mau membanting kotak music pemberian ibunya aku segera berlari dan memegang tangannya bermaksud menghentikannya. Jerico yang merasakan tangannya dipegang segera menoleh padaku dengan tatapan yang aku yakini dapat membunuh siapa saja yang melihatnya.
"Siapa kau berani menghentikanku" katanya berdesis marah sambil mencekik leherku dan mendorong tubuhku ke tembok dengan keras. Sakit? Pasti sangat sakit punggungku pasti memar dan aku tidak bisa bernapas, tenggorokanku seperti dipatahkan dan aku tidak bisa bernapas paru-paruku seperti dirobek karena kurang oksigen.
"Sa-dar-lah Jer... a-ku Rub AKKHHHH!!" Aku berteriak kesakitan saat tubuhku ditarik dan didorong hingga terjatuh ketempat tidur. Aku terbatuk berusaha bernapas mencari oksigen. Aku tersentak saat Jerico mengukungku dan merobek pakaian bagian atasku. Aku hanya bisa menangis, tidak bisa berteriak karena rasanya sesak dan tenggorokanku sakit, aku terus memberontak hingga aku mendengar kata-katanya yang menyakitiku.
"INI SEMUA KARENA KAKEK BUYUTMU, INI SEMUA KARENA AYAHMU INI SEMUA KARENA KELUARGAMU... KALIAN SEMUA BR*NGS*K... KALIAN YANG MEMBUATKU TIDAK BISA BERSAMA WANITA YANG AKU CINTAI... AKU PASTIKAN KAU HARUS MENJADI MILIKKU SUPAYA AKU BISA REINKARNASI DAN MEREBUT HAE SOO KEMBALI.. AKU PASTIKAN AKU AKAN HIDUP BAHAGIA DENGAN HAE SOO..." aku sakit.. bukan tubuhku yang sakit tapi hatiku. Hatiku seperti diiris-iris dengan kata-katanya. Aku diam dan aku hanya pasrah saat pakaian atasku sudah robek tak berbentuk, aku hanya menangis dalam diam sambil melihat langit-langit kamar Jerico sambil membiarkan Jerico terus menjamah tubuhku yang bagian atas sudah taka da penutupnya lagi. Saat mulut Jerico mau menyentuh bukit kembarku dia berhenti dan memandangku, mata Jerico seketika terbelalak melihat kondisiku.
"R Rubi... Y Ya Tu-han ap apa yang aku lakukan?" katanya terbata-bata. Jerico menaikkan kembali tubuhnya hingga wajah kami sejajar. Dia melihat ku dengan sorot mata penuh penyesalan dan kemarahan pada dirimya sendiri, Jerico akan menghapus air mata ku tapi aku segera memalingkan wajahku tak ingin disentuh olehnya.
Jerico yang melihat itu kaget dan memelukku dengan erat sambil menangis dan terus meminta maaf. Dia terus memelukku menenggelamkan wajahnya diceruk leherku. "Kau mau aku bertanggung jawab atas kesalahan kakek buyut dan ayahku kan? Baiklah aku memang alatmu lakukan apapun yang kau mau, aku hanya alat, aku hanya bonekamu dan aku tidak ada harganya dimatamu jadi terserah dirmu" kataku pelan dan hampir berbisik.
Jerico makin memelukku erat, tangisannya juga semakin keras, Jerico menggeleng rebut menandakan kata-kataku tidak benar. Jujur ada rasa senang tapi aku ingat dengan kata-katanya tadi sebelum sadar dan hal itu membuatku kembali ke ingatanku tadi.
"APA YANG KAU LAKUKAN PADA KAKAKKU BR*NGS*K"
KAMU SEDANG MEMBACA
SILA || Noren
FanficCerita ini mengandung adegan dewasa 21+ dimohon para readers yang masih dibawah umur bisa melewati cerita ini. Terima kasih... Ketika cinta, kasih sayang dan persahabatan mengalahkan kegelapan dan kejahatan. Rubi dan Celia anak yatim piatu yang haru...