Angin berhembus kencang, terdengar suara gemuruh petir dan turunnya hujan yang seperti air terjun dari langit. Sejuk, dingin tetapi mencekam itu yang aku rasakan pertama kali saat kesadaranku mulai datang sedikit demi sedikit disusul oleh silaunya lampu dan kepalaku yang sangat pusing seperti habis minum soju 10 botol. Aku berhasil membuka mataku walaupun kesadaranku belum sepenuhnya kembali tetapi aku sanggup memaksakan badan ini untuk bangkit.
"Aduhhh pusing sekali..."
"Apa sangat pusing? Maaf ya". Aku terkejut saat suara berat ditambah usapan lembut dirambutku, jempol tangannya yang dingin berhasil mengenai dahi ku hingga rasanya seluruh tubuhku merinding. Aku berhasil sadar seratus persen efek dari rasa kagetku.
"Kau... bagaimana mungkin kau ada dikamar ku?" tanya ku tidak sengaja dengan nada agak tinggi
"Kamar mu?" tanya Jerico. Ya itu Jerico yang berhasil membawa ku ke pavilion terlarang.
"Buka matamu lebar-lebar dan lihatlah sekeliling nona manis". Kata Jerico sambil mengedipkan sebelah matanya
"Apa maksudmu? Ini kamarku lagi pula ini kamar perempuan kenapa kamu bis....apa-apaan ini kenapa aku bisa disini?" tadinya aku mau marah enak saja dia masuk-masuk kekamar ku walaupun dia hantu tetapi dia itu laki-laki dan aku perempuan bagaimana saat aku tadi pingsan ada bajuku yang terbuka atau dia mencari kesempatan dalam kesempitan untuk menyentuh ku.
"Kenapa...kenapa aku bisa disini? Tadi aku masih dipaviliunku dan ada TENTARA JEPANG! CELIA! CELIA!" aku segera turun dari kasur dan berusaha berjalan menuju pintu, aku tidak hiraukan pusing dikepalaku yang seperti dihantam benton yang aku pikirkan adalah adikku. Aku tidak tau apakah dia baik-baik saja atau dibawa oleh tentara Jepang. Tentara Jepang? Itu membuatku bingung tetapi yang mendominasi sekarang adalah keadaan Celia. Kalau ada apa-apa dengan adikku aku tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri.
Saat aku sudah menyentuh gagang pintu dan bersiap membukanya, Jerico segera menahan tanganku. Ya Tuhan aku ini sedang buru-buru dan khawatir kenapa dia menghalangiku.
"Lepaskan aku.... Apa kau gila mencegahku seperti ini? Adikku dalam bahaya dia dalam bahaya dan akhhhhhh!" aku marah sangat marah, bagaimana aku tidak marah setelah dia mencegahku dia juga menggendongku seperti karung beras dan membantingku dikasur.
"Brengsek!! Lepaskan aku.. aku tidak perduli kau pangeran, presiden bahkan raja sekalipun lepaskan aku, aku mau menolong adikku" Jerico menahan tanganku dan mengungkungku dengan tubuhnya yang berotot. Jika dalam suasana romantis pasti kami sudah melakukan hal-hal yang iya-iya, tapi saat ini dalam kondisi genting jelas bukan moment yang bagus untuk bermesraan.
"Diam dan tenang, Celia bersama Andy dia aman bersama Andy. Para Jepang itu tidak akan menemukan kalian jika berada dipaviliun ini"
Kata-kata Jerico membuatku sedikit lega, paling tidak Celia aman walaupun bersama Andy yang notabennya pria dan sepertinya dia playboy tetapi paling tidak Celia tidak ditangan para tentara Jepang itu. Ahhh benar kenapa dirumahku ada tentara Jepang? apa Korea ada perang lagi? atau mereka mau merampok? Tapi kenapa orang-orang yang mereka bunuh seperti orang zaman dulu? sama seperti zaman kakek dan kakek buyut.
"Apa kau memikirkan bagaimana bisa ada tentara penjajah yang dizaman sekarang atau memikirkan bagaimana bisa ada tentara Jepang yang masuk ke rumah mu?" tanya Jerico sambil berguling kesamping dan seketika kungkungannya terlepas. Aku hanya diam dan menoleh kesamping, dengan posisi seperti ini aku bisa melihat dengan jelas rahang Jerico yang sangat kokoh, hidungnya yang jika dari depan saja indah tetapi dari samping begini aku bisa dengan jelas melihat betapa mancungnya dia. Benar benar dia adalah pangeran kerajaan sangat tampan, gagah dan pasti pintar dan berwibawa.
"Apa sudah selesai memandangiku? Apa kau terpesona dengan ku sayang?" tanya Jerico sambil mengubah posisinya menjadi menyamping sepenuhnya menghadapku sambil menopang kepalanya dan tersenyum lebar padaku. Senyumnya sangat lucu dan indah, matanya yang membentuk eyesmile membuatku menahan napas dan detak jantungku yang tak karuan, ditambah panggilannya untukku "sayang" perlu dicatat "SAYANG".
"Ehhmmm... tidak...aku tidak memandangimu ataupun terpesona padamu" sangkalku jujur itu untuk menutupi maluku yang wah pasti terlihat sekali
"Hahahahaha.... Kau lucu sekali dan tentu saja manis, aku menyukaimu"
Deg.. apa dia bilang? Menyukaiku? tidak-tidak jangan senang dulu Bi, ingat kata bibi kalau keluarga kerajaan itu laki-lakinya selalu playboy, kalau tidak playboy mana mungkin Rajanya memiliki banyak selir, ditambah aku ingat Jerico pernah menyebutkan nama-nama istri ayahnya yang notaben adalah putra mahkota saja memiliki dua istri, benar-banar playboy dan tukang kawin.
"Aku tidak playboy dan tukang kawin ya" kata-kata Jerico membuatku terbelalak, dia tau apa yang aku pikirkan? Dia tau apa yang ada diotakku?
"Iya aku tau apa yang kau dan adik mu itu pikirkan tentang kami" jawab Jerico santai sambil bangkit dari tidurnya dan memilih duduk bersandar pada dashboard tempat tidur. Aku yang sudah terkaget-kaget memilih juga ikut duduk sambil sepenuhnya menghadap Jerico.
"Aku bukan playboy atau tukang kawin, aku pria yang setia dan hanya mencintai satu wanita, ah bukan tapi aku mencintai 3 wanita"
Apa? 3 wanita? Katanya tadi setia tapi sekarng berubah menjadi mencintai 3 wanita dasar pria tidak bisa dipegang kata-katanya. Aku mendengus sinis sambil memalingkan wajahku. Entah kenapa aku marah saat Jerico bilang mencintai 3 wanita sekaligus, rasanya seperti marah, sedih, jengkel tercampur jadi satu, mungkin bisa dibilang aku cemburu tapi aku bukan apa-apanya kami hanya baru kenal kemarin mana mungkin secepat ini aku menyukainya, bukan mungkin lebih tepat aku mencintainya.
"Hei, lihat aku sayang" Jerico menyentuh dagu ku dan mengarahkannya untuk melihat nya. Dia membelai pipiku sebentar lalu selanjutnya menggenggam tangan ku dengan erat. Dingin itu yang aku rasakan saat kulit tangannya menyentuh kulit tangan ku, tapi anehnya hatiku menghangat sangat hangat seperti aku terlindungi dan diinginkan.
"Kau jangan salah sangka, 3 wanita yang aku maksud adalah kedua ibuku dan kamu, iya kamu adalah salah satu wanita yang aku cintai bahkan sebelum kamu lahir didunia ini aku sudah mencintaimu"
Aku terdiam dengan kata-katanya "Kamu tau aku?" tanyaku penasaran
"Hahahahhah... bukan hanya tau tapi aku benar-benar mengenalmu"
"Bagaimana bisa? Aku tidak lahir disini bahkan aku baru datang kesini setelah ayah dan ibuku meninggal, bagaimana bisa kau mengenalku?" tanyaku sedikit menuntut.
Jerico tidak menjawab dia hanya tersenyum sambil membelai pucuk kepalaku dan tangan satunya masih setia menggenggam tanganku. "Nanti kau akan tau, belum saatnya gadisku yang cantik ini mengetahui segalanya, cukup kamu tau saja kamu dan adikmu itu milik kami."
Adik! Ya Tuhan aku lupa melihat Celia. Aku melepas genggaman tangan Jerico dan segera berlari menuju kamar Andy. Saat aku akan membuka kamar itu, pintunya sudah terbuka sendiri dan saat itu aku tau ternyata Jerico mengikutiku dari belakang. Saat pintu terbuka aku melihat Celia sedang bermain biola dan dibelakangnya ada Andy yang setia mengajarinya. Ada rasa lega tapi juga ada rasa jengkel, lega karena aku melihat sediri Celia baik-baik saja tetapi marah karena apa-apaan Celia dia sudah siuman bukannya mencariku malah asik kursus biola dengan Andy.
"Celia ayo kita harus kembali ke Paviliun" kata ku sambil menarik tangan Celia
Saat aku dan Celia akan keluar Jerico menghadang langka kami. Apa sih maunya? Aku mau pulang besok juga aku akan Kembali kesini
"Kalian tidak bisa kembali kepaviliun sekarang" kata Jerico dengan tatapan dingin
"Kenapa?" tantangku
Jerico menarik tanganku agak keras sehingga otomatis aku juga menarik tangan Celia dan ternyata Andy mengikuti kami. Jerico menarikku menuju jendela agak besar setinggi separuh tubungnya sehingga aku pastikan saat dia membuka jendela itu dia bisa melihat halaman dengan leluasa. Jerico melepaskan genggamannya dan menyibak korden jenderla itu. Saat korden terbuka aku dan Celia seketika kaku dan AAAAAAKKHHHH!!
KAMU SEDANG MEMBACA
SILA || Noren
FanficCerita ini mengandung adegan dewasa 21+ dimohon para readers yang masih dibawah umur bisa melewati cerita ini. Terima kasih... Ketika cinta, kasih sayang dan persahabatan mengalahkan kegelapan dan kejahatan. Rubi dan Celia anak yatim piatu yang haru...