Masa Lalu dan Masa Depan

188 20 1
                                    

"KALIAN" teriak Celia kaget

Jirim yang tadinya mau memeluk Celia langsung mundur perlahan karena kaget. Marko, Jaebum dan Hae Soo juga kaget dengan teriakan kaget Celia.

Aku yang merasa tidak enak langsung tertawa kaku dan menghampiri Celia sambil memukul lengan Celia pelan "Kau kaget Celia? Iya mereka memang orang-orang terkenal, ya kan?" kata ku sambil menekankan setiap kalimat ku supaya Celia sadar.

"Cel... ini Nona Jirim dan in" kata-kata ku belum selesai Jirim sudah maju dan memeluk Celia dengan riang

"Celia kan? Ahhhh senangnya bertemu dengan mu. Kau sangat lucuuuuuuu" kata Jirim sambil mencubit pipi tembam Celia

"Haisss... Ji jangan begitu, itu anak orang bukan boneka" kata Hae Soo sambil menarik tangan Jirim.

"Eh.. maaf-maaf aku tidak tahan ingin mencubit pipinya yang seperti bakpao itu. Ahhhhh lucunyaaaa" kata Jirim sambil mencubit pipi Celia lagi.

"Sayang.. sayang... sudah-sudah kau menyakitinya" kata Marko sambil menarik pinggang Jirim menjauh dari Celia.

"Maafkan sepupu ku Rub, sejak mencari tau tentang dirimu dia sudah gemas dengan Celia, bahkan melihat foto Celia saja dia sudah gemas" kata Hae Soo tidak enak

Aku hanya tertawa kecil sambil tersenyum mengangguk menandakan aku tidak apa-apa, ya paling tidak Jirim melakukan hal itu si adikku ini bisa sadar dari lamunannya.

"Kakak... mereka..." kata adikku berbisik sambil mengusap pipinya yang panas karena cubitan Jirim.

"Ahhh.. iya Cel ini Hae Soo" kata ku memperkenalkan mereka. Aku berharap adikku bisa teralihkan dari wajah-wajah mereka.

"Hai... aku Moon Hae Soo, panggil saja Kak Soo a itu membuatku bisa merasa punya adik yang manis seperti mu" kata Hae Soo sambil mengulurkan tangannya

Celia terdia sesaat dan menyentuh tangan Hae Soo dengan jari telunjuknya, seperti memeriksa apakah yang ada didepannya itu manusia atau bukan.

"Kau manusia ya?" kata Hae Soo sambil melihat jari telunjuknya yang tadi dipakai menyemtuh tangan Hae Soo.

"Hah?" heran Hae Soo

"Wahhh... kau man- hmmm..hmmm...." aku segera membekap mulut Celia.

"Maaf ya... dia syok karena kecantikan dan ketampanan kalian mangkannya bicara seperti itu" kata ku sambil melepas bekapanku di mulut Celia dan menggantinya cubitan-cubitan kecil dipinggang Celia

"Hehehe.. iya.. iya benar.. maaf aku kaget aku pikir kalian malaikat" kata Celia sambil tawa terpaksa.

"Ahhhh.. lucunya..." kata Jirim yang akan kembali mencubit pipi Celia tapi untung saja Celia berhasil bersembunyi dibelakang Rubi.

Jaebum menghela napas kasar dengan tingkah laku Jirim

"Ayo kita pulang sayang, maaf ya Rubi Jirim memang seperti itu mungkin kita bisa berkenalan lain hari atau besok kita kan kembali lagi mungkin Celia bisa berkenalan dengan kami besok" kata Jaebum tenang

"Hmmm... baiklah aku tunggu besok"

"Dan bolehkah kami tidak ke kantormu? Bolehkah kita bertemu di paviliun mu?" tanya Jirim berbinar

"Sayang jangan begitu, kau baru dekat dengan Rubi tidak sopan sayang" kata Marko sedikit keras.

Juju raku ragu dan takut jika mereka datang kepaviliun ku berarti mereka akan melihat paviliun Jerico dan Jerico juga bisa melihat mereka, tapi jika aku tidak mengizinkan sepertinya itu tidak pantas apalagi mereka sudah menganggap ku teman mereka, apalagi setelah melihat wajah sedih Jirim saat dilarang oleh Marko hal itu membuatku mereasa bersalah.

"Baiklah boleh" kataku setelah berpikir

"Kak... lalu..."

"Kalian boleh menemuiku besok dipaviliunku, besok aku tunggu disana kalian akan diantar oleh pelayan disini dan aku akan tunggu dipaviliun ku" kataku sambil tersenyum tenang tapi jujur aku merasa bodoh.

"Hore... terima kasih" kata Jirim sambil akan memelukku tapi segera ditarik oleh Marko

"Kita harus pulang sayang" kata Marko tenang tapi penuh tekanan sehingga membuat Jirim mengangguk pasrah.

Setelah mengantar mereka aku kembali ke kantor ku dan tak lama Celia sudah masuk dengan wajah yang tegang. Saat dia akan membuka mulut aku segera mengangkat tanganku menandakan jangan bicara karena jujur saja kepala ku sangat sakit terutama saat ingat akau menyetujui keinginan Jirim yang ingin bertemu dipaviliun ku

"Ahhhhh.... Aku bodoh sekaliiiiii" kata ku sambil berteriak dan menelungkupkan kepala ku dimeja kerja ku

"Hmmm... aku baru sadar kakak bodoh" kata Celia yang sudah merebahkan tubuhnya di sofa kantor kakaknya.

Aku menghela napas kasar dan menegakkan diri dengan pandangan kosong aku berdiri dan mulai berjalan kearah pintu dan membuka nya pelan.

"Ayo kembali aku lelah" kata ku pelan sambil melangkah ke arah jalanan paviliun

"Nona mau kemana?" tanya Ryujin saat melihat kedua nonanya berjalan seperti akan kembali ke paviliun

"Ryu.. bisa gantikan aku hari ini? Aku lelah badan ku juga tidak enak semua aku janji besok aku kembali bekerja kok" kataku lemas

"Tidak apa-apa Nona, Nona istirahat saja atau mungkin kita undur saja milik Nona Na dan semuanya?" kata Ryujin dengan wajah khawatirnya

"Tidak-tidak jangan aku tidak mau mereka kecewa, jangan kuatir aku akan beristirahat sebentar besok juga pasti sudah sehat kok" kataku menenangkan Ryujin

Selesai bicara begitu aku kembali berjalan sambil memegangi kepalaku yang rasanya seperti dihantam palu besar, saat aku sampai di dekat paviliiun aku menyuruh Celia kembali ke kamarnya dan aku berjalan menaikki tangga paviliunku dengan tubuhku yang lemas. Aku merasa hari ini benar-benar menguras tenaga ku

Aku masuk dan langsung menjatuhkan diriku ketempat tidur. Saat akan terlelap aku merasakan tubuhkan melayang dan merasakan sepat uku terlepas aku ingin membuka mataku tapi sudah tidak sanggup, aku merasakan disampingku ada seseorang yang naik ke tempat tidur ku dan saat itu aku merasakan usapan halus dikepalaku.

"Kenapa kau jadi seperti ini?" kata suara itu benar-benar tertangkap telingaku

Aku mengernyit dan memaksakan mataku untuk terbuka dan saat itu aku bisa melihat wajah Jerico, walaupun agak buram tapi aku yakin dia Jerico.

"Hmmm.. bagaimana kau bisa kesini?" tanyaku padanya

"Apa yang aku tidak bisa" jawabnya lagi sambil terus mengusap kepalaku

"Aku bertemu mereka" dan saat aku mengatakan itu aku merasakan tangannya yang mengelusku berhenti sebentar dan kembali bergerak. Dia berdehem dan itu semakin membuat ku benar-benar memaksakan mataku untuk terbuka.

"Aku bertemu kakak mu, kakak iparmu, cinta sejatimu dan suaminya" kataku lemah

"Hmmm... aku tau dan aku sudah melihat mereka. Mereka tetap sama dan mereka semakin tampan dan cantik dengan pakaian saat ini" katanya pelan

"Kau bertemu mereka?" tanya ku penasaran

"Lebih tepatnya aku yang mengikutimu tadi bahkan aku ikut dalam pertemuan kalian" jawabnya dengan kekehan yang menurutku menyedihkan

"Kamu tidak apa-apa?" tanyaku sehingga tampa sadar mengelus rahang kokoh Jerico

Dia hanya tersenyum sambil melihat wajahku dari dekat

"Hae Soo semakin cantik kan?" kataku pelan dengan menahan sesak didadaku

Jerico lagi-lagi tidak menjawab dia hanya melihat kearah luar jendela dan saat itu entalah aku jadi ingat kata-kata Celia jika aku dan Hae Soo adalah masa lalu dan masa depan Jerico. Tapi diamnya membuatku ragu sangat ragu sehingga aku memunggunginya dan mencoba untuk tidur

"Rub?" panggilnya

"Aku ngantuk pergilah nanti malam aku akan kepaviliunmu" kataku sambil menahan air mata ku

"Tidak perlu aku akan disini menjagamu" katanya lagi dan jujur aku sudah tidak ada tenaga untuk membalasnya.     

SILA || NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang