Darah dan Reinkarnasi

97 14 2
                                    

Rubi mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi bahkan dia tidak perduli dengan klakson pengendara yang lain yang ada dipikirannya dan Celia adalah cepat sampai di rumah dan membantu membasmi selir iblis itu dan pengikutnya.

"Kakak, kita akan berpisah dengan mereka ya?" Rubi yang mendengar pertanyaan sang adik tidak bisa menjawabnya dia hanya bisa menggenggam tangan lembut Celia mencoba menenangkan sang adik dari kegelisahan dan kesedihan walaupun dirinya sendiri juga merasakan hal yang sama tapi dia harus kuat.

"Yang harus kita pikirkan adalah kata-kata bibi Cel, bagaimana caranya masuk ke rumah tampa ketahuan mereka sehingga meminimalisir terpecahnya konsentrasi Jerico dan Andy." Rubi dan Celia terdiam memikirkan caranya mereka bisa masuk rumah tampa ketahuan para iblis itu dan mereka harus mencari jalan terdekat dengan paviliun para pangeran.

"Kakak, kakak ingat tidak lubang kecil yang dulu kita buat jika kita mau kabur ke hutan belakang? Ingat tidak dulu dibelakang masih berupa hutan dan kita meminta tolong Paman Jang untuk membuatkan lubang yang bisa membantu kita keluar ke hutan belakang jika kita dilarang kakek kesana." Rubi diam sesaat sambil mengingat-ingat lubang yang dibilang Celia.

"Ahhh... lubang dekat taman belakang? dekat-" Rubi tersenyum lalu sekilas pada sang adik saat ingat lubang itu dekat dengan pintu masuk paviliun Jerico dan Andy, juga dia ingat betul lubang itu belum ditutup oleh sang kakek karena sang kakek bersedih atas meninggalnya orang tua mereka. "Kakak tau kau pintar adikku," lanjut Rubi sambil membelai rambut panjang sang adik.

Mobil mereka sampai dipintu belakang rumah, bisa mereka lihat rumah mereka sudah dikelilingi cahaya berbagai warna yang mengisyaratkan bahwa semua orang yang berada didalam sana sedang mengeluarkan kekuatan mereka. "Pantas bibi Chaeyong melarang kita lewat pintu depan kita bisa hancur jika terkena cahaya yang sebesar ini," bisik Rubi yang langsung diangguki oleh Celia.

"Ayo kak sudah tidak ada waktu lagi kita." Celia menarik tangan Rubi untuk masuk melalui lubang seukuran manusia dewasa yang sudah tertutup kasa jaring-jaring.

"Aku rasa Paman Jang yang merusaknya," ucap Rubi sambil merangkak masuk kerumahnya.

Celia dan Rubi terdiam saat melihat didalam bukan hanya peperangan tetapi altar rumah mereka bukan seperti biasanya melainkan seperti gambaran altar kerajaan Korea. Celia yang melihat itu tiba-tiba menggenggam tangan Rubi erat dengan wajah pucatnya gadis itu menarik pelan tangan sang kakak.

"Kak, kita lewat mana?" Tanya Celia bingung karena halaman yang seharusnya rumah mereka malah berubah total bahkan mereka tidak melihat paviliun pribadi mereka.

"Kenapa jadi begini?" bisik Rubi kebingungan.

"Kak, kita harus mencari paviliun Andy dan Jerico." Celia dan Rubi berjalan perlahan menyelinap melalui pilar-pilar tinggi khas Kerajaan Korea sesekali mereka akan bersembunyi dipilar-pilar itu sampai semuanya aman.

"Ayo kak." Celia menarik Rubi pelan sambil berlari tampa suara mencari kira-kira dimana paviliun para pangeran.

"Cel, kita berdiri dipaviliun kakak berarti diseberang sana adalah paviliun pangeran.

Celia melihat kakinya dan seberang matanya lalu melihat ke arah sang kakak, "kakak kok bisa tau?" tanya Celia heran.

"Kau ingat kakak pernah sakit mata dan tidak boleh buka mata? Kakak beberapa bulan berjalan dengan mata tertutup dan saat itu kakak belajar menghitung langkah," jelas Rubi yang langsung diangguki oleh Celia.

"Ayo, kita harus berhati-hati." Rubi dan Celia berjalan perlahan menerobos pilar-pilar itu.

"Ohooo... siapa ini?" Rubi dan Celia terdiam ditempat saat melihat wajah seorang pria paruh baya dihadapan mereka. Pria paruh baya seumuran pertengahan empat puluhan yang memang diakui Rubi dan Celia tampan tapi aura kejamnya sangat terasa apalagi dengan senyum kejamnya yang membuat kedua gadis itu merinding ngeri.

Mereka berdua tidak tau siapa pria ini tapi mereka yakini pria ini jahat dan akan mencelakai mereka. Rubi menarik Celia kebelakang tubuhnya mencoba melindungi sang adik supaya tidak dilukai pria didepan mereka. Rubi dan Celia jalan mundur setapak demi setapak mencoba menjauh dari penjahat itu.

"Wahhh... kedua tuan putri kita ada disini ternyata." Suara seorang wanita membuyarkan semuanya sehingga fokus semuanya ke arah Rubi dan Celia begitu juga dengan Jerico, Andy dan yang lainnya yang terbelalak kaget karena melihat Rubi dan Celia berhadapan dengan mantan pelayan pribadi paman Jerico.

"Istriku," bisik Jerico dan Andy bersamaan sambil berlari mendekati Rubi dan Celia yang mereka tau kedua tercinta mereka itu dalam bahaya.

Sedangkan Rubi dan Celia diam terpaku melihat perempuan yang ada dihadapan mereka. Mereka tidak menyangka perempuan itu adalah Selir Jang yang entah menyerupai atau Selir Jang mengambil alih tubuh perempuan itu yang pasti ternyata penjahat itu ada didekat mereka.

"Ryujin," bisik Rubi tidak percaya.

"Iya benar sekali nona muda, aku Ryujin atau lebih tepatnya adalah mantan asisten mu. Benar-benar ya kasihan gadis ini karena didekatmu jadi aku pakai saja tubuhnya tapi aku keluarkan dulu nyawanya dan aku isi dengan nyawa ku," kata Selir Jang senang sedangkan Rubi dan Celia yang mendengar itu menatap marah pada Selir Jang.

"Kau tau, teman kalian ini sangat nikmat loh bahkan sebelum aku menghabisinya-" mantan pelayan pribadi paman Jerico diam sesaat sambil memperlihatkan smirknya. "Aku berkali-kali menikmati tubuhnya, wahahaha." Tawa pria itu membuat Rubi dan Celia marah bahkan sudah bersiap menyerang jika tidak dihadang oleh Jerico, Andy dan paman Jerico.

"Jangan dengarkan mereka Rubi Celia, ayo cepat kepaviliun para pangeran." Paman Jerico lalu menggandeng tangan Rubi dan Celia dan saat itu juga mereka berdua bisa melihat paviliun para pangeran. "Cepat lakukan tugas kalian paman dan yang lain akan menghalangi mereka." Paman Jerico mendorong Rubi dan Celia untuk cepat ke paviliun.

Rubi dan Celia berlari ke paviliun dengan perlindungan Jerico, Andy dan paman Jerico. Saat akan sampai dipaviliun mereka dihadang oleh beberapa mayat hidup dan beruntung bibi Chaeyong datang dan menebas para mayat hidup. "Bawa ini untuk mengiris telapak tangan kalian." Chaeyong memberikan belati kecil pada mereka berdua untuk mengiris telapak tangan Rubi dan Celia yang nantinya darah mereka berdua akan dibuat untuk membuka pintu makam, membuka peti dan membantu para pangeran reinkarnasi. Darah wanita yang akan menjadi jodoh para pangeran dan mencintai Jerico dan Andy dengan tulus adalah kunci cara Jerico dan Andy mendapatkan pedang mereka dan reinkarnasi apalagi jika mereka sudah menyatu itu akan mempermudah kedua pangeran cepat reinkarnasi.

"KALIAN PIKIR BISA MELAWANKU!!" Teriak marah Selir Jang dan saat itu juga yang tadinya tubuh Ryujin berubah menjadi ular besar berkepala manusia. "KALIAN AKAN MATI DITANGANKU, AKU HARUS MENJADI RAJA!!" Selir Jang murka dengan ekornya yang panjang dan besar iblis wanita itu mencoba menggapai Rubi dan Celia tapi dihalangi oleh paman Jerico, Chaeyong dan kedua pangeran.

"Ayo cepat Cel." Rubi dan Celia yang melihat kesempatan itu segera berlari masuk paviliun pangeran dan karena semua nya sibuk mereka tidak menyadari bahwa mantan pelayan paman Jerico mengikuti mereka.

Rubi dan Celia sampai di perpustakaan pribadi Jerico dan Celia. Celia yang tau cara membuka pintu segera mencari buku yang menjadi kunci membuka pintu menuju ruang rahasia. Celia mencari dengan teliti sampai dia menemukan sebuah buku tebal bertuliskan 'History of Two Prince', gadis itu menarik sedikit buku itu dan tiba-tiba lemari buku itu bergeser sendiri. "Ayo kak cepat." Mereka masuk keruangan rahasia dan tampa mereka sadari mantan pelayan paman Jerico juga masuk.

"Ohh.. jadi mereka disembunyikan disini?" Rubi dan Celia menoleh kebelakang dan saat itulah mereka bisa melihat pria itu memutar-mutar pedangnya. Rubi yang melihat itu menarik pelan Celia kebalik tubuhnya mencoba menjadi tameng sang adik. "Cepat buka pintunya," perintah pria itu tapi tidak dihiraukan oleh Rubi dan Celia. Pria itu kesal sekali lagi dia memerintah Rubi dan Celia tapi kedua gadis itu tetap diam bahkan Rubi mencoba menantang dengan tatapannya.

"Dasar anak-anak sialan, kalian tidak mau membukanya? Baiklah aku bunuh kalian berdua dan akan aku gunakan kubangan darah kalian untuk membuka pintu itu dan menguasai semuanya." Pria itu sudah mengangkat pedangnya dengan posisi bersiap menebas.

"MATI KALIANN!!"

"AAKKKKKHHH!!"


Haloooo Readers... tinggal 1 bab lagi dan SILA end...
Thor2 sudah siappin cerita pengganti SILA dan akan thor beri clue nya melalui emoticon ini.
🐺🩷🐺🏞⚔️🆎️🅾️
Terus tokohnya siapa thor?
🦊🍑🌻🐱
Happy reading smua...

SILA || NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang