Bersatu dan Menuju Peperangan (Part 2‼️)

183 18 2
                                    

Jerico tidak menyangka yang ada dibawah kungkungannya ini adalah Rubi, gadis yang membuatnya sadar bahwa cintanya bukan Haesoo melainkan gadis masa depannya, gadis yang akan membantunya reinkarnasi, tapi juga gadis keturunan langsung dari orang yang sempat dia salahkan dulu karena tidak bisa reinkarnasi bersama keluarganya.

"Kau masih sakit sayang," kata Jerico dengan suara pelannya menahan hasrat.

"Aku tidak perduli," bisik Rubi didepan bibir Jerico.

"Aku perduli love, aku tidak mau membuatmu sakit," kata Jerico benar-benar menahan diri.

"Tapi kau obatku, aku milikmu." Rubi mengecup leher Jerico sampai-sampai membuat sang pangeran mengerang nikmat.

"Rubi... kau harus tau selama ini aku selalu menahan diri untuk memilikimu seutuhnya. Aku takut menyakitimu, aku takut kau terluka aku-" Bibir Jerico dilumat oleh Rubi. Rubi tidak mau dengar apapun yang dia mau hanya bersama dan mencari keindahan dunia bersama Jerico.

Jerico yang sudah kehilangan akal membalas ciuman Rubi bahkan pangeran tampan itu juga menggigit kecil bibir bawah Rubi sehingga sang gadis membuka mulutnya membuat Jerico bisa meneroboskan lidahnya dan mengabsen seluruh isi rongga Rubi.

"Nggg..." Suara kenikmatan Rubi akhirnya keluar saat bibir dan lidah nakal Jerico menciumi dan menjilati leher sampai tulang selangka Rubi membuat leher mulus Rubi memili bercak-bercak kemerahan dan entahlah besok akan bagaimana Rubi menutupinya.

Jerico mulai meraba seluruh tubuh Rubi sampai telapak tangan dinginnya merasakan gunung kembar Rubi yang pucuknya sudah menegang sempurna. Jerico melihat kedua benda itu dengan takjub bahkan terpesona karena gunung kembar sang kekasih sangat indah dan menggiurkan.

"Jangan hanya dilihat," rengek Rubi manja. Rubi benar-benar ingin menampar mulutnya sendiri, bisa-bisanya dia merengek seperti itu benar-benar bukan dirinya.

Jerico tertawa kecil pangeran tampan itu mencium bibir Rubi singkat lalu turun ke leher dan sekarang bibirnya menyentuh sekitaran gunung kembar Rubi. Rubi mengerang pelan seperti merengek manja saat bibir dan lidah dingin Jerico membasahi sekitaran gunung kembarnya membuat kedutan dibawah sana.

"Aakkkhhh.. Jer... engggghhhh..." Rubi menutup mulutnya dengan tangan menahan desahan yang akan keluar saat lidah dingin dan lembut Jerico bermain-main dipucuk gunungnya. Rubi menutup matanya rapat-rapat berusaha menahan desahan yang ingin dia keluarkan tapi Rubi malu.

"Jangan ditahan sayang, aku ingin mendengar suara mu yang indah itu," bisik Jerico sambil kedua tangannya bermain di pucuk gunung kembar Rubi. Rubi semakin meliuk-liuk apa lagi lidah dingin Jerico menjilati perut rampingnya tapi tangan pangeran itu tidak berhenti bermain di pucuk kembar Rubi.

"Aahhhh... ahhhhh.... Jerico... akkkhhhh..." akhirnya suara laknat Rubi keluar juga saat bibir dan lidah nakal Jerico bermain-main disalah satu gunung kembar Rubi dan salah satu jari kekar Jerico menekan-nekan gua surgawi Rubi. Rubi menengadahkan kepalanya saat merasakan gelombang surgawi itu akan keluar.

"Jericooo... Jer.... m-mau bu aakkhhhh... Jer... tung ennggggg.... gu... aku... akkhhh... mau buang air..." Rubi berusaha memundurkan tubuhnya tapi tidak bisa karena tindihan Jerico.

Jerico melepaskan kulumannya pada pucuk kembar Rubi, pangeran tampan itu tersenyum lebar. "Keluarkan sayang... keluarkan cairan cintamu." Dan setelah itu pelepasan pertama Rubi terjadi. Jerico mengangkat tubuhnya sedikit untuk melihat betapa kacaunya sang kekasih tapi bagi Jerico itu kacau yang indah bahkan sangat indah dari pemandangan apapun didunia ini.

"Kau sangat cantik istriku." Jerico semakin turun kebawah dan wajahnya tepat berada di lubang surgawi Rubi. Jerico tersenyum teduh melihat milik sang gadis yang sebentar lagi akan berubah menjadi wanita itu bersih dan terawat. "Kau merawatnya dengan baik istriku." Jerico memajukan kepalanya dan mulai bermain-main dilubang itu membuat Rubi bergerak gelisah bahkan mulutnya tidak berhenti mengeluar desahan nikmat, matanya tertutup rapat dengan tangan yang meremas pinggiran bantal.

SILA || NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang