"Benar aku akan menembakmu dengan ini" seketika Jerico menempelkan bibirnya pada bibir ku. Awalnya hanya menempel tetapi lama kelamaan menjadi lumatan halus, sangat halus bahkan seperti bibirku itu adalah benda yang akan pecah jika disentuh dengan kasar sedikit saja. Jerico melumat bibir ku atas bawah secara bergantian seperti bibir ini adalah permen yang manis dan memabukkan. Lama kelamaan ciuman itu berubah menjadi lumatan yang intens bahkan sampai Jerico melesakkan lidahnya untuk mengobrak abrik seisi rongga mulut ku.
"Eeeuuuughhh" Desahan yang sudah aku tahan-tahan saat ciuman kami mulai berhasil lolos tampa sengaja saat tangan kekar Jerico meremas payudaraku dengan lembut, telapak tangannya yang dingin, besar, berurat dan kekar benar-benar aku rasakan menempel di payudaraku dan aku pastikan puncak payudara ku sudah menegang bahkan sejak kami berciuman tadi. Aku tidak tau sejak kapan Jerico sudah ada diatasku sambil menindihku.
"Aaahhhh... eeeummhhhh..." desahan semakin kencang saat ciuman Jerico turun dan menyesap tulang selangka ku yang otomatis berarti pakaian tidur ku yang berbentuk tampa lengan sudah melorot entah kapan ditambah tangannya yang masih aktif meremas payudaraku yang tak bertameng, karena aku terbiasa tidur tampa bra sehingga otomatis jika tali baju tidurku melorot itu akan terlihat dada dan payudaraku.
"Aaaahhh... euungghhh... sayang..." desahanku semakin keras saat bibir dingin Jerico sudah sampai di puncak payudaraku. Aku bisa rasakan puncak payudaraku basah dan dingin karena sudah dijilati oleh Jerico menggunakan lidahnya yang dingin.
Kami tersadar saat tiba-tiba ada suara petir dengan keras. "Maafkan aku sayang aku hampir kelepasan" kata Jerico sambil melepaskan mulut nya dari kegiatannya menyusu. Jerico mengusap pucuk payudaraku yang basah dan itu membuatku mendesah kembali. Jerico yang mendengar desahanku hanya tersenyum dan segera menaikan tali baju tidurku kembali.
"Aku suka desahanmu sayang, apalagi mendengar namaku dan sebutan sayang yang kau keluarkan dengan desahan, aku ingin sekali membuka semua pakaian mu dan memasukimu tapi aku harus menahannya sampai kita menikah sayang"
Aku yang tadinya diam sambil melihat langit-langit kamar, segera menoleh saat mendengar kata-kata menikah.
"Maksudmu apa? menikah? maksudnya?" tanyaku yang seketika entah kemana rasa maluku yang tadi besar hilang begitu saja.
"Aku akan cerita dari awal".
"Iya...iya ceritakan cepat.." desakku pada Jerico, karena selain ingin tau aku juga ingin menghilangkan rasa malu ku.
Jerico yang awalnya berbaring beranjak kearah jendela besar tadi dan menyibak korden jendala, seketika terlihatlah semua peristiwa yang tadi membuatku merinding ketakutan, "kenapa adegan romantic tadi harus tergantikan adegan pembantaian ini sih" kataku dalam hati. Saat aku akan perotes aku sadar sesuatu, bukankah itu wanita yang tadi? Yang menolong seorang pria muda lalu kenapa dia hidup lagi dan kenapa adegannya sama dengan yang tadi. Saat aku masih bertanya-tanya terlihat seorang tentara Jepang dengan senapan laras panjangnya menghampiri jendela kaca dimana Jerico berdiri. Aku yang melihat itu seketika panik dan segera berlari menuju pintu kamar Jerico.
"Jerico tutup kordennya cepat dia bisa melihat kita cepat Jer tutup" kata ku panik sambil menutup pintu kamar kami dan menguncinya. "Ya Tuhan aku lupa memeriksa kamar Celia" kataku cemas sambil akan keluar, saat aku sudah memegang handle pintu Jerico mencegahku dan menarikku dan dihadapkan pada sosok tentara Japang tadi.
"Kau gila? Kau mau membunuhku? Lepaskan aku" aku berontak tapi pegangan Jerico dipundakku sangat kuat sehingga aku tidak bergerak berpindah hanya menggerakkan badanku ditempat. Aku pikir dia mencintaiku tapi ternyata dia jahat, awas saja kalau aku terbunuh aku akan menendangnya biar masuk ke neraka.
"Tenanglah, mereka tidak bisa melihat kita" katanya tenang sambil tetap memegang kedua pundakku.
Aku yang tidak percaya tetap berontak ingin lari.
KAMU SEDANG MEMBACA
SILA || Noren
FanficCerita ini mengandung adegan dewasa 21+ dimohon para readers yang masih dibawah umur bisa melewati cerita ini. Terima kasih... Ketika cinta, kasih sayang dan persahabatan mengalahkan kegelapan dan kejahatan. Rubi dan Celia anak yatim piatu yang haru...