"Kakak...." Panggilan Celia terhenti karena melihat kamar kakaknya kosong. Waktu hampir pukul 8 malam dan kakaknya masih diluar dan itu bahaya, sebentar lagi pukul 9 dan para roh itu akan kembali.
"Kakak.... kakak...." panggil Celia lagi sambil berkeliling kamar, ruang kerja hingga kamar mandi dan tempat wardrob juga tidak ada. Celia memutuskan menelepon kakaknya itu tapi tidak diangkat.
"Tidak... tidak... ini tidak benar aku harus bilang bibi dan yang lain." Celia keluar dari paviliun kakaknya setengah berlari menuju paviliun para pangeran, karena memang bibi, paman dan yang lain ada disana sejak sore.
"Bibi... bibi...." teriak Celia saat baru saja masuk ke pavuliun para pangeran.
"Ada apa Cel? Loh mana Rubi?" tanya Chaeyong panik. Panik pasti, apalagi waktu menunjukkan pukul setengah 9 dan waktu mereka sembunyi hanya setengah jam saja.
"Itu dia bi, aku sudah cari dipaviliun tapi tidak ada, aku telepon juga tidak diangkat. Apa mungkin kakak masih di kantor? Ya ampun bibi... tidak tidak aku harus menyusulnya." Celia sudah akan kembali tapi Andy menahannya.
"Jangan... jangan... berbahaya dari sini ke kantor kakak mu agak jauh dan bolak balik memakan waktu setengah jam lebih," kata Andy khawatir.
"Aku yang akan menjemputnya," kata suara dari belakang Andy.
"Pangeran Jerico itu berbahaya..." kata Seunghoon agak keras.
"Tidak apa Pangeran Seunghoon, Rubi tanggung jawabku jadi aku yang akan menjemput dan melindunginya," kata Jerico sudah menyambar mantel pelindungnya dan berjalan menuju pintu luar paviliun. Tapi langkahnya terhenti karena ponsel Chaeyong berdering dan menampilkan nama Winhui.
"Winhui? Ada apa?" tanya Chaeyong lirih tapi masih didengar semua.
"Winhui siapa?" tanya Celia pada Andy.
"Sssttttt.... nanti aku jelaskan," jawab Andy sambil memeluk Celia dari samping.
"Iya Winhui ada apa?" tanya Chaeyong dengan nada ingin tau tapi juga khawatir
"Keponakanmu Rubi bersamamu kan?" tanya Winhui agak panik.
"Tidak... dia masih dikantornya, Jerico akan menjemputnya. Ada apa kenapa panik begitu?" tanya Chaeyong karena memang
"ASTAGAAAA.. DIA DALAM BAHAYA!!" teriak Winhui penuh emosi
"APA MAKSUDMU?" teriak Chaeyong juga dengan penuh emosi
Brakkk....
"Kakak.... Pangeran..." Andy dan Seunghoon berbarengan.
Chaeyong berbalik saat mendengar suara pintu yang dibanting dan teriakkan adik dan suaminya.
"Jerico..." teriak Chaeyong saat melihat Jerico sudah keluar dari paviliunnya dengan mengenakan mantel pelindungnya.
Jerico berlari sambil merapatkan mantelnya, pangeran tampan itu tidak perduli pada keselamatannya yang dia pikirkan adalah keselamatan Rubi. Sudah cukup dia tidak mau hidup pada masa lalu, dia akan mengejar, mempertahankan dan melindungi masa depannya dan masa depannya adalah Rubi. Cukup dia kehilangan masa lalunya dia tidak mau kehilangan masa depannya.
'Rubi... sayang tunggu aku, tunggu aku sayang,' kata Jerico dalam hati.
Pangeran tampan itu menerobos roh-roh yang sedang melakukan pembantaian. Walaupun dipenglihatannya adalah aula besar kerajaan tapi jika dia melihat lurus bisa dia lihat pintu menuju taman belakang yang nantinya akan tembus ke kantor Rubi.
"Kau mau kemana pangeran?" sebuah suara yang sangat dia kenal. Jerico berbalik dan melihat Rubi dibelakangnya dengan senyum manisnya.
"Rubi... love... jangan disana, disana berbahaya ayo kesini masuklah ke jubah ini kita ke paviliun ku," kata Jerico lembut sambil berjalan perlahan menuju arah Rubi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SILA || Noren
Fiksi PenggemarCerita ini mengandung adegan dewasa 21+ dimohon para readers yang masih dibawah umur bisa melewati cerita ini. Terima kasih... Ketika cinta, kasih sayang dan persahabatan mengalahkan kegelapan dan kejahatan. Rubi dan Celia anak yatim piatu yang haru...