Jakarta, 2023
Berada di salah satu jalan arteri ibukota, ada sebuah restoran di hotel berbintang yang menawarkan sebuah pemandangan mewah. Dinding restoran yang dihiasi lampu kristal menyerupai daun palem memberikan suasana dramatis layaknya istana kaca. Kursi bersandaran tinggi dengan kain beludru berwarna hijau membuat penikmat menu enggan menolehkan wajahnya dari hidangan di meja makan di depan mereka. Memberikan kesan intim untuk berbincang di bawah langit-langit kubah setinggi kurang lebih 13 meter dan lampu gantung kristal yang menyerupai kupu-kupu.
Sebuah hotel dan restoran untuk kalangan elit melepas penat atau berbincang santai dengan keluarga maupun rekan kerja.
Di salah satu meja berbentuk bundar itu, tampak dua pasangan dewasa dengan usia yang sama, 38 tahun, tengah menunggu santap malam mereka sambil bercengkrama santai.
"Apa Wira jadi datang, Sha?" tanya wanita berkerudung di salah satu kursi pada wanita lain berambut pendek sebahu.
"Sedikit telat katanya, agak macet di jalan," jawab wanita berambut pendek itu yang tak lain adalah Tasha Nayara.
Baru saja Tasha menjawab, sebuah seruan kecil terdengar dari lelaki bermata almond yang duduk di sebelahnya.
"Ah, itu Wira!" seru si lelaki, sambil melambaikan tangan pada seseorang di jauh sana.
Lelaki yang ditunggu itu, Ekawira Ardhiyaksa, membalas lambaikan tangan rekannya tadi sambil berjalan tegap mendatangi meja itu, mengambil salah satu kursi di sebelah wanita berambut pendek tadi.
"Wah, terima kasih sudah menungguku. Aku tak menyangka rapatnya akan selama itu," ucap Wira, ketika dilihatnya belum ada menu yang terhidang di meja itu, pastinya mereka menunggu Wira hadir terlebih dahulu.
"Tentunya kami harus menunggumu. Jika kamu gak datang, siapa yang akan membayar makan malam ini?" jawab lelaki bermata almond tadi dengan tawa tertahan.
Mendapat tanggapan itu, Wira terkesiap, menatap wajah-wajah di meja itu tanpa berkedip.
"Hah? Jadi kalian mengundangku supaya aku yang membayar?" tanggap Wira lagi.
Tanpa mendengar jawaban, dilihatnya kepala-kepala di meja itu mengangguk-angguk. Wira yang mendapat jawaban tak langsung, kembali terdiam tanpa berkedip. Tak menyangka jika undangan makan malam itu menjadi tanggung jawabnya.
"Aku kira ini pesta 'bujang' untuk kalian yang akan menikah dua minggu lagi," tanggapnya lagi, sambil melirik dua sejoli di sebelahnya, Tasha dan lelaki bermata almond yang tak lain adalah Praditya Dwipangga.
"Kami sudah sepakat. Makan malam ini akan menjadi pesta untukmu sebagai direktur baru rumah sakit Aurora."
Kali ini yang membuka suara adalah wanita berkerudung dengan senyum manisnya yang tampak jahil, Praya Andhira
"Hah?! Kamu tahu darimana Ay?"
Lagi, Wira dibuat terkaget dengan tanggapan itu. Seingatnya belum ada yang tahu tentang pengangkatan dirinya sebagai direktur rumah sakit di salah satu cabang Aurora Hospital Group karena informasi itu belum disampaikan secara resmi kepada khalayak umum. Tapi tentunya selalu ada satu orang yang Wira kabari terlebih dahulu tentang apapun itu.
"Ah, Shaaa.. Sudah kubilang, rencana ini masih belum formal. Pasti kamu yang menyebar gosip," keluh Wira, sambil mendelik sebal pada wanita berambut pendek di sebelahnya.
Ya, siapa lagi jika bukan Tasha yang selama lebih dari 20 tahun menjadi satu-satunya teman dekat Wira. Sejujurnya Wira merasa agak malu untuk menduduki posisi direktur itu. Walaupun rumah sakit itu milik keluarganya, namun ia masih merasa kurang mumpuni karena latar belakang pendidikannya yang bukan dari bagian medis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Men in Secrets
Romance{On Going} Terbit setiap Sabtu dan Minggu. Nothing is fair in love and war. *** Publish : 8 September 2023