[14]. Trust and Betrayal (2)

49 8 2
                                    

Bel di pintu berwarna hitam itu berdenting.

Wanita bertubuh tinggi semampai dengan rambut hitam panjang yang lurus sampai sepinggang, dengan bergegas membuka pintu unit miliknya. Sepertinya Praya tahu siapa yang akan datang, karena ia tak perlu tergesa menutupi rambut miliknya.

"Wow.. Sebanyak ini?" 

Tanpa basa basi menanyakan maksud kedatangan seseorang itu, Praya terlihat kaget melihat tamunya membawa dua buah plastik besar di kedua tangan mungil wanita berambut sebahu di ambang pintu itu.

"Akan kumasukkan ke freezer. Ini bisa untuk satu sampai dua minggu," kata wanita itu yang tak lain adalah Tasha, sambil membawa masuk bingkisannya ke arah dapur milik sahabatnya itu.

"Aku hanya masuk angin, gak usah repot-repot, Sha."

"Gak merepotkan. Aku juga gak ada kegiatan. Daripada kamu membeli makanan di luar sana yang belum tentu dimasak secara benar."

Ditanggapi seperti itu Praya hanya tertawa ringan, tentunya tak elok menolak kebaikan Tasha. Setelahnya ia membantu Tasha merapikan masakan-masakan itu ke dalam kulkas miliknya.

"Anak-anak sudah sehat?" 

"Ya, mereka baru masuk sekolah hari ini. Sekarang gantian aku yang tumbang."

Kali ini mereka melanjutkan obrolan di ruang tengah unit serba monokrom itu, masih seputar kondisi keluarga Praya yang sudah hampir dua minggu sakit bergantian. Dimulai dari anak bungsunya, lalu menular ke anak sulungnya, menular lagi ke anak tengahnya dan sekarang ibunya yang terinfeksi.

"Oya, Sha. Apa Wira ganti nomor? Kemarin aku menghubunginya terkait urusan yayasan. Tapi pesanku gak dibalas dan barusan aku meneleponnya, tapi nomornya gak aktif."

Topik obrolan selanjutnya, sepertinya membuat raut wajah Tasha berubah. Dari tatapan matanya yang tiba-tiba beralih dari retina mata Praya, membuat wanita itu dapat menebak sesuatu. Apalagi terlihat sekilas, Tasha seperti menggigit kecil bibirnya.

"Hei, apa ada masalah?"

Kali ini Praya lebih menatap lekat wajah rupawan milik sahabat lamanya itu. Tentunya tak seperti Tasha yang selalu periang dan cenderung banyak bicara, keheningan beberapa detik tadi lebih jauh mengatakan banyak hal.

"Dia mengganti nomornya dan menutup semua media sosialnya."

Setelah keheningan puluhan detik tadi, Tasha akhirnya membuka suara. Sepertinya tak ada yang bisa disembunyikan dari Praya, semua perbincangan terakhir dengan Wira saat itu dituturkan dengan jelas. Pun kejadian janggal yang terjadi hampir satu tahun lalu sebelum pernikahannya dengan Angga. 

Sebagai wanita yang sudah membina rumah tangga lebih dari satu dekade, tentunya Praya memiliki banyak pengalaman dalam urusan yang membuat Tasha merasa pelik.

"Hmm.. Jika kamu menceritakan ini sebelum menikah dengan Angga, mungkin aku akan memberikan tanggapan yang berbeda dengan saat ini."

Selanjutnya Praya mengangkat suara, setelah sebelumnya mendengarkan dengan seksama penuturan sahabatnya itu.

"Tanggapan mana yang ingin kamu dengar lebih dulu, Sha? Untuk yang saat ini atau yang dulu?"

Praya harus bertindak bijak, karena bisa jadi tanggapannya nanti akan memberikan sudut pandang yang berbeda pada Tasha. Dengan melontarkan pertanyaan itu, sepertinya Praya juga menimbang pergulatan psikologis tentang keraguan yang dialami Tasha saat ini. Sekaligus menilai sesuatu di balik perasaan terdalam sahabatnya.

Puluhan detik berlalu lagi dalam jeda di antara keduanya.

"Dulu."

Dan jawaban dari Tasha selanjutnya membuat Praya menghela nafas. Ia tak berharap Tasha memberikan jawaban itu, karena bagi Praya, dengan Tasha memilih kata 'dulu' itu berarti Tasha masih memiliki perasaan itu pada Wira.

Men in SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang