[4] Newlywed (2)

113 16 2
                                    

Salah satu kawasan apartemen elit di pusat ibukota bernama 'Bijouterie Residence' memiliki lima tower bangunan dengan 20 lantai. Sesuai dengan kawasannya yang diambil dari bahasa Perancis dengan makna 'Perhiasan', kelima tower bangunan itu memiliki nama-nama batu perhiasan seperti Diamant (Diamond), Emeraude (Emerald), Saphir (Sapphire), Rubis (Ruby) dan Améthyste (Amethyst). 

Di salah satu unit di tower bangunan bernama Emeraude yang berada di lantai tertinggi, saat ini Angga tengah memberikan instruksi kepada seorang petugas pemindah barang untuk meletakan beberapa kardus berukuran 20 inci ke dalam unit apartemen seluas 200 meter persegi itu. Terlihat di sana juga pintu unitnya yang sengaja dibiarkan terbuka seutuhnya, pertanda masih banyak barang yang perlu dimasukkan. 

"Pak, meja riasnya kami simpan di mana?" tanya seorang petugas yang sedang menggotong sebuah meja rias berwarna putih dengan aksen warna emas di bagian pinggirnya.

Angga yang saat ini tengah fokus menata foto pernikahannya dengan Tasha, tampak menghentikan kegiatannya, berpikir sejenak.

"Ah, taruh saja di kamar Pak, untuk posisinya biar nanti saya yang atur," jawabnya kemudian, diikuti pergerakan para petugas pindahan yang merangsek membawa benda berat itu.

"Masih ada lagi yang belum masuk?" tanya Angga, setelah para petugas meletakkan meja rias itu dan hendak beranjak keluar kamar.

"Ada Pak, satu lagi meja kerja."

Tak banyak perbincangan lagi, selanjutnya Angga kembali dengan kegiatannya membuka-buka barang di kardus. Itu barang-barang milik Tasha yang baru saja tiba dipaketkan melalui jalur laut dari Jepang. Tentunya setelah menikah, sang istri memutuskan berhenti dari pekerjaannya di Jepang dan kembali ke tanah air, setelah lima belas tahun mengabdi di negeri tersebut. Sebagian besar barang pribadi milik Tasha di bawa ke Indonesia dan sisanya masih di Jepang, di rumah yang wanita itu beli selama masa karirnya. 

Masih dalam cuti kerja dan baru tiga hari lalu dari pesta pernikahannya, pengantin baru itu menjadikan waktu senggangnya untuk menata kembali unit apartemen yang sudah hampir empat tahun dihuni olehnya sendirian. Tentunya akan berbeda ketika dihuni bersama istrinya, akan banyak barang-barang tambahan lain yang memenuhi setiap sudut unit itu. Namun sayangnya Tasha masih di luar sana bersama sang ibu, membeli barang-barang kebutuhan mereka nanti. 

"Loh, aku kira kalian sudah berangkat bulan madu."

Terdengar kalimat itu di balik pintu unit Angga yang terbuka lebar. Angga menolehkan kepalanya dimana sosok yang ia kenal tengah berdiri di ambang pintu, Wira dengan pakaian santainya, kaos polo warna merah marun dan celana pendek selutut. Angga tak heran dengan kehadiran Wira saat ini, unit apartemen mereka memang bersebrangan. Mungkin Wira keluar mendengar suara-suara berisik pindahan barang di luar.

"Eh, kami berangkat akhir pekan ini. Lebih baik beres-beres dulu mumpung santai. Maaf kalau kegiatan pindahan ini membuat bising," jawab Angga.

"Tidak juga, aku keluar karena mengantar tamu," tanggap Wira, " Oya ada yang bisa ku_"

"Permisi Pak Wira, saya lupa menyerahkan formulir ini."

Belum sempat Wira meneruskan kalimatnya, tampak seorang pria berusia 30-an yang berpakaian rapi menghampirinya dan menyerahkan selembar kertas.

"Ah, selamat siang, Pak Angga."

Pria itu tenyata mengenal Angga juga.

"Eh, bukannya kamu karyawan kantorku di galeri pemasaran?" Tanya Angga seperti mengenal juga pria bertubuh jangkung yang usianya lebih muda darinya itu. Pastinya Angga tak salah, karena galeri pemasaran di kantornya itu adalah bagian direksi pemasaran yang ia pimpin.

Men in SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang