Kira-kira butuh waktu berapa lama untuk bisa terlepas dari hubungan saling bergantung yang sudah terjalin selama seperempat abad?
Sepertinya dua bulan bukanlah waktu yang cukup untuk bisa terlepas dari semua itu. Pun ketika Wira mengganti nomor ponselnya, menutup semua akun sosial medianya dan memilih hidup di jauh dari ibukota, suara Tasha, masih terngiang di telinganya. Apa seharusnya ia pindah negara saja? Tapi hidup sendiri di negara lain juga bukan perkara mudah, setidaknya di tanah air masih bisa dekat dengan keluarga. Setidaknya berada di Lombok yang cukup jauh dari hiruk pikuk ibukota, menjadi pilihan tepat.
Saat ini rasanya sama, seperti ketika ia terpaksa menikahi wanita lain karena keinginan keluarganya dan meninggalkan Tasha dulu, sama-sama tercekik. Apa ini karma yang harus ia terima gara-gara itu? Namun karmanya tak sebanding, penantiannya selama bertahun-tahun harus kalah oleh pertemuan dua bulan antara Tasha dan Angga. Dan salahpaham remeh temeh yang baginya terasa mengada-ngada.
Tentunya Wira masih mengingat dengan jelas, berbulan-bulan lalu, ketika seharusnya Tasha kembali ke Jepang seorang diri, malah pria lain menggandeng jemari mungil itu. Wira hanya bisa merasakan udara di musim dingin itu melebihi titik beku yang seharusnya. Apalagi ia melihat wajah bersemu merah Tasha yang mengucapkan terima kasih dengan binaran di matanya.
Terima kasih untuk apa? Sampai akhirnya ia dapat membaca sekilas cerita dibalik sana. Ah, terima kasih karena sudah menyatukan kembali kisah cinta kalian yang terjeda belasan tahun lamanya? Cerita yang mengada-ngada, tapi tetap saja ia tak bisa bersua.
Setidaknya pikiran itu kembali menggelayut dalam diri Wira yang saat ini tengah berdiri di balik kaca jendela di ruang kerjanya. Sebuah jas putih yang menjadi ciri khas pekerja medis kini ia kenakan. Sampai sebuah ketukan di pintu ruangannya itu, membuat pikirannya beranjak dari kenangan pahit itu.
"Permisi Pak, saya ingin menginfokan tentang jadwal kunjungan ke ruang-ruang perawatan," kata seorang wanita seusianya yang tak lain adalah sekretarisnya sebagai direktur rumah sakit tersebut.
"Oh iya, sekarang?" tanyanya memastikan, disambut anggukan oleh wanita itu.
Baru dua bulan lamanya lelaki itu menjabat sebagai direktur rumah sakit di kota ini. Salah satu cabang rumah sakit yang baru dikelola oleh keluarganya. Dan selama satu bulan ini memang masa-masa pengenalan unit-unit di rumah sakit tersebut serta penilaian fasilitas-fasilitas yang ada. Untungnya sebelum benar-benar diberi jabatan di rumah sakit itu, Wira sudah terlebih dulu tandem bersama direktur berpengalaman di rumah sakit utama. Karena tak memiliki latar belakang pendidikan medis, pengalaman tandem tersebut sangat penting.
Dengan meninggalkan pikiran kelamnya di ruang kerja itu, kini Wira tampak memperhatikan satu per satu ruang unit yang dimaksud. Ia melihat sekilas fasilitas standar di ruang-ruang perawatan tersebut. Dilanjut berdiskusi ringan dengan para perawat dan dokter jaga di unit tersebut atau menyapa ramah keluarga pasien yang kebetulan berada di sana.
"Masih ada di ujung sana dua kamar ICU VIP, Pak," lanjut sang sekretaris, sambil menunjuk ruangan yang dimaksud.
"ICU VIP? Ada juga di rumah sakit ini?"
Tak seperti cabang rumah sakit lain di kota-kota besar milik keluarganya, di Lombok ini termasuk cabang kecil yang mungkin terasa mewah memiliki ruang semacam itu. Tentunya ruang VIP memiliki perawatan dan fasilitas yang lebih baik.
"Ada, tapi hanya dua kamar, Pak. Dan saat ini hanya satu yang terisi," jawab seorang lelaki berusia 40-an awal yang menjadi penanggung jawab fasilitas di rumah sakit tersebut.
Wira hanya mengangguk dan mulai berjalan beriringan dengan para pengantarnya, sambil sesekali terbesit pikiran berapa harga yang harus dibayarkan untuk merawat pasien di ruang tersebut.
![](https://img.wattpad.com/cover/351832087-288-k151070.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Men in Secrets
Любовные романы{On Going} Terbit setiap Sabtu dan Minggu. Nothing is fair in love and war. *** Publish : 8 September 2023