Granada, sebuah kota tua di Spanyol yang merupakan Situs Warisan Dunia, menjadi destinasi terakhir dari perjalanan bulan madu pasangan pengantin baru itu. Tak salah menjadikan kota ini sebagai tempat bulan madu sekaligus wisata karena segala sesuatu di sana, mulai dari makanan, perencanaan kota, dan desain bangunan membuat para wisatawan juga berbondong-bondong mengunjungi tempat itu. Apalagi dengan adanya objek wisata utamanya 'Alhambra', sebuah kastil berusia berabad-abad yang terkenal dengan detail rumit dan kemegahannya.
"Hhh.. Jadi ini hari terakhir kita berbulan madu? Terasa sangat singkat."
Komentar itu keluar dari bibir tipis Tasha disusul dengan isapan pada sedotan di gelas yang berisi es dan air berwarna oranye. Wanita berambut pendek itu tampak dahaga menyeruput habis setengah isi gelas tersebut.
"Kita masih bisa melanjutkan bulan madu di Indonesia nanti," tanggap lelaki di hadapannya, Angga, yang sedang menyeruput isi gelas yang sama.
Saat ini mereka tengah menikmati makan siang di salah satu restoran yang terletak di kawasan hutan Alhambra, hanya beberapa meter dari menara pengawas kastil. Restoran tersebut dibuka pertama kali pada tahun 1890 dan pada tahun 1978 menjadi salah satu restoran paling terkenal di Granada. Lokasi yang cocok untuk menikmati makan siang di musim panas.
"Apa mungkin? Kulihat pekerjaanmu sangat banyak. Sepertinya aku akan sering ditinggal karena urusan perjalanan dinas," keluh Tasha, sedikit merengut.
Angga tak langsung menanggapi, ia hanya mengamati beberapa saat perubahaan air muka wajah istrinya yang mulai cemberut.
"Sejak kapan kamu jadi manja begitu? Ini gak seperti Tasha yang kukenal," goda Angga kemudian.
"Memang seperti apa 'Tasha' yang kamu kenal?"
"Hmm.. Tasha yang kukenal itu.. yang keras kepala.. gengsi-nya tinggi dan __"
"Hei, apa cuma karakter buruk itu yang melekat padaku?"
Tentu saja Tasha tak mau mendengar lanjutan kalimat sang suami, dengan sengaja langsung memotong ucapan Angga. Namun Angga hanya tertawa mengejek mendengar komentar tak terima dari Tasha.
"Apa aku pensiun dini saja? Aset dan tabunganku lebih dari cukup untuk kita berbulan madu seumur hidup," tawar Angga kemudian, terdengar nada cukup serius dari kalimatnya.
Namun tak ada komentar dari Tasha, dilihat Angga, sang istri tampak menimbang tawaran itu.
"Atau kamu masih ingin berkarir?"
Angga melanjutkan pertanyaannya. Sepertinya memang bukan tentang pekerjaan Angga, tapi pekerjaan Tasha sendirilah yang membuat wanita itu tampak menimbang.
"Mungkin aku akan bosan. Terlalu banyak berlibur, membuat otakku tumpul," sahut Tasha setelahnya, dibalas tawa ringan oleh Angga.
"Benar kan perkiraanku. Jangan memaksakan dirimu untuk berhenti berkarir, Sayang. Kamu gak akan bisa berdiam diri."
Dari awal, Angga sudah tak yakin jika Tasha yang sepanjang hidupnya itu bersemangat dalam mengejar karir tiba-tiba memutuskan untuk berhenti dari kegiatannya. Mungkin itu hanya keputusan sesaat wanita itu saja. Buktinya, baru tiga bulan berhenti dari pekerjaan-pekerjaannya, wanita itu tampak tertekan dan tak menikmati hidup.
"Apa kamu mau kembali ke Kyoto dan mengajar lagi? Sayang kan gelar profesormu. Ya tentunya bukan sebagai pengajar tetap, aku gak mau menjalani hubungan jarak jauh. Sudah cukup kita terpisah selama belasan tahun dulu. Tapi aku juga gak mau jika kamu memaksakan diri untuk berhenti total dari kegiatanmu selama ini."
Tawaran-tawaran dari sang suami itu, tak langsung disambut oleh Tasha. Wanita itu masih tampak menimbang dan memikirkan dengan lebih penuh perhitungan. Ya, sejujurnya, apa yang dikatakan Angga memang benar adanya, Tasha menyangka akan lebih rileks tanpa beban karir, tapi ternyata ia mulai bosan dengan kegiatan yang begitu-begitu saja.
![](https://img.wattpad.com/cover/351832087-288-k151070.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Men in Secrets
Romance{On Going} Terbit setiap Sabtu dan Minggu. Nothing is fair in love and war. *** Publish : 8 September 2023