[3]. Newlywed (1)

135 12 1
                                    

Tok.. Tok.. Tok.. Tok..

"Ga, kamu baik-baik saja?"

Suara ketukan disertai pertanyaan kekhawatiran di luar pintu kamar mandi, dimana saat ini Angga sedang terduduk di kloset dan memegang poselnya, membuatnya terkesiap sesaat.

"Aa.. Ah aku baik-baik saja," serunya setengah tergugup. 

Sudah satu jam Angga di dalam situ.

"Apa kamu sedang buang air besar?"

Mendengar pertanyaan selanjutnya membuat Angga dengan serta merta membuka pintu toilet itu, "Tidak! Aku sedang bersih-bersih," jawabnya seketika. Bagi Angga pertanyaan tadi terdengar memalukan, buang air besar di malam pengantin?

Dilihatnya di ambang pintu itu Tasha sudah membersihkan riasan pengantin di wajahnya dan sudah berganti pakaian santai, kaos oblong dengan celana pendek di atas lutut.

"Bersih-bersih toilet?" 

Terdengar nada tak percaya dari pertanyaan Tasha itu, tak yakin dengan apa yang Angga jawab tadi. Selanjutnya terlihat Tasha seperti sedang mengendus sesuatu dari dalam toilet.

"Hei, aku benar-benar gak sedang buang air besar," jawab Angga lagi, menegaskan. Ia tentunya tak terima jika Tasha menganggap demikian.

Tentunya Tasha akan percaya karena ia tak mengendus bau apapun di dalam sana.

"Oke, tapi aku lebih gak percaya kalau kamu dari sejam tadi bersih-bersih toilet."

Lagi-lagi wanita berperawakan mungil itu tak mau percaya begitu saja. Tidak mungkin di malam pengantin mereka, Angga bersih-bersih toilet.

"Bukan bersih-bersih toilet. Aku sedang berganti baju dan membersihkan diri."

"Ah, itu lebih gak bisa dipercaya. Membersihkan diri apanya? Kamu masih memakai baju pengantin itu dengan lengkap."

Kali ini Angga tak berkutik,  merasa tertangkap basah. Ia baru sadar dengan yang Tasha katakan. Saking gugupnya, dari sejak masuk kamar hotel itu, Angga  langsung ke toilet dan mendekam di sana selama satu jam.

"Ah.. Itu.. A.. A..Aku hanya kesulitan membukanya."

Dan tentu saja seorang seperti Angga tak akan mudah mengakui jika memang ia merasa tegang dengan malam pengantin mereka.

Tapi dengan pasti Tasha bisa merasakan suara tergugup dari sosok tinggi tegap di hadapannya kini. Wanita itu tak langsung menyahut jawaban Angga. Hanya menatap lekat wajah rupawan miliknya beberapa saat.

"Pfftt.."

Belasan detik memperhatikan wajah tegang di hadapannya, Tasha berusaha menahan tawa.

"Apa kamu gugup dengan malam pengantin kita?"

Kali ini wanita itu bertanya dengan senyuman jahil dan sedikit menatang dengan kepala yang sengaja ditengadahkan dekat dengan wajah Angga.

Angga yang sekitar 30 cm lebih tinggi dari Tasha, dapat melihat ke bawah sana, jika wajah wanita itu mulai menengadah, menantang. Namun entah kenapa kali ini Angga tak bisa melawan tatapan tantangan itu, ia hanya pura-pura kesulitan membuka jas yang dikenakannya.

"Aku benar-benar kesulitan. Lihat ini, lubang kancingnya terlalu sempit, sulit dibuka," kilahnya, sambil mencukil-cukil lubang kancing itu dengan ibu jari dan telunjuknya.

Sebenarnya itu hanya alasan saja, tapi entah kenapa Angga jadi merasa kancing-kancing itu memang sulit dibuka. Apa karena gugup membuat jari jemarinya sedikit bergetar?

Ah sial! Umpatnya dalam hati. Benar-benar memalukan jika ketahuan ia gugup. Di usianya yang sudah 38 tahun, sungguh tidak masuk akal gugup di malam pengantin. Itu yang Angga pikirkan.

Men in SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang