Pintu unit apartemen berwarna putih itu terbuka, bersamaan dengan terbukannya pintu warna toska di seberang unit itu. Angga terkesiap sejenak melihat tetangganya yang tak lain adalah Wira keluar dari sana dengan menggeret koper 16 inci berwarna hitam.
"Eh? Kalian berangkat hari ini?"
Yang duluan menyapa malah Wira. Tentunya Wira bisa menebak bahwa ia dan Tasha akan berangkat berbulan madu ke Eropa, Angga juga sedang menggeret koper berukuran 24 inci berwarna silver.
"Ah iya. Kamu sendiri mau ke mana?" Tanggap Angga sambil memposisikan koper miliknya di sebelah pintu unit itu.
"Aku akan kembali ke Jepang. Masih ada pekerjaan yang harus ku___"
"Ga, apa kamu melihat ponselku?"
Belum sempat Wira menuntaskan kalimatnya, Angga teralihkan oleh kehadiran Tasha dengan pertanyaanya tadi.
"Eh Wir, kamu berangkat hari ini juga?"
Tentunya Tasha yang saat ini sama-sama berada di ambang pintu, menanyakan hal yang sama ketika melihat Wira dan koper hitamnya.
"Ah iya, penerbangan jam 9 malam," jawab Wira disambut anggukan oleh pengantin baru itu.
"Sebentar, aku masih mencari ponselku."
Tanpa ingin berbicang lebih lama, Tasha kembali ke dalam unit di sana dan mulai mencari kembali barang yang dimaksud.
"Ditempat biasa gak ada? Meja kerja dan meja rias?"
Pertanyaan dari Angga selanjutnya dijawab singkat oleh Tasha, "Gak ada."
Setelahnya Angga pun mencoba melakukan panggilan pada ponsel milik istrinya, namun tak ada suara maupun getaran ponsel di sudut manapun di unit itu. Mungkin Tasha mematikan ponselnya.
"Sha, cek di atas kulkas."
Saran itu keluar dari bibir Wira, setengah berteriak, memastikan Tasha dapat mendengarnya.
Puluhan detik kemudian, Tasha kembali ke ambang pintu tadi, "Ketemu, di atas kulkas," katanya, dengan wajah sumringah.
Setelahnya ketiga insan itu menyusuri lorong di lantai unit mereka menuju lobi apartemen di mana mobil SUV warna putih yang dikendarai oleh sekretaris Angga tengah terparkir di lobi sana dan taksi yang menunggu Wira juga sudah berada di lokasi yang sama.
"Bukannya lebih baik kita pergi bersama? Mobil sekretarisku masih muat," tawar Angga lagi pada Wira, setelah sebelumnya menawarkan hal yang sama.
"Gak perlu, penerbangan kalian lebih duluan, aku masih akan mampir ke tempat lain lebih dulu," tolak Wira lagi setelah sebelumnya menolak dengan alasan sudah memesan taksi.
Entah itu hanya alasan atau memang Wira benar ada keperluan lain, yang jelas sepertinya Angga tak menawarkan lebih jauh lagi. Dalam pikiran Angga, mungkin Wira hanya tak ingin mengganggu waktunya dengan Tasha.
"Yasudah, kami jalan duluan. Sampai jumpa lagi," pamit Angga disusul pamitan yang sama oleh isitrinya.
"Titip salamku untuk rekan-rekan di kantor ya Wir," sambung Tasha, setelahnya ia masuk lebih dulu ke dalam mobil SUV tersebut.
Angga kemudian menyusul Tasha, namun belum sempat Angga membuka pintu mobil, seruan Wira menghentikan langkahnya.
"Eh, Gaa.." panggil Wira, sambil mengayunkan beberapa langkah mendekati Angga.
Dilihatnya Wira merogoh sesuatu dari dalam saku jaket warna biru dongker yang dikenakannya.
"Ini, mungkin kamu akan membutuhkannya," lanjut Wira kemudian sambil menyerahkan sebuah botol minyak sebesar ibu jari miliknya. Minyak tolak angin.
![](https://img.wattpad.com/cover/351832087-288-k151070.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Men in Secrets
Romance{On Going} Terbit setiap Sabtu dan Minggu. Nothing is fair in love and war. *** Publish : 8 September 2023